Serangan Umum 1 Maret 1949: Latar Belakang, Kronologi, hingga Dampaknya

Serangan Umum 1 Maret 1949: Latar Belakang, Kronologi, hingga Dampaknya

St. Fatimah - detikSulsel
Jumat, 01 Mar 2024 06:30 WIB
Monumen Serangan Umum 1 maret 1949 di Yogyakarta
Ilustrasi Serangan Umum 1 Maret 1949 (Foto: Usman Hadi/detikcom)
Makassar -

Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan salah satu peristiwa bersejarah dalam penegakan kedaulatan negara Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi saksi perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) melawan Belanda di Yogyakarta.

Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, peristiwa Serangan Umum 1 Maret ini juga telah ditetapkan sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara oleh Presiden Ir. H. Joko Widodo pada 24 Februari 2022. Penetapan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 2 Tahun 2022.

Nah, untuk lebih memahami tentang peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, yuk simak ulasan lengkapnya di bawah ini mulai dari sejarah, tokoh, tujuan hingga dampaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Latar Belakang Serangan Umum 1 Maret 1949

Melansir dari Naskah Akademik Serangan Umum 1 Maret 1949 yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan salah satu bukti perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Terjadinya peristiwa ini tidak lepas dari ambisi Belanda yang ingin menguasai Indonesia bahkan setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Belanda menjalankan berbagai upaya untuk memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui perundingan yang merugikan Republik, termasuk Agresi Militer Belanda II. Agresi ini dimulai pada 19 Desember 1948 di Yogyakarta dengan tujuan menyebarkan informasi bahwa Republik Indonesia dan tentaranya telah tidak ada sehingga memberikan alasan bagi Belanda untuk menaklukkan kembali Indonesia.

ADVERTISEMENT

Letjen Simon Hendrik Spoor, yang saat itu menjadi panglima tertinggi tentara Belanda di Indonesia mulai memberikan instruksi kepada seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk menyerang Yogyakarta, Ibu Kota Indonesia kala itu. Agresi ini juga disebut dengan Kraii Operatie atau Operasi Gagak yang merupakan operasi pamungkas yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia.

Sebagai respon terhadap Agresi Militer Belanda II, maka pasukan TNI mulai menyusun strategi agar Belanda meninggalkan Indonesia. Terhitung sebanyak 4 kali TNI telah melakukan serangan secara serentak sejak dimulainya Agresi Militer II.

Dalam melancarkan serangan-serangan gerilya di berbagai daerah di Yogyakarta, TNI juga berkoordinasi dengan pemimpin-pemimpin sipil republik yang tinggal di Yogyakarta, salah satunya adalah Sultan Hamengku Buwono IX.

Lalu pada awal bulan Februari 1949, Sultan mendengarkan berita radio BBC yang memberitakan bahwa masalah Indonesia akan dibicarakan dalam forum PBB pada bulan Maret 1949. Dalam upaya memberi tahu dunia internasional bahwa Republik masih eksis, Sultan memberikan ide untuk melancarkan serangan umum pada 1 Maret 1949.

Harapannya adalah bahwa melalui serangan tersebut, eksistensi Republik Indonesia dan TNI dapat terlihat di mata dunia, terutama bagi anggota Dewan Keamanan PBB.

Lalu pada 14 Februari 1949, Sultan melakukan pertemuan rahasia dengan Letkol Soeharto untuk membahas rencana serangan tersebut. Pada pertemuan itu, Sultan menanyakan kesanggupan Letkol Soeharto melakukan serangan umum dan mengadakan persiapan dalam 2 minggu.

Setelah pertemuan tersebut, Letkol Soeharto mulai mempersiapkan pasukan Wehrkreise III yang terbagi ke dalam 7 Sub-Wehrkreise di seluruh Yogyakarta serta menyusun berbagai skema serangan.

Kronologi Serangan Umum 1 Maret 1949

Pada tanggal 1 Maret 1949, serangan umum dimulai. Kejadian tersebut berlangsung pada pukul 6 pagi setelah sirine penanda berakhirnya jam malam berkumandang.

Dari pagi hingga siang, pasukan TNI melakukan serangan dan berhasil memasuki Kota Yogyakarta. Meskipun menghadapi perlawanan dari tentara Belanda, TNI berhasil menguasai lokasi-lokasi penting dan strategis di Kota Yogyakarta.

Pukul 11 siang, pasukan bantuan Belanda dari Magelang tiba dan bergabung dalam pertempuran melawan TNI. Pukul 1 siang, pasukan TNI kemudian keluar dari kota dan mundur ke markas masing-masing.

Pada sore hari, Yogyakarta kembali berada di bawah kendali Belanda, yang kemudian melakukan tindakan pembersihan. Meskipun Serangan Umum 1 Maret hanya berhasil menguasai Yogyakarta selama enam jam, kejadian ini tetap mencerminkan bahwa tentara Indonesia masih aktif.

Kesuksesan serangan tersebut memiliki dampak yang signifikan, terutama dalam konteks Indonesia yang sedang menghadapi sidang di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dewan Keamanan PBB kemudian menggunakan keberhasilan serangan ini untuk mendorong Belanda agar kembali berunding dengan Indonesia.

Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949

Serangan umum 1 Maret 1949 memiliki tujuan utama untuk menunjukkan kepada komunitas internasional bahwa Republik Indonesia masih eksis. Upaya ini dimaksudkan untuk membantah klaim Belanda yang menyebarkan propaganda bahwa Republik Indonesia telah kehilangan wilayah dan pemerintahan.

Aksi-aksi militer yang mengejutkan akan mengingatkan dunia bahwa Republik Indonesia masih punya kekuatan yang mampu menjaga kedaulatan wilayahnya.

Makna Serangan Umum 1 Maret 1949

Terjadinya peristiwa Serangan Umum 1 Maret tentunya memiliki makna bagi bangsa Indonesia. Masih dari sumber yang sama, berikut makna Serangan Umum 1 Maret 1949:

  1. Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia masih ada dan masih mampu memberikan perlawanan kepada Belanda yang mengklaim sudah menguasai Indonesia sepenuhnya;
  2. Peristiwa ini membuka peluang pembahasan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya tidak diakui oleh Belanda dan beberapa negara lain;
  3. Perbedaan utama serangan ini terletak pada momen yang tepat, di mana sidang PBB akan diselenggarakan, memberikan penguatan diplomasi Indonesia di tingkat internasional;
  4. Serangan umum ini menjadi dasar politik dan diplomasi untuk menghentikan upaya sepihak dari Belanda yang tidak mengakui kedaulatan Indonesia, yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, termasuk Agresi Militer Belanda I dan II serta pelanggaran terhadap Perjanjian Linggarjati dan Renville;
  5. Peristiwa ini menjadi bukti satu kesatuan bangsa Indonesia dalam rangka menyukseskan kedaulatan negara pasca-proklamasi dengan terlibatnya berbagai komponen bangsa, dari Laskar Sabrang, rakyat biasa, pelajar, pejuang, Keraton, TNI, dan Kepolisian.

Dampak Serangan Umum 1 Maret 1949

Walaupun hanya berlangsung selama 6 jam, keberhasilan Indonesia dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 memberikan dampak besar bagi Indonesia. Mengutip dari laman Badan Kesatuan bangsa dan Politik Kabupaten Kulon Progo, beberapa dampak di antaranya adalah:