Kota Makassar

Mahasiswa Unhas Tewas saat Diksar Mapala, Ada Petunjuk Kekerasan di HP Korban

Agil Asrifalgi - detikSulsel
Jumat, 27 Jan 2023 15:46 WIB
Foto: Virendy Marjefy (19), mahasiswa Fakultas Teknik Unhas yang meninggal saat ikut diksar Mapala. (Reinhard Soplantila/detikSulsel)
Makassar -

Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) yang meninggal dunia saat Diksar Mapala Teknik, Virendy Marjefy (19) disebut meninggalkan petunjuk soal dugaan kekerasan oknum seniornya. Hal itu diungkap ayah korban yang menemukan bukti chat Virendy dengan rekan kampusnya.

"Dia baku chat sama temannya di handphone-nya dia (Virendy) bilang untungnya dia pake kaca mata jadi tappe'-nya (tempeleng) senior tidak ke arah mata," kata Ayah Virendy, James Wehantouw kepada detikSulsel, Jumat (27/1/2023).

James mengatakan kekerasan yang dialami oleh Virendy tidak diketahui kapan terjadinya. Namun ia mengatakan curhatan anaknya terkait perlakuan senior yang kemudian diceritakan kepada teman kampusnya.


"Saya tidak sempat tanya itu apakah di lokasi Diksar atau sebelum yang jelasnya Itu banyak curhat-curhatannya anak saya," ujar James.

Selain itu, ayah Virendy juga mengatakan bahwa ternyata anaknya masuk Mapalasta atas perintah senior. Terkait biaya pendaftaran semua ditanggung oleh senior agar korban mau ikut Diksar Mapala Teknik 09 Unhas.

"Ada catatannya di HP-nya mengenai sebelum ikut Diksar apa kalau tidak masuk selalu ditahan di sekretariat, dia pun masuk Mapala itu seniornya yang bayarkan untuk biaya pendaftaran masuk Mapalanya," ucapnya.

Sebelumnya diberitakan, kasus kematian Virendy Marjefy memasuki babak baru. Keluarga korban meminta jasad anaknya untuk diautopsi.

Keluarga sebelumnya menolak jasad Virendy diautopsi lantaran ingin segera dimakamkan. Namun belakangan keluarga meminta pihak kepolisian melakukan autopsi dengan membongkar makam Virendy.

"Autopsi di makam, karena kan sudah dimakamkan (Virendy), dibongkar lagi," kata ayah korban, James Wehantouw, Kamis (26/1/).

Keluarga Curiga Panitia Diksar Mapala Teknik Unhas Lakukan Kekerasan

Pihak keluarga juga menilai ada kejanggalan dalam kematian Virendy.

"Baru, ini baru mau ke kantor polisi," kata ayah korban, James saat ditemui di kediamannya di Makassar, Minggu (15/1/).

James mengaku, melaporkan kejadian yang menimpa anak ketiganya itu lantaran terdapat kejanggalan dari kematiannya. Dia melaporkan organisasi Mapala dan Unhas.

"Yang kita laporkan organisasinya dan pasti ikut mi juga kampusnya, karena kan ada yang melepaskan intinya berdua mi di situ," ujarnya.

Simak di halaman berikutnya: Mapala Unhas Sempat Bantah Ada Kekerasan...



Simak Video "Video Pengakuan Pembakar Pos Polisi di Makassar: Nggak Tahu, Bodoh Saya"

(hmw/sar)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork