Imlek merupakan perayaan tahun baru masyarakat etnis Tionghoa yang memiliki beragam simbol dan makna. Lantas, apakah makna Imlek bagi masyarakat etnis Tionghoa sebenarnya?
Perayaan Imlek ditentukan berdasarkan penanggalan kalender China yang jatuh pada tanggal 1. Perayaan tersebut diselenggarakan sebagai bentuk penyambutan tahun baru bagi masyarakat etnis Tionghoa di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dalam perayaannya, terdapat sejumlah simbol yang masing-masing memiliki makna tertentu. Untuk mengetahuinya, berikut penjelasan terkait makna Imlek yang telah dirangkum detikSulsel lengkap dengan sejarahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makna Imlek
Melansir Skripsi Universitas Lampung yang berjudul Fungsi dan Makna Penyambutan Hari Raya Imlek pada Masyarakat Etnis Tionghoa di Kota Bandar Lampung, perayaan imlek memiliki makna sebagai perwujudan dari harapan-harapan masyarakat Tionghoa. Harapan itu di antaranya keselamatan, kemakmuran, dan kesejahteraan.
Masyarakat etnis Tionghoa khususnya di Indonesia merayakan Imlek dengan ucapan syukur atas rezeki yang telah diberikan selama tahun sebelumnya. Selain itu, Imlek menjadi simbol harapan agar tahun ini menjadi tahun yang berkah dan lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Adapun Imlek ini dirayakan selama 15 hari dengan berbagai tradisi di dalamnya. Berikut ini, tradisi-tradisi yang dilakukan saat Imlek beserta maknanya:
1. Menyapu Rumah
Pada malam sebelum Imlek, masyarakat Tionghoa menyapu rumah mereka agar terlihat bersih dan rapi. Kegiatan menyapu rumah tersebut memiliki makna agar semua kesialan di tahun sebelumnya ikut tersapu.
Namun, pada hari Imlek tidak diperbolehkan menyapu rumah karena dipercaya dapat menyapu seluruh keberuntungan yang datang.
2. Makan Bersama Keluarga
Selanjutnya, ada acara makan bersama keluarga besar yang memiliki makna menyambut Imlek dengan keluarga.
3. Pertunjukan Barongsai dan Liang Liong
Pada malam menjelang Imlek, juga diadakan pertunjukan meriah seperti liang liong dan barongsai sembari menyalakan petasan. Kegiatan itu memiliki makna memeriahkan tahun baru China.
Tarian Barongsai juga disebut dengan tarian singa atau Nong Shi yang dipercaya dapat mengusir roh-roh jahat. Singa menurut orang Tionghoa melambangkan kebahagiaan dan kegembiraan.
4. Berbagi Angpao
Masyarakat etnis Tionghoa yang sudah menikah membagi uang dalam amplop merah (angpao) kepada anak-anak dan orang yang dituakan. Sebab ada anggapan bahwa orang yang telah menikah berarti sudah mapan secara ekonomi.
Selain itu, bagi-bagi angpao dilakukan dengan harapan orang yang telah menikah dapat memberikan nasib baik kepada yang diberi, seperti jodoh. Bagi seseorang yang belum menikah dan ingin berbagi angpao, sebaiknya hanya memberikan uang tanpa amplop merah.
5. Mengenakan Baju Warna Merah dan Emas
Saat perayaan berlangsung, etnis Tionghoa menggunakan pakaian baru berwarna merah atau emas. Kedua warna itu melambangkan kebaikan dan kesejahteraan dalam kebudayaan Tionghoa.
Terkhusus untuk warna merah yang identik dengan perayaan Imlek menunjukkan kegembiraan dan semangat yang akan membawa nasib baik. Juga bermakna kebahagiaan, keceriaan, dan memberi keyakinan akan adanya masa depan yang cerah.
6. Menyajikan Makanan Khas Imlek
Tidak hanya itu, perayaan Imlek juga dapat ditandai melalui makanan-makanan yang memiliki makna tertentu. Pertama, yaitu kue keranjang yang memiliki cita rasa manis bermakna kemanisan pada tahun baru yang akan datang.
Kemudian disajikan pula jeruk mandarin yang bermakna membawa keberuntungan dan kekayaan. Selanjutnya kue lapis legit yang melambangkan manisnya kehidupan dan lapisannya berarti kelimpahan kenikmatan.
Ada juga mie panjang yang melambangkan akan memperoleh umur panjang jika disantap. Terakhir, pada perayaan Imlek di hari ke-15 akan disajikan onde-onde yang melambangkan keberuntungan.
7. Memasang Lampion dan Ornamen Imlek
Lampion memiliki makna pengharapan bahwa di tahun baru akan diwarnai dengan keberuntungan, rezeki, dan kebahagiaan. Selain itu, memasang lampion di setiap rumah dipercaya dapat mengusir kekuatan jahat.
Biasanya, etnis Tionghoa juga memasang bunga segar yang diyakini akan membawa keceriaan, semangat, dan keberuntungan di tengah kemeriahan pergantian tahun.
Sejarah Perayaan Imlek
Perayaan Imlek mulanya dilaksanakan oleh para petani di China untuk menyambut kedatangan musim semi. Konon, ada seekor binatang raksasa bernama Nian yang akan memakan manusia pada pergantian tahun.
Sampai suatu ketika datang seorang kakek yang menantang Nian untuk memangsa binatang pemangsa lainnya. Nian menerima tantangan itu dan memakan hewan pemangsa lainnya sehingga membawa kedamaian dan kegembiraan.
Setelahnya, Nian dan si Kakek yang merupakan seorang dewa itu menghilang. Sebelum pergi kakek berpesan agar warga memasang dekorasi kertas berwarna merah yang ditakuti oleh Nian di pintu dan jendela.
Selain itu, masyarakat juga diminta membunyikan petasan untuk mengusir Nian. Oleh karena itu, perayaan Imlek atau Sin Tjia dirayakan dengan cara memasang lampion merah dan membunyikan petasan di malam pergantian tahun baru.
Sejarah Imlek di Indonesia
Pada masa orde baru, perayaan Imlek masih dibatasi sampai setelah reformasi. Pada tahun 2000, pemerintah memberikan kebebasan kepada masyarakat Tionghoa di Indonesia untuk merayakan tahun baru Imlek yang kala itu dipimpin oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
Presiden Abdurrahman Wahid juga mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif. Lalu, pada tahun 2003 Imlek diresmikan sebagai salah satu libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.
Nah, itulah tadi informasi terkait makna imlek lengkap dengan sejarahnya. Semoga menambah wawasan ya, detikers!
(edr/urw)