Renungan Harian Katolik 25 Oktober 2025 dan Bacaannya: Pohon yang Berbuah

Osmawanti Panggalo - detikSulsel
Sabtu, 25 Okt 2025 08:30 WIB
Ilustrasi (Foto: freepik/Freepik)
Makassar -

Umat Katolik setiap hari melakukan ibadah dan membaca renungan berdasarkan bacaan yang telah diatur di kalender liturgi. Lantas, apa bacaan dan renungan harian Katolik hari ini, Sabtu, 25 Oktober 2025?

Berdasarkan kalender liturgi yang sudah di atur oleh KWI, bacaan hari ini yaitu Rm 8:1-11, Mzm 24:1-2,3-4ab,5-6 dan Luk. 13:1-9. Hari ini merupakan hari biasa.

Renungan Katolik Sabtu, 25 Oktober 2025 mengangkat tema "Pohon yang Berbuah" dikutip dari buku Renungan Tiga Titik Oleh Meilani Kesuma Putri. Nah, artikel ini juga memuat informasi:


  1. Bacaan harian berdasarkan kalender liturgi
  2. Renungan harian hari ini Sabtu, 25 Oktober 2025
  3. Doa untuk menghayati sabda Tuhan
  4. Kisah orang kudus yang dirayakan hari ini

Yuk, disimak!

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 25 Oktober 2025

Berikut bacaan hari ini:

Bacaan I: Rm 8:1-11

Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,

supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.

Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.

Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.

Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.

Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.

Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-2,3-4ab,5-6

Mazmur Daud. Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.

Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai.

"Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?"

"Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.

Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.

Itulah angkatan orang-orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub." Sela

Bacaan Injil: Luk. 13:1-9

Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.

Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?

Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.

Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?

Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."

Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.

Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!

Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,

mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"

Renungan Hari Ini: Pohon yang Berbuah

Jawab orang itu: "Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah, jika tidak, tebanglah dia!" (Luk. 13:8-9)

Dalam Injil Lukas 13:1-9, Yesus berbicara tentang pohon ara yang tidak berbuah. Pemilik kebun ingin menebangnya, tetapi pengurus kebun memohon kesempatan: "Biarkanlah ia tumbuh tahun ini lagi; aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya.

Mungkin tahun depan ia berbuah." Kisah ini menyatakan Allah yang sabar menanti pertobatan kita. Gambaran ini dapat kita lihat dalam kisah Santo Fransiskus dari Assisi, sebagaimana ditampilkan dalam film "Francis of Assisi" dan "Brother Sun, Sister Moon".

Fransiskus muda, anak seorang pedagang kaya, hidup dalam pesta pora dan ambisi. Namun, hidupnya kosong, bagaikan pohon yang tandus.

Tuhan tidak "menebang" hidupnya, melainkan memberinya kesempatan. Pengalaman pahit dalam perang membuatnya sakit parah. tulah titik balik hidupnya.

Momen yang paling menentukan adalah ketika Fransiskus menanggalkan pakaian kebangsawanannya di hadapan ayah dan uskup, sambil berkata bahwa hanya Allah yang menjadi Bapanya. Dari hidup yang sia-sia, ia berubah menjadi pohon yang berbuah kasih dan damai.

Ia merawat orang kusta, membangun kembali gereja yang runtuh, serta menarik pengikut yang kelak menjadi saudara-saudara Fransiskan. Perjalanannya tidak mudah.

Ia sempat ditentang ayahnya, ditolak masyarakat, bahkan diragukan para penguasa Gereja. Namun pada akhirnya, Gereja menerima dan meneguhkan Ordo Fransiskan, yang memilih hidup miskin demi Kristus.

Film "Francis of Assisi" menekankan keberanian Fransiskus meninggalkan harta dan status. Kita pun diajak berani melepaskan hal-hal yang membuat hidup tandus: kesombongan, keserakahan, atau gaya hidup yang hanya mengejar pujian.

Film "Brother Sun, Sister Moon" memperlihatkan sisi lembut Fransiskus yang menemukan Tuhan dalam alam dan kesahajaan. Matahari disebutnya sebagai "saudara" dan bulan sebagai "saudari".

Kita pun dipanggil untuk bersyukur atas hal-hal yang sederhana: udara segar, keluarga, sahabat, bahkan senyum tulus dari orang kecil. Pertobatan sejati bukan hanya meninggalkan dosa, tetapi juga menghasilkan buah nyata: kepedulian, kerendahan hati, dan pelayanan.

Fransiskus melayani kaum miskin dan membawa damai. Kita pun bisa menjadi berkat di lingkungan kita.

Allah masih sabar menunggu kita. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Hari ini adalah waktu untuk berbuah.

Doa:

Bapa yang penuh kasih, terima kasih karena Engkau sabar menanti pertobatan kami. Melalui teladan Santo Fransiskus, kami Kau ajari keberanian untuk meninggalkan kesia-siaan dunia, dan hati yang lembut untuk menemukan Engkau dalam kesederhanaan hidup. Curahkanlah Roh Kudus-Mu agar hidup kami tidak tandus, melainkan menjadi pohon yang subur, membawa damai, syukur, dan sukacita. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Kisah Orang Kudus Hari Ini

Santo Gaudensius, Uskup dan Pengaku Iman

Gaudensius lahir pada pertengahan abad ke-4 di kota Brescia, Italia dari sebuah keluarga Kristen saleh. Semenjak masa mudanya ia mendapat pendidikan dan pelajaran agama langsung dari uskupnya, Santo Philaster.

