Sejarah Imlek dan Tradisi Saat Perayaan Tahun Baru China

Sejarah Imlek dan Tradisi Saat Perayaan Tahun Baru China

St. Fatimah - detikSulsel
Sabtu, 27 Jan 2024 21:30 WIB
Suasana Imlek mulai terasa di kawasan pertokoan di Cibadak, Kota Bandung.
Ilustrasi perayaan Imlek (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)
Makassar -

Perayaan Tahun Baru Imlek tidak terlepas dari sejarah yang melatarbelakanginya. Berikut ini sejarah Imlek dan tradisi perayaannya.

Imlek merupakan perayaan tahun baru yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Perayaan ini telah ada sejak zaman dahulu dan terus dirayakan hingga saat ini.

Perhitungan tahun baru Imlek berdasarkan sistem penanggalan China yang juga dikenal sebagai kalender Lunar. Berbeda dengan kalender Masehi, kalender Lunar mengikuti siklus Bulan dan Matahari, sehingga penentuan tanggal Imlek sedikit berubah dari tahun ke tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk memeriahkan Tahun Baru Imlek, masyarakat Tionghoa biasanya merayakannya dengan berbagai tradisi seperti pertunjukan barongsai, bagi-bagi angpao dan masih banyak lagi. Nah bagi detikers yang ingin mengetahui lebih dalam tentang Imlek, yuk simak ulasannya di bawah ini mulai dari sejarah Imlek hingga tradisi perayaannya.

Sejarah Imlek

Melansir dari Jurnal Universitas Sumatera Utara yang berjudul Mitos Tradisi Perayaan Tahun Baru Imlek, Imlek atau juga dikenal dengan Sin Cia adalah tradisi pergantian tahun. Perayaan tersebut mulai dikenal sejak zaman Dinasti Xia.

ADVERTISEMENT

Awalnya, Imlek adalah tradisi yang dilakukan oleh para petani untuk menyambut musim semi. Seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut berkembang menjadi perayaan Tahun Baru Imlek karena tradisinya yang bertepatan di awal tahun menurut perhitungan kalender China.

Selain itu, terdapat pula legenda Tionghoa yang menceritakan asal usul Imlek. Pada zaman dahulu, terdapat monster besar pemakan manusia yang berasal dari dasar laut atau gunung yang bernama Nian.

Nian ini muncul pada akhir musim dingin yang bertepatan dengan tahun baru untuk memakan panen, ternak, dan bahkan penduduk desa. Suatu waktu, penduduk desa melihat Nian lari ketakutan setelah bertemu seorang anak yang mengenakan baju merah.

Peristiwa ini membuat mereka menyadari bahwa Nian takut pada warna merah. Oleh sebab itu, setiap pergantian tahun, penduduk desa akan mengenakan pakaian merah untuk mengusir Nian.

Mereka juga memasang lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan pintu rumah sebagai upaya perlindungan. Sejak saat itu, Nian tidak pernah muncul kembali ke desa tersebut. Cara pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru Imlek.

Sejarah Imlek di Indonesia

Dilansir dari laman Radio Republik Indonesia (RRI), sejarah Imlek di Indonesia berawal dari kedatangan orang China ke Asia Tenggara untuk berdagang. Kedatangan mereka tidak hanya memengaruhi sektor komoditas di Indonesia, tetapi juga membawa tradisi perayaan Imlek ke tanah air.

Pada masa pemerintahan Soekarno, terdapat regulasi mengenai perayaan agama, termasuk bagi kaum Tionghoa. Saat itu, orang Tionghoa diberikan kebebasan untuk mengekspresikan identitas mereka, menggunakan bahasa Mandarin, bahasa lokal, dan memiliki media berbahasa Mandarin serta merayakan budaya mereka.

Namun, selama kepemimpinan Soeharto, segala upacara keagamaan dan tradisi Tionghoa hanya diizinkan di dalam lingkungan keluarga dan ruangan tertutup. Barulah pada saat Gus Dur menjabat sebagai presiden, perayaan Imlek kembali diizinkan dan dapat dilaksanakan secara lebih terbuka di masyarakat.

Kemudian, pada tahun 2003, Imlek resmi diumumkan sebagai salah satu hari libur nasional setelah Keputusan Presiden Nomor 19/2002 yang dikeluarkan oleh Megawati Soekarnoputri pada tanggal 9 April 2002. Sejak saat itu, perayaan Imlek di Indonesia dirayakan setiap tahunnya.

Tradisi Perayaan Imlek

Setiap perayaan tentunya memiliki tradisinya masing-masing. Tak terkecuali perayaan Imlek.

