Pedagang bernama Aniarti (38) asal Kabupaten Gowa sudah berjualan kulit ketupat sejak tahun 2013 di Pasar Pabaeng-baeng, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Namun tahun ini, ia merasakan penjualan tidak seramai dulu.
"Memang dari dulu (jualan kulit) ketupat, dari orang tua. Kurang baik tahun ini," kata Aniarti saat ditemui detikSulsel di Pasar Pabaeng-baeng, Makassar, Minggu (30/3/2025).
Aniarti mengatakan dirinya usaha jualan kulit ketupat hanya saat menjelang Lebaran. Dia mengaku penjualannya kali ini tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yah kadang untung kadang rugi, tergantung dari pembeli, cuaca," tambahnya.
Menurut Aniarti cuaca sangat berpengaruh pada penjualannya. Modal yang digunakan untuk usaha ini bergantung pada harga daun pandan.
"Kalau cuaca seperti ini kan kurang orang lewat-lewat karena hujan," tuturnya.
Untuk harga kulit ketupat yang dijualnya, Aniarti mematok harga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per ikat yang berisi sepuluh biji. Selain berjualan kulit ketupat, Aniarti juga memiliki usaha lain.
"Jualan (campuran) juga sama panen padi," katanya.
Aniarti mengatakan hasil dari penjualan ketupat biasanya digunakan sebagai tambahan modal usaha dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia menyebutkan memiliki dua anak yang masih bersekolah.
"Paling tambah-tambah modal, dan untuk anak-anak," ujarnya.
Dia menyebut jika semua kulit ketupatnya laku terjual, ia bisa meraih keuntungan bersih sekitar Rp 500 ribu. Namun dia menjual kulit ketupat hanya pada sehari sebelum Lebaran.
"Biasa dibawa ke sini 1.000 biji untuk satu hari. Satu hari memang dijual untuk pas malam Lebaran saja," pungkasnya.
(ata/asm)