Populasi Suku Tobelo Dalam atau O' Hongana Manyawa di belantara hutan Halmahera, Maluku Utara yang awalnya berkisar 3.000 orang, kini tersisa sekitar 300-500 orang. Penyusutan itu setelah pemerintah bersama para tokoh agama meminta mereka keluar dari hutan untuk hidup berbaur bersama masyarakat.
"Mereka sudah dipaksa untuk keluar dari hutan, mereka dihubungi (diminta) oleh pemerintah dan para misionaris kristen dan pemuka agama muslim di tahun 1970 sampai 1990," ujar Petugas Peneliti dan Advokasi sia dari Survival International, Callum Rusel dalam keterangannya yang diterima detikcom, Selasa (28/5/2024).
Saat Suku O' Hongana Manyawa keluar dari hutan dan menetap di wilayah permukiman penduduk, kata Callum, banyak di antara mereka yang menderita sakit hingga meninggal dunia. Penyebabnya karena imunitas mereka tidak kuat menghadapi wabah penyakit dari luar hutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak dari mereka sakit hingga mati, karena mereka tidak punya imunitas untuk (menghadapi) penyakit dari luar. Jadi mereka adalah seperti sebuah suku-suku yang terisolasi di dunia ini, seperti dari hutan Amazon di Negara Brazil hingga Kepulauan Andaman, mereka tidak punya imunitas dari penyakit luar," ujarnya.
"Kalau penyakit datang, mereka semua bisa mati dan kami tahu bahwa banyak masyarakat O' Hongana Manyawa yang sakit hingga mati karena penyakit," tambah Callum.
Lebih lanjut Callum menuturkan, saat tim Survival International bertandang ke wilayah perkampungan di Halmahera Timur dan menemui para tetua O' Hongana Manyawa, banyak dari komunitas mereka yang sudah meninggal karena terserang penyakit. Kondisi mereka sangat memprihatinkan dibanding ketika hidup di hutan.
"Banyak dari mereka sudah mati, jadi kondisi mereka sangat-sangat tidak baik. Masyarakat O' Hongana Manyawa yang sangat sehat, mereka semua hidup di hutan, mereka semua sehat dari penyakit," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, populasi Suku Tobelo Dalam atau O' Hongana Manyawa yang hidup secara nomaden di belantara hutan Halmahera, Maluku Utara tersisa sekitar 300-500 orang. Kini, keberadaan mereka terancam dari hadirnya perusahaan tambang nikel.
"Mereka semua ada di hutan, tapi ancamannya adalah pertambangan. Kalau (perusahaan) tambang bongkar hutan mereka, mereka tidak bisa makan, mereka tidak kuat lagi kalau hutan mereka dibongkar," ujar Petugas Peneliti dan Advokasi Asia dari Survival International, Callum Rusel dalam keterangannya yang diterima detikcom, Selasa (28/5).
Callum menyebut populasi Suku O' Hongana Manyawa di seluruh Pulau Halmahera sekitar 3.000 orang. Namun, kebanyakan dari mereka sudah keluar dari hutan dan menetap di wilayah perkampungan.
"Tapi ada sekitar 300-500 orang O' Hongana Manyawa yang masih mengisolasi diri (memilih menetap) di hutan," kata Callum.
Callum kemudian mengirimkan foto tetua O' Hongana Manyawa bernama Meme Hairani, yang saat ini menetap bersama penduduk di Desa Saolat, Kecamatan Wasile Selatan, Kabupaten Halmahera Timur. Meme keluar berbaur dengan masyarakat karena hutan sebagai ruang hidupnya dicaplok perusahaan tambang.
"Ini adalah Meme Hairani, orang tua O' Hongana Manyawa yang sekarang tinggal di Saolat. Dia keluar dari hutan karena tidak ada makanan waktu perusahaan bongkar hutan. Jadi dalam video terbaru ini, kami bisa lihat bahwa hutan mereka dibongkar, mereka dipaksa keluar dari hutan untuk minta makanan, jadi ini situasi darurat," imbuh Calum.
(hmw/sar)