Berikut adalah beberapa tradisi yang tidak pernah ketinggalan pada perayaan Imlek yang dilansir dari laman Badan Informasi Geospasial RI:

1. Bersih-bersih Rumah

Sehari sebelum perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa akan membersihkan rumah mereka. Hal ini dilakukan karena pada hari Imlek, mereka tidak boleh membersihkan rumah.

Menurut kepercayaan mereka bahwa membersihkan rumah saat Imlek dianggap mengusir keberuntungan di tahun tersebut. Oleh karena itu, agar rumah tetap bersih saat perayaan Imlek, mereka akan melakukan bersih-bersih rumah sehari sebelumnya.

2. Dekorasi Rumah

Selain membersihkan rumah, masyarakat Tionghoa juga akan mendekorasi rumahnya menjelang Imlek. Biasanya mereka akan mengecat ulang rumahnya dan memasang ornamen-ornamen Imlek seperti lampion, menempelkan kertas yang bertuliskan kata-kata baik, dan lainnya.

Kegiatan tersebut dipercaya dapat mendatangkan kesejahteraan, kekuatan serta mendatangkan keberuntungan.

3. Menghidangkan Makanan Khas Imlek

Makanan khas Imlek bukan hanya sekadar hidangan, tetapi juga memiliki makna simbolis yang terkait dengan keberuntungan, kemakmuran, dan harapan untuk tahun yang baik. Setidaknya hidangan saat Imlek terdiri dari 12 jenis makanan yang melambangkan 12 macam shio.

Selain melambangkan shio, masing-masing makanan tersebut juga memiliki makna tersendiri. Misalnya, ayam utuh melambangkan kemakmuran keluarga, mie panjang yang melambangkan panjang umur yang cara menyantapnya tidak boleh dipotong, serta kue lapis legit yang mengartikan rezeki yang berlapis-lapis.

Selain hidangan tersebut, kue keranjang dan jeruk juga menjadi makanan yang wajib untuk dihidangkan saat Imlek.

4. Petasan dan Kembang Api

Tradisi Imlek yang tidak pernah terlewatkan adalah menyalakan petasan dan kembang api. Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, membakar petasan dan kembang api saat Imlek dapat mengusir nasib buruk di tahun sebelumnya.

Kepercayaan tersebut juga berkaitan dengan cerita legenda Tiongkok tentang Nian, makhluk besar yang merugikan penduduk desa saat itu. Masyarakat kemudian mengusir Nian dengan cara menyalakan kembang api dan petasan.

5. Bagi-bagi Angpao

Tradisi berbagi angpao dalam tradisi Tionghoa ditujukan bagi mereka yang sudah memiliki pasangan. Angpao yang berisi uang tunai tersebut diberikan kepada anak-anak dan orang tua mereka.

Dalam kepercayaan Tionghoa, uang di dalam angpao yang akan dibagikan tidak boleh diisi dengan mengandung angka empat di dalamnya, karena dianggap membawa sial. Jumlah uang yang diberikan juga tidak boleh ganjil, karena berhubungan dengan pemakaman.

Tradisi ini diyakini bisa meningkatkan kelancaran rezeki di masa depan. Mereka juga memaknai tradisi ini sebagai proses transfer energi dan kesejahteraan.

6. Mengunjungi Sanak Saudara

Mengunjungi sanak saudara merupakan salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat Tionghoa saat Imlek. Tradisi ini menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan.

Tak heran, jika pada saat menjelang Imlek banyak warga Tionghoa yang mudik ke kampung halamannya untuk merayakan bersama keluarga mereka. Biasanya selama kunjungan, mereka juga saling memberikan angpao, makan malam bersama, dan mengikuti berbagai tradisi Imlek bersama-sama.

7. Sembahyang Leluhur

Sembahyang leluhur saat Imlek adalah kegiatan spiritual yang sering dilakukan oleh masyarakat Tionghoa sebagai bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek. Tradisi ini dilakukan di rumah sehari menjelang Imlek.

Saat proses sembahyang, masyarakat Tionghoa akan menyalakan dupa dan lilin serta menyajikan persembahan makanan, seperti buah-buahan segar, kue, daging, serta minuman. Tradisi ini bertujuan untuk menghormati dan mendoakan para leluhur yang telah meninggal dunia.

8. Barongsai

Pertunjukkan barongsai menjadi acara yang sering dinanti saat perayaan Imlek. Dalam kepercayaan orang Tionghoa, liong dan barongsai merupakan lambang kebahagiaan dan kesenangan.

Pertunjukan barongsai di Imlek memiliki makna simbolis yang dapat membasmi roh jahat dan membawa keberuntungan serta kemakmuran untuk tahun yang baru. Selain itu, pertunjukan ini juga memberikan warna dan semangat yang meriah dalam perayaan Tahun Baru Imlek.

Itulah informasi tentang sejarah dan tradisi saat perayaan Imlek. Semoga menambah wawasan, detikers!




(edr/edr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads