5 Hal Tentang Guru SMK di Pinrang Paksa Siswi VCS Modus Perbaikan Nilai

5 Hal Tentang Guru SMK di Pinrang Paksa Siswi VCS Modus Perbaikan Nilai

Muhclis Abduh - detikSulsel
Rabu, 18 Sep 2024 09:00 WIB
poster
Foto: Ilustrasi pelecehan seksual. (Edi Wahyono/detikcom)
Pinrang -

Oknum guru SMK berinisial AS di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel), diduga memaksa siswinya melakukan video call sex (VCS). Terduga pelaku melancarkan aksinya dengan modus perbaikan nilai mata pelajaran korban.

Kasus yang terungkap setelah viral di media sosial ini melibatkan oknum guru olahraga di SMK Negeri 2 Pinrang pada Agustus 2024. Polisi telah melakukan klarifikasi terkait kasus ini meski korban tidak melaporkan peristiwa yang dialaminya.

"Kami telah meminta klarifikasi semua. Penyelesaian katanya di sekolah sendiri," kata Kasat Reskrim Polres Pinrang, Iptu Andi Reza Pahlawan kepada wartawan, Senin (16/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirangkum detikSulsel, berikut 5 hal tentang oknum guru SMK Negeri 2 Pinrang yang diduga memaksa siswinya VCS:

1. Oknum Guru Kerap Ajak Siswi VCS

Polisi telah meminta keterangan korban dan saksi terkait kasus ini. Dari hasil pemeriksaan, oknum guru kerap meminta korban dalam kondisi tanpa busana saat VCS.

ADVERTISEMENT

"Oknum guru dari SMK 2 tersebut selalu melakukan kontak baik itu chatting dan video call via WhatsApp meminta kepada korban untuk membuka bajunya," ungkap Reza.

Ajakan dari oknum guru tersebut kerap ditolak korban. Namun penolakan itu tidak membuat oknum guru tersebut berhenti mengganggu korban.

"Cuman dari korban tidak merespons untuk melakukan VCS," tambahnya.

2. Korban Dilecehkan Pelaku di Sekolah

Oknum guru tersebut juga melakukan pelecehan seksual terhadap siswinya. Pelaku yang merangkap sebagai guru bimbingan dan konseling (BK) melancarkan aksinya di sekolah.

"Korban juga mengaku pernah dilecehkan dengan cara dipegang bokongnya oleh terduga pelaku," ungkap Reza.

Pelaku sengaja memanggil korban ke kantornya. Pelecehan itu terjadi saat kondisi ruangan pelaku sedang sepi.

"Kejadian tersebut terjadi pada saat kejadian jam sekolah dan di lingkungan sekolah, tepatnya di ruangan BK SMK 2 Pinrang," ucapnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya...

3. Modus Guru Tawarkan Perbaikan Nilai

Reza mengungkap modus kejahatan yang dilakukan oknum guru itu dengan mengiming-imingi korban baju baru. Namun pelaku meminta dikirimi foto korban tanpa busana.

"Pelaku mengaku pernah diiming-imingi akan dibelikan baju oleh terduga pelaku," ungkap Reza.

Namun segala tawaran dari oknum guru itu ditolak oleh korban. Oknum guru itu bahkan sempat menawari perbaikan nilai kepada siswinya.

"Modusnya selain dibelikan baju juga kata korban modus untuk perbaikan nilai," imbuhnya.

4. Korban Diancam DO Jika Buka Suara

Reza mengatakan pihak sekolah sebenarnya sudah memanggil korban terkait peristiwa yang dialaminya. Namun saat itu korban diduga diminta tidak menyebarluaskan informasi itu karena diancam akan dikeluarkan atau drop out (DO) dari sekolah.

"Korban mengaku diancam akan dikeluarkan jika korban menceritakan hal tersebut lebih luas dikarenakan dianggap akan mencemarkan nama baik sekolah," tutur Reza.

Namun, Kepala SMK Negeri 2 Pinrang Abdul Kadir membantah tudingan. Dia menegaskan pihaknya tidak pernah mengintervensi korban agar tutup mulut terkait kasus dugaan pelecehan seksual itu.

"Saya tidak pernah menekan, andaikan dia ditekan, dia (korban) tidak akan ke sekolah dan hari ini selalu ke sekolah," tegas Abdul Kadir saat dikonfirmasi, Selasa (17/9).

5. Oknum Guru Diberhentikan Sementara

Kepala SMK Negeri 2 Pinrang, Abdul Kadir menegaskan sudah menindaklanjuti kasus dugaan pelecehan terhadap siswinya. Oknum guru yang diduga sebagai pelaku sudah diberhentikan sementara.

"Tadi hasil rapat kami itu memutuskan guru kami ini diistirahatkan dulu (diberhentikan sementara). Jadi sementara tidak mengajar dulu," ujar Abdul Kadir.

Oknum guru yang sudah mengajar dua tahun terakhir di SMK Negeri 2 Pinrang itu selanjutnya akan diperiksa lebih lanjut oleh Inspektorat Pinrang. Pihaknya juga memastikan korban tetap bersekolah.

"(Korban) Datang sebagaimana biasa ke sekolah. Saya juga sudah ketemu dan memberikan semangat untuk menyelesaikan sekolah karena dia sudah kelas 3," jelasnya.


Hide Ads