Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Gorontalo memberikan penjelasan terkait fenomena hujan jelly di Kabupaten Gorontalo Utara. BMKG menyebut hujan jelly bisa terjadi karena faktor biologis hingga pencemaran air.
"Ya, terkait fenomena terjadinya hujan jelly di Gorontalo Utara disebabkan oleh 3 faktor, yaitu proses biologis, fenomena meteorologi, dan pencemaran atau limbah," kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Gorontalo, Cucu Kusmayancu kepada detikcom, Minggu (16/2/2025).
Dia mengatakan hujan jelly karena faktor biologis artinya hewan laut berukuran kecil terangkat ke atmosfer oleh badai atau angin kencang. Hewan laut itu kemudian jatuh bersamaan dengan hujan pada umumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Proses biologis hujan jelly seringkali disebabkan oleh hewan laut kecil seperti ubur-ubur atau plankton yang terangkat ke atmosfer oleh badai atau angin kencang. Partikel gelatin dari organisme-organisme ini bisa jatuh bersama dengan hujan," jelasnya.
Cucu mengungkap bahwa fenomena meteorologi memungkinkan angin mengangkat bahan-bahan dari permukaan laut atau kolam ke atmosfer. Selain itu, pencemaran atau limbah industri dapat juga menyebabkan hujan jelly.
"Beberapa kasus hujan jelly bisa juga terkait dengan limbah industri atau pencemaran air, yang menghasilkan bahan-bahan gelatin atau mirip jelly, meskipun hal ini sangat jarang dan lebih mengarah ke fenomena yang merusak lingkungan," bebernya.
Namun Cucu menegaskan bahwa penyebab terjadinya fenomena hujan jelly butuh penelitian lebih lanjut. Apalagi hujan jelly baru pertama kali terjadi di Gorontalo.
"Untuk mengetahui penyebab secara pastinya membutuhkan penelitian lebih lanjut," tutur Cucu.
Diberitakan sebelumnya, fenomena hujan jelly terjadi di Desa Leayo, Kecamatan Tomilito, Gorontalo Utara pada Sabtu (15/2) sekitar pukul 20.00 Wita. Fenomena tersebut membuat warga sekitar menjadi heboh.
"Baru pertama kali dan ini fenomena yang aneh, setau saya tidak pernah ada, dan saya saja baru dengar kalau ada hujan jelly," ujar warga Leayo, Ewan (37) kepada detikcom, Minggu (16/2).
(hsr/sar)