Isi, Tujuan, Sejarah dan Arti Supersemar yang Jadi Tonggak Lahirnya Orde Baru

Isi, Tujuan, Sejarah dan Arti Supersemar yang Jadi Tonggak Lahirnya Orde Baru

Yaslinda Utari Kasim - detikSulsel
Senin, 11 Mar 2024 05:26 WIB
Supersemar
Foto: (Tangkapan layar Membongkar Supersemar: Dari CIA Hingga Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno oleh Baskara T Wardaya, SJ)
Makassar -

Supersemar adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Lantas, seperti apa isi, sejarah, tujuan dan arti Supersemar itu bagi bangsa Indonesia?

Melansir dari Buku Sejarah Surat Perintah 11 Maret 1966 oleh Kemdikbud RI, Supersemar adalah singkatan dari Surat Perintah 11 Maret 1966. Dikeluarkannya surat itu tercatat menjadi tonggak lahirnya era Orde Baru di Indonesia.

Supersemar juga menjadi akhir dari kepemimpinan Presiden Soekarno sebagai presiden seumur hidup dan bubarnya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menjadi dalang kerusuhan di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, biar lebih paham yuk kita bahas selengkapnya tentang sejarah, tujuan, isi dan arti Supersemar bagi bangsa Indonesia berikut ini!

Sejarah Supersemar

Sejarah dikeluarkannya Supersemar bermula ketika meletusnya pemberontakan G30S/PKI. Pasca pemberontakan itu, terjadi krisis ekonomi dan politik di Indonesia.

ADVERTISEMENT

Rakyat yang diteror oleh pemberontakan PKI menginginkan partai tersebut dibubarkan. Namun, Presiden Soekarno tampak tidak tegas menyalahkan gerakan pemberontakan tersebut.

Pemerintah saat itu juga memutuskan untuk menaikkan harga barang. Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) pun meminta agar keputusan itu ditinjau kembali, namun tidak ditanggapi. Ketidakpuasan rakyat pun akhirnya meledak dalam bentuk unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa dan pelajar pada 10 Januari 1966.

Mereka menyampaikan tiga tuntutan kepada Presiden Soekarno. Tuntutan ini disebut juga Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang berisi permintaan pembubaran PKI, penurunan harga, dan retool kabinet dwikora. Sementara itu, pemuda Bandung mencetuskan petisi Ampera dengan isi tuntunan pembubaran PKI dan perbaikan ekonomi.

Aksi tersebut kemudian menjalar ke kota-kota lain yang ada di Indonesia.

Menanggapi berbagai masalah setelah pemberontakan G30S/PKI, Soekarno melakukan dialog bersama Soeharto. Dialog ini sudah dimulai sejak tanggal 2 Oktober 1965 ketika Mayor Jenderal Soeharto dianggil menghadap ke Istana Bogor. Dialog juga diadakan pada pertemuan para Panglima Angkatan pada sidang-sidang Komando Operasi Tertinggi (KOTI).

Pada dialog itu, Soekarno dan Soeharto memiliki pandangan berbeda terkait pemberontakan ini. Soekarno menilai pemberontakan PKI hanya 'riak kecil di dalam samudra'. Sementara, Soeharto menilai gerakan ini didalangi oleh PKI dan mengambil langkah untuk mengatasinya.

Menurut Soeharto pemberontakan ini akan melahirkan korban yakni Pancasila. Dia menilai bahwa PKI benar-benar melakukan kudeta yang membahayakan pancasila sehingga jika tidak diambil tindakan, maka akan memberi kesempatan lagi kepada PKI.

Dialog dalam rangka mengatasi masalah ini pun terus dilakukan oleh Soekarno dan Soeharto. Di dalam setiap dialog, Soeharto tetap memegang pendiriannya bahwa solusi masalah ini adalah berpegang teguh pada Pancasila dan UUD 1945 serta PKI harus dibubarkan.

Maka dari itu, Soeharto mengusulkan bahwa dia bersedia untuk bertindak sebagai 'bumper' bagi Presiden Soekarno untuk mengambil tindakan membubarkan PKI. Presiden hanya perlu menyatakan secara umum menyetujui tindakan Soeharto untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Hasil dari dialog itulah yang kemudian melatarbelakangi dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966 itu.

Melansir laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia, setelah dikeluarkannya surat itu, pada tahun 1967 mandat Presiden Indonesia dicabut dari Soekarno dengan berbagai pertimbangan sesuai keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Setelahnya, Soeharto diangkat menjadi Presiden Indonesia pada akhir Sidang Istimewa MPRS, 12 Maret 1967.

Tujuan Supersemar

Supersemar pada dasarnya dikeluarkan untuk mengatasi kondisi Indonesia akibat pemberontakan G30S/PKI yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada masa itu rakyat juga sengsara karena krisis politik dan ekonomi.

Sampai pada akhirnya dilakukan aksi unjuk rasa oleh mahasiswa dan pelajar yang membuat kondisi Indonesia semakin kacau. Untuk itu, dikeluarkanlah Supersemar yang secara garis besar bertujuan sebagai berikut:

  • Memulihkan ketenangan dan kestabilan pemerintahan Indonesia
  • Mengembalikan kewibawaan pimpinan tertinggi Indonesia
  • Memulihkan situasi politik, ketertiban, dan keamanan negara

Isi Supersemar

Di dalam Supersemar, terdapat tiga poin yang diperintahkan Ir Soekarno kepada Letjen Soeharto. berikut isi Supersemar selengkapnya:

I. MENGINGAT:

1.1. Tingkatan Revolusi sekarang ini, serta keadaan politik Nasional maupun Internasional;
1.2. Perintah Harian Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata/Presiden/Panglima Besar Revolusi pada tanggal 8 Maret 1966;

II. MENIMBANG:

2.1. Perlu adanja ketenangan dan kestabilan Pemerintah dan jalannja Revolusi;
2.2. Perlu adanja djaminan keutuhan Pemimpin Besar Revolusi ABRI dan Rakjat untuk memelihara kepemimpinan dan kewibawaan
Presiden Panglima Tertinggi Pemimpin Besar Revolusi serta segala adjaran-adjarannja.

III. MEMUTUSKAN:

Kepada: LETNAN DJENDERAL SUHARTO, MENTERI PANGLIMA ANGKATAN DARAT

UNTUK: Atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi :

  1. Mengambil segala tindakan jang dianggap perlu untuk terdjaminnja keamanan dan ketenangan serta kestabilan djalannja Pemerintahan dan djalannja Revolusi, serta mendjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS dan demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia dan melaksanakan dengan pasti segala adjaran Pemimpin Besar Revolusi;
  2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima Angkatan Iain dengan sebaik-baiknja;
  3. Supaja melaporkan segala jang bersangkutan/bersangkut-paut dalam tugas dan tanggung djawabnja seperti tersebut diatas.

IV. Selesai

Djakarta, 11 Maret 1966
PRESIDEN/PANGLIMA TERTINGGl/PEMIMPIN BESAR REVOLUSI/MANDATARIS MPRS
ttd.,
SUKARNO

Arti Supersemar bagi Bangsa Indonesia

Dilansir dari Buku Membongkar Supersemar oleh Baskara T Wardaya SJ, pengeluaran Supersemar di tengah konflik politik yang terjadi di Tanah Air memberikan dampak yang berarti bagi bangsa Indonesia.

Setelah keluarnya surat perintah ini, situasi di dalam negeri mengalami sejumlah perubahan. Pada masa itu kalangan militer di bawah kepemimpinan Jenderal Soeharto nyaris bisa melakukan apa saja yang mereka kehendaki.

Militer Indonesia kala itu dapat melakukan pembubaran terhadap salah satu partai politik yang diduga penyebab pemberontakan 30 September, yakni PKI. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembubaran PKI ini juga termasuk dalam Tri Tuntutan Rakyat.

Setelah dikeluarkannya Supersemar, keinginan rakyat itu pun terwujud. Padahal, pembubaran PKI sebenarnya merupakan wewenang pemimpin tertinggi negara Indonesia yaitu presiden.

Supersemar selanjutnya juga dijadikan sebagai Ketetapan (TAP) MPRS sehingga memiliki dampak yang semakin luas. Karena Supersemar, status Presiden Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup dicabut.

MPRS yang telah diatur oleh Soeharto ini akhirnya berani menolak pidato pertanggungjawaban Presiden Soekarno (pidato Nawaksara) sampai pada akhirnya memberhentikannya sebagai Presiden Indonesia. Setelah lengsernya Soekarno, Indonesia pun dipimpin oleh Jenderal Soeharto yang mengimplikasikan pemerintahan Orde Baru.

Secara singkat, arti Supersemar bagi bangsa Indonesia dapat dirincikan sebagai berikut:

  • Dibubarkannya PKI yang menjadi tuntutan rakyat
  • Terjadinya Pergantian Presiden untuk Pertama kali
  • Indonesia memasuki pemerintahan Orde Baru

Nah, itulah tadi informasi lengkap seputar Supersemar yang menjadi tonggak lahirnya Orde Baru. Semoga menambah wawasan!




(edr/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads