Marak Pria Kuras Isi ATM Warga Makassar Rp 84 Juta Modus Ngaku WNA Brunei

Marak Pria Kuras Isi ATM Warga Makassar Rp 84 Juta Modus Ngaku WNA Brunei

Tim detikSulsel - detikSulsel
Rabu, 27 Mar 2024 09:00 WIB
many mockup credit card above white tablet keyboard on an office wooden table top view
Foto: Getty Images/iStockphoto/Natakorn Ruangrit
Makassar -

Seorang pria di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi korban penipuan senilai Rp 16 juta oleh komplotan pelaku yang mengaku warga negara asing (WNA) asal Brunei Darussalam. Kasus penipuan dengan modus mengaku WNA Brunei tersebut bukan pertama kalinya terjadi di Makassar.

Kasus penipuan dengan modus mengaku WNA Brunei tersebut pertama kali menimpa seorang pelaut Makassar pada awal Maret lalu. Korban yang tak disebutkan identitasnya itu menderita kerugian Rp 68 juta setelah isi kartu ATM-nya dikuras oleh komplotan pelaku.

Kasubnit 2 Jatanras Polrestabes Makassar Ipda Nasrullah mengatakan kasus yang pertama ini dilakukan oleh bernama Risal (40) Rustam (38) Sappewali (44) dan Anton (34). Kasus bermula saat pelaku Risal yang sebenarnya warga Sidrap menemui korban dan berpura-pura sebagai WNA Brunei Darussalam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Risal lalu meminta diantarkan ke sebuah pusat perbelanjaan dengan alasan hendak menjual handphone murah dari Brunei. Selanjutnya, pelaku Rustam juga muncul.

"Jadi awalnya dia minta tunjukan mal. Pada saat dikasih tahu lokasinya lalu pelaku kedua, Rustam muncul dengan settingan pelaku," kata Nasrullah kepada detikSulsel, Senin (11/3).

ADVERTISEMENT

Rustam sendiri datang dengan mengendarai mobil menemui korban dan pelaku. Dia lalu berpura-pura hendak membeli handphone milik Risal.

"Pelaku berpura-pura hendak jual HP dengan harga Rp 7 juta dalam partai banyak. Pelaku kedua kemudian berpura-pura untuk membeli," kata Nasrullah.

Risal selanjutnya bersandiwara enggan menjualnya ke Rustam dan meminta korban mengantarkan dirinya ke pusat perbelanjaan handphone. Korban pun tidak keberatan dengan permintaan Risal.

"Korban dijanjikan persenan dan akhirnya tergoda," lanjutnya.

Rustam yang ikut dengan Risal dan korban akhirnya kembali bersandiwara bahwa dirinya serius hendak membeli handphone milik Risal. Namun Risal meminta Rustam ke ATM mengecek apakah dia memang memiliki saldo atau tidak.

"Jadi dibawa ke ATM, dicek rekan pelaku (Rustam) saldonya memang sekitar Rp 90 juta isinya. Setelah pelaku kedua cek, percaya korban ada isinya ATM-nya. Dibilang orang Brunei (ke korban) kamu ada saldo juga cek dulu di sini," ungkap Nasrullah.

Saat korban mengecek saldonya, para pelaku diam-diam mengintip dan mengingat pin ATM korban. Setelah itu, pelaku Risal meminta korban menyatukan kartu ATM-nya dengan milik Rustam ke dalam amplop.

"Pelaku Brunei bujuk korban sini ATM kamu disatukan di amplop dengan rekan pelaku yang mau beli HP, nanti kamu yang pegang ini amplop sembari dia berpura-pura mengecek barangnya di atas kapal," sebut Nasrullah.

Saat korban lengah, pelaku menukarkan amplop berisi kartu ATM korban dengan amplop berisi kartu ATM lain yang memang telah disiapkan sebelumnya. Selanjutnya, pelaku membatalkan jual-beli handphone tersebut.

"Pada saat sudah masuk di amplop dia tukar itu (kartu ATM). Pada saat mau turun dia kasih itu amplop yang sudah ditukar lalu dikasih amplop (ke korban)," terang Nasrullah.

Saat korban pergi, kedua pelaku bertemu pelaku lainnya, Sappewali dan Anton untuk menguras ATM korban. Hingga akhirnya total dana korban yang raib ialah Rp 68 juta.

"Anton itu memfasilitasi untuk buka rekening. Kalau Sappewali bagian penarikan uang di ATM," pungkas Nasrullah.

Penipuan Modus Ngaku WNA Brunei Kembali Terjadi, simak di halaman berikutnya...

Penipuan Modus Ngaku WNA Brunei Kembali Terjadi

Tak sampai satu bulan berlalu, polisi kembali mengungkap kasus penipuan yang mana pelakunya mengaku sebagai WNA Brunei. Kasus yang kedua ini bermula saat korban yang tidak disebutkan identitasnya sedang berolahraga di Jalan Boulevard, Makassar.

Saat berada di depan sebuah bank, korban tiba-tiba dihampiri pelaku bernama Sultan (43) yang bertanya tentang lokasi penjualan handphone. Sama seperti kasus sebelumnya, pelaku Sultan juga beralasan dirinya merupakan seorang pengusaha yang ingin menjual 100 unit HP.

Belum selesai perbincangan pelaku Sultan dengan korban, muncul seorang pria tak dikenal yang mengaku dari Samarinda dan menawarkan diri sebagai pembeli HP milik Sultan tersebut.

Sultan dan pria mengaku dari Samarinda itu kemudian pergi ke bank untuk mengecek saldo masing-masing di ATM. Korban yang tak sadar juga ikut ke ATM.

"Setelah dilakukan pengecekan pelapor melihat saldo rekening milik orang Samarinda tersebut sekitar sebesar Rp 9 miliar," kata Devi.

Setelah itu, pelaku dan pria yang mengaku dari Samarinda itu mengajak korban ke pelabuhan dengan maksud mengecek 100 unit handphone tersebut. Namun dalam perjalanan, korban diminta ganti celana ke apartemennya.

Setelah kembali dari apartemennya, korban justru tidak menemukan pelaku dan pria yang mengaku dari Samarinda tersebut. Korban akhirnya menunggu di sebuah warkop.

"(korban) menunggu di warkop selanjutnya pelapor sempat melakukan transaksi ke anak pelapor sebesar Rp 35 juta melalui m-banking," kata Devi.

Berselang beberapa waktu kemudian, korban berusaha melakukan pembayaran bahan bangunan. Hanya saja korban terkejut sebab saldonya tidak cukup.

Setelah mengecek lebih lanjut, korban menemukan saldonya sudah berkurang sebesar Rp 16.450.000. Dalam mutasi rekening korban, uang yang raib ternyata ditarik tunai oleh pelaku Sultan dan rekan-rekannya.

"Dan setelah pelapor mengecek kartu ATM pelapor yang dimana kartu ATM korban ternyata ditukar oleh pelaku," katanya.

Polisi yang menerima laporan akhirnya turun tangan melakukan penyelidikan dan menangkap kedua pelaku bernama Sultan dan Pacci tersebut. Kepada polisi, keduanya mengakui aksinya.




(hmw/hmw)

Hide Ads