Sebanyak 1.726 warga di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, masih mengungsi akibat banjir yang tersebar di tujuh desa dari dua kecamatan. Ketinggian air dilaporkan mulai surut namun warga masih memilih bertahan di tempat aman.
"Warga yang terdampak banjir tercatat berjumlah 1.726 jiwa. Warga terdampak ini mengungsi di delapan pos pengungsian," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya, Jumat (26/7/2024).
Adapun rincian lokasi pengungsi, antara lain, pos pengungsian Makodim 1512/Weda 331 jiwa, pos pengungsian Lukulamo 373 jiwa, pos pengungsian Lelilef 363 jiwa, pos pengungsian Trans Waleh 134 jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, pos pengungsian Desa Kobe 132 jiwa, pos pengungsian Gereja Sawai 173 jiwa, pos pengungsian Mako Brimob 315 jiwa, dan pos gedung Irawati 49 jiwa.
"Banjir yang merendam tujuh desa di Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara, sudah berangsur surut pada Kamis (25/7). Kendati demikian, para warga terdampak dilaporkan masih bertahan di pengungsian," jelas Muhari.
Muhari melanjutkan, banjir yang menerjang Halmahera Tengah dipicu meluapnya sungai Kali Kobe dan air pasang laut yang naik. Sebanyak tujuh desa di dua kecamatan terendam, yakni Kecamatan Weda Tengah sebanyak lima desa dan Kecamatan Weda Utara dua desa.
"Kondisi mutakhir berdasarkan laporan yang diterima dari BPBD Kabupaten Halmahera Tengah, ruas Jalan Weda Patani yang sempat tidak bisa dilalui kendaraan per Kamis (25/7) siang sudah dapat dilalui baik oleh roda dua maupun empat," paparnya.
Menurut Muhari, tim SAR gabungan masih melakukan pendataan rumah yang terdampak, melakukan penanganan darurat, serta memenuhi kebutuhan para pengungsi. Tim gabungan juga akan melakukan pembersihan material banjir di permukiman warga setelah pendataan rampung dilakukan.
"Menyusul bencana ini, pemerintah setempat menetapkan status Tanggap Darurat di Kabupaten Halmahera Tengah terhitung mulai 21 Juli sampai dengan 5 Agustus 2024," ungkap Muhari.
Muhari menambahkan, Kabupaten Halmahera Tengah sendiri termasuk wilayah yang rawan terhadap banjir. Kajian inaRISK mengidentifikasi sebanyak 8 kecamatan memiliki indeks bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi dan luas risiko mencapai 13.250 hektare.
Sebelumnya diberitakan, banjir yang menerjang dua kecamatan di Halmahera Tengah terjadi pada Minggu (21/7). Salah satu wilayah paling terdampak di Kecamatan Weda Tengah.
"Tapi yang lebih parah lagi itu di wilayah Transmigran Kobe. Paling parah di sana, sampai orang tidak bisa keluar, itu ketinggian air juga sekitar 1 meter lebih. Karena tadi itu ada orang yang kasih keluar (jual) ikan-ikan," kata Kepala Desa Lelilef Woebulan, Faisal Djamil saat dihubungi, Minggu (21/7).
Faisal sebelumnya telah berkoordinasi dengan sejumlah instansi untuk meminta mengevakuasi warga terdampak ke lokasi yang lebih aman. Hal ini dilakukan karena dikhawatirkan volume air meningkat ketika hujan deras kembali melanda.
(sar/asm)