Debat kedua Pilwalkot Makassar 2024 turut menggali gagasan pasangan calon wali kota dan wakil wali kota terkait dampak perubahan iklim ekstrem. Seperti apa gagasan keempat pasangan calon?
Debat kedua digelar di Hotel Four Point by Sheraton Makassar, Rabu (13/11/2024). Pada debat kali ini, KPU mengusung tema 'Wujudkan Makassar Kota Berperadaban Maju Melalui Harmonisasi Pembangunan Nasional dan Daerah, Tata Kelola Lingkungan Hidup yang Berkeadilan, dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat'.
Adapun keempat pasangan calon masing-masing nomor urut 1 Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (MULIA), nomor urut 2 Andi Seto Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi (SEHATI), nomor urut 3 Indira Yusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi A Uskara (INIMI), dan nomor urut 4 Amri Arsyid-Rahman Bando (AMAN).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam debat tersebut, ada satu pertanyaan yang sama untuk dijawab oleh seluruh pasangan calon. Moderator memberi kesempatan pertama kepada pasangan calon nomor urut 3 untuk menjawab, kemudian dilanjutkan nomor urut 4, 1, dan 2.
"Makassar pernah menjadi kota terpanas di dunia akibat perubahan iklim. Makassar juga termasuk dalam daftar kota-kota di Asia Tenggara yang mengalami suhu panas yang tidak biasa. Pertanyaannya, apa yang pasangan calon akan lakukan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim ekstrem?" demikian pertanyaan panelis yang dibacakan moderator.
Indira-Ilham
Indira menyebut jika masalah perubahan iklim ekstrem sudah sesuai dengan misi INIMI. Dia mengatakan sudah menyiapkan strategi dalam melakukan mitigasi terhadap masalah tersebut.
"Ini sesuai dengan rekonstruksi sosial, misi pertama kami. Rekonstruksi sosial dan spasial yang mitigative dan adaptif menuju Makassar kota rendah karbon yang resilient," kata Indira.
Indira menyebut ada tiga kebaikan dalam misi mereka tersebut. Pertama, akan membangun pelayanan infrastruktur dasar yang ramah lingkungan. Mulai dari transportasi, energi, hingga air bersih.
"Selanjutnya, mengenai lingkungan hidup. Menginterpretasikan prinsip keberlanjutan semua aspek pembangunan dengan fokus pada penanganan perubahan iklim, pelestarian sumber daya alam dan budaya. Terakhir, penyelenggaraan kota cerdas yang terintegrasi satu data untuk mempercepat pengambilan kebijaksanaan strategis," papar Indira.
Sementara Ilham, menyebut Makassar saat ini sudah memiliki sistem persampahan yang baik. Sebab, pengolahannya sudah dimulai dari hulu hingga ke hilir.
"Kota Makassar sekarang itu sangat enak sekali. Artinya kita bisa lihat sistem persampahan di Kota Makassar itu sudah mulai dari hulu dan terakhir di hilirnya, yang di hilirnya sudah ada kerja sama MoU PSEL. Pemerintah Kota Makassar telah bermitra dengan PSEL sehingga sampah-sampah kita yang ada di TPA Antang Tamangapa bisa teratasi dalam waktu 9 tahun," ungkap Ilham.
"Ini semua adalah sistem untuk memitigasi kejadian-kejadian tidak terprediksi. Kejadian alam adalah force majeure, kita tidak bisa memprediksi, tapi upaya Pemerintah Kota Makassar telah ada. Itu salah satunya sistem persampahan," tambahnya.
Selain PSEL, Ilham mengatakan mitigasi dampak perubahan iklim ekstrem juga sudah dilakukan di lorong-lorong Makassar. Dia bahkan menyebut lorong-lorong saat ini turut menyumbang peningkatan ruang terbuka hijau di Makassar dari 9,7 persen menjadi 11 persen.
"Yang kedua, mitigasi dalam lorong. Kami ada program lorong wisata dan lorong iklim. Artinya setiap lorong harus mempunyai langkah tersendiri ketika dilanda bencana panas. Kita bisa melihat, mari ki sama-sama berkunjung ke lorong-lorong wisata. Betapa banyak vertikal garden yang ada, dan tadi datanya kami mau tambahkan tahun lalu 9,7 persen RTH, tahun ini sudah di angka 11 persen dan itu disumbangkan oleh lorong-lorong," pungkasnya.
Amri-Rahman
Amri Arsyid menilai perubahan iklim tidak hanya terjadi di Makassar. Dia menyebut perubahan iklim ini menjadi masalah global yang ditimbulkan dari efek rumah kaca.
"Climate change (perubahan iklim) bukan hanya permasalahan Kota Makassar, tapi ini adalah permasalahan nasional, bahkan permasalahan global, dan ini ditimbulkan dari sudah pasti glass house effect (efek rumah kaca) dan juga polusi dari emisi karbon," kata Amri.
Amri menjelaskan, kebijakan untuk mengantisipasi perubahan iklim itu sudah diatur dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 7. Dia menegaskan paslon AMAN akan mengacu dari program tersebut.
"SDGs nomor 7 sudah merumuskan yang namanya energi bersih dan saya kira kita tinggal mengikuti bagaimana pola yang akan dilakukan, dan AMAN insyaallah sudah mendesain ini," tuturnya.
Dia melanjutkan, polusi udara yang ditimbulkan dari emisi karbon harus menjadi perhatian. Dia kemudian menyinggung emisi karbon dari kendaraan bermotor yang turut menyumbang polusi udara.
"Ini menjadi PR kita bersama terutama dalam regulasi pengaturan kendaraan lalu lintas yang menghasilkan emisi karbon. Otomatis kita harus berpikir bagaimana melakukan konversi dari energi fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan," ucap Amri.
Di satu sisi, kata dia, ruang terbuka hijau (RTH) di Makassar harus diperluas. Amri meyakini RTH akan meminimalisir atau mengurangi efek rumah kaca.
"Kita punya mangrove yang berpotensi besar untuk menurunkan glass house effect ini dan juga pencemaran atau perubahan climate change yang menimbulkan suhu udara yang tinggi. Saya kira ruang terbuka hijau menjadi salah satu program unggulan kita di pasangan AMAN," jelasnya.
Sementara itu, Rahman Bando mengaku sudah melakukan upaya mengantisipasi dampak perubahan iklim. Dia mengaku sudah melakukan penanaman mangrove di pesisir utara wilayah Makassar.
"Jauh sebelum saya mencalonkan diri sebagai calon wakil wali kota, aksi sudah saya lakukan di pesisir utara Kota Makassar dengan menanam mangrove bahkan sekarang sudah menjadi satu-satunya destinasi wisata alam di Kota Makassar," ujar Rahman.
Rahman juga mendorong penggunaan energi terbarukan, seperti penggunaan solar cell terutama di wilayah kepulauan kita. Dia menilai sudah saatnya energi fosil yang biasanya digunakan di kendaraan bermotor mesti dikurangi.
"Supaya mengurangi penggunaan energi fosil yang terbukti terlalu banyak menimbulkan polusi dalam penggunaannya, termasuk pada penggunaan kendaraan bermotor yang jumlahnya sudah lebih 2 juta di Makassar ini," jelasnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Appi-Aliyah
Appi mengatakan manusia akan menjadi objek pertama yang merasakan dampak perubahan iklim tersebut sehingga setiap individu bertanggungjawab atas perubahan iklim. Dia pun ingin melibatkan semua elemen masyarakat untuk menghadapi perubahan iklim.
"Mengenai perubahan iklim yang sangat ekstrim, tentu yang merasakan dampak yang paling nyata adalah pertama adalah manusianya, artinya kita yang menjadi objek, walaupun ini iklim yang berubah secara global," kata Appi.
"Kita sebagai individu harus mempersiapkan ini, mengantisipasi ini, yang harus kita lakukan bagaimana pola yang harus kita lakukan secara individu dulu, artinya setiap individu bertanggung jawab terhadap apa yang bisa terjadi dan bisa menurunkan apa yang namanya perubahan iklim atau tingkat kepanasan yang sangat tinggi," bebernya.
Appi kemudian menawarkan tiga solusi menghadapi perubahan iklim ekstrem. Pertama dia ingin melibatkan anak sekolah untuk menanam pohon minimal satu anak dua pohon.
"Saya, kami dari pasangan MULIA insyaallah kalau kami terpilih menjadi wali kota dan wakil wali kota, yang paling pertama adalah bagaimana keterlibatan seluruh masyarakat yang ada di Kota Makassar, termasuk anak-anak sekolah yang kita harus berikan kemampuan untuk menanam minimal dua pohon satu anak, untuk dijaga, untuk menjaga kelestarian ini," paparnya.
Selanjutnya, Appi menekankan pentingnya taman kota dalam menghadapi perubahan iklim. Taman kota akan menjadi solusi mengurangi dampak efek rumah kaca dan menambah kecerdasan bagi anak-anak.
"Kedua adalah bagaimana kita membangun yang namanya taman-taman kota, taman-taman kota ini harus kita bangun supaya kegiatan yang ada di dalam ruang bisa kita minimalisir sehingga efek rumah kaca tidak terlalu besar dampak yang ditimbulkannya," katanya.
"Apalagi anak-anak kita sangat butuh ruang terbuka hijau untuk menambah kecerdasan dan kesehatan yang mereka miliki," lanjutnya.
Terakhir, Appi mengatakan diperlukan kebijakan dari pemerintah kota untuk merumuskan regulasi terkait pembangunan green building. Dia ingin, pemerintah membuat kebijakan yang memperhatikan perubahan iklim.
"Berikutnya bagaimana kita membangun yang namanya green building dengan regulasi yang dilakukan pemerintah. Di sini fungsi akan sangat kuat karena regulasi yang dihasilkan akan memberikan dampak, tetapi regulasi ini jangan cuma pepesan kosong tapi harus berdampak sangat kuat untuk menjaga kelestarian kota ini," pungkasnya.
Seto-Rezki
Andi Seto mengatakan ada sejumlah strategi yang disiapkan dalam meningkatkan indeks kualitas lingkungan hidup di Makassar. Dia menyebut banyaknya kendaraan bermotor menjadi salah satu yang perlu menjadi atensi dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Makassar.
"Kurang lebih kiat-kiatnya hampir sama dengan pasangan calon lain. Ada tentu kita harus meningkatkan RTH, penanaman mangrove. Dan yang paling penting penyebab tingginya emisi dan efek rumah kaca di sini adalah begitu banyaknya kendaraan bermotor yang saat ini ada di jalanan Kota Makassar setiap hari," terangnya.
Menurutnya, cara yang bisa dilakukan adalah mengurangi lalu lintas kendaraan pribadi di Makassar. Dia mengaku akan mendorong pembangunan transportasi umum agar penggunaan kendaraan pribadi bisa ditekan.
"Salah satu caranya adalah mengurangi kendaraan pribadi yang juga menyebabkan kemacetan. Sehingga kalau kita bisa mengurangi mereka mudah-mudahan gas-gas yang ada dari kendaraan pribadi tersebut bisa juga berkurang. Caranya adalah dengan lebih banyak membangun transportasi umum, transportasi massal di Kota Makassar," paparnya.
Selain itu, Seto juga menyebut perlu adanya pemanfaatan rumah-rumah warga untuk peningkatan ruang terbuka hijau. Dia ingin setiap rumah menanam pohon atau tanaman kecil dengan memanfaatkan ruang-ruang yang ada.
"Berikutnya yang mungkin kita perlu maksimalkan adalah pemanfaatan rumah-rumah atau ruang-ruang yang ada di rumah-rumah kita. Kami punya konsep yang namanya penanaman pohon-pohon atau tanaman di setiap rumah yang bisa dimanfaatkan juga untuk kebutuhan sehari-hari. Dan juga kita berharap bisa memanfaatkan atap dan dinding yang ada di rumah dengan tanaman kecil yang bisa digantung," jelasnya.
"Dan secara konkret kita minta pemerintah selaku stakeholder bisa menjadi pelopor utama pemanfaatan energi solar di Kota Makassar seperti di gedung balai kota, kecamatan, kelurahan," tambahnya.
Dia juga menyinggung soal indeks kualitas lingkungan hidup di Makassar yang saat ini masih berada di bawah angka 60. Seto menargetkan angkanya naik menjadi 70 dalam 5 tahun masa jabatannya.
"Seperti kita ketahui bersama efek rumah kaca ini menyebabkan timbulnya panas di Kota Makassar yang luar biasa. Kalau kita lihat indeks lingkungan hidup kita saat ini masih di bawah 60. Target kami di masa jabatan terakhir insyaallah kita naikkan menjadi 70," kata Seto.
(asm/ata)