Ternyata oleh pendidikan itu, ia berkembang dewasa menjadi seorang pemuda yang saleh, bijaksana dan cakap. Karena itu ia dikagumi oleh orang-orang sekotanya.

Ketika dewasa, ia berziarah ke Yerusalem dan berbagai tempat suci bersejarah dengan maksud agar dilupakan oleh para pencintanya di Brescia. Sementara ia berada di Tanah Suci, uskup kota Brescia meninggal dunia.

Segenap imam dan umat kota itu dengan suara bulat memilih Gaudensius sebagai uskup baru. Uskup-uskup Italia di bawah pimpinan Uskup Santo Ambrosius berkumpul dan meresmikan pilihan itu.

Mereka lalu mengirim kabar kepada Gaudensius yang pada waktu itu sedang berada di Kapadokia, Asia Kecil untuk memintanya segera pulang ke Brescia guna mengemban tugas sebagai Uskup kota Brescia. Mendengar kabar itu, Gaudensius, yang mulanya merasa berat, segera pulang karena hormatnya yang besar kepada Uskup Santo Ambrosius yang saleh itu.

Di Brescia ia ditahbiskan menjadi uskup pada tahun 397. Sebagai uskup, Gaudensius menaruh perhatian besar pada bidang pengajaran agama bagi seluruh umatnya.

Dalam rangka itu, ia dengan rajin menjelajahi seluruh keuskupannya untuk berkotbah. Ia sendiri pun bersikap tegas kepada dan menghukum orang-orang yang berkelakuan buruk, yang hanya mengejar kenikmatan duniawi sambil melupakan tuntutan ajaran Injil Kristus.

Prestasi kerjanya sungguh mengagumkan. Ia diutus Paus untuk menghadap kaisar Konstantinopel guna membebaskan Santo Krisostomus. Usahanya itu gagal malahan ia diperlakukan dengan kasar oleh kaisar. Gaudensius meninggal dunia pada tahun 410.

Santo Krisantus dan Daria, Martir

Kedua orang kudus ini dihormati sebagai martir-martir Roma yang dibunuh pada masa pemerintahan bersama dua orang kaisar Roma, Karinus dan Numerianus (283-285). Hari kelahiran dan kematian mereka tidak diketahui dengan pasti.

Cerita tentang kemartiran mereka diketahui dari sebuah cerita kuno abad kelima. Menurut cerita itu Krisantus adalah putera Polemius, seorang bangsawan kafir.

Ia menjadi Kristen dan giat dalam usaha penyebaran iman Kristen kepada orang-orang Roma. Ayahnya yang masih kafir itu tidak merestui dan berusaha keras dengan berbagai cara untuk memurtadkan kembali dia.

Tetapi Krisantus tetap tidak mau mengingkari imannya. Cara terakhir yang dipakai ialah memaksa Krisantus menikah dengan Daria, seorang iman kafir.

Untuk itu ia mempertemukan Krisantus dengan Daria. Apa yang terjadi? Berlawanan dengan harapannya, Daria justru jatuh cinta pada Krisantus dan bertobat menjadi Kristen.

Mereka kemudian hidup bersama sebagai suami-isteri, dan menghayati suatu kehidupan Kristen penuh bakti kepada Tuhan. Mereka giat dalam penyebaran iman Kristen dan berhasil mempertobatkan banyak orang Roma, termasuk hakim yang diperintahkan untuk memaksa mereka menyangkali imannya.

Akibatnya ialah mereka ditangkap dan disiksa oleh penguasa Roma. Setelah mengalami berbagai macam siksaan, mereka dirajam dan dikuburkan hidup-hidup di Jalan Salaria, di luar kota Roma pada tahun 283.

Peristiwa pembunuhan tersebut tidak menakutkan orang-orang Kristen dalam usahanya menyebarkan iman Kristen, malah semakin menarik banyak orang Roma berpaling kepada kebenaran yang ada di dalam Kristus sebagaimana diwartakan oleh iman Kristen.

Santo Gregorius dari Tours (538-394) mengatakan bahwa di tempat kedua martir itu dimakamkan didirikan sebuah tempat ibadah untuk menghormati mereka. Kemudian pada abad kesembilan jenazah mereka dipindahkan ke Munstereifel, Jerman.

Santa Margaretha, Martir

Margaretha dibunuh oleh suaminya pada tahun 1176 dan dimakamkan di luar tempat pemakaman orang-orang beriman. Mulanya suaminya menyangkal tuduhan itu, dengan mengatakan bahwa Margaretha gantung diri.

Tetapi karena pada kubur Margaretha terjadi begitu banyak mujizat, penipuan suaminya itu terbongkar. Lalu jenazah Margaretha digali kembali dan dimakamkan di dalam gereja Roskilde, Denmark.

Demikian renungan harian Katolik Sabtu, 25 Oktober 2025 dengan bacaannya. Semoga bermanfaat!



Simak Video "Video: Pramono Resmikan Gereja Kalvari Lubang Buaya"

(urw/urw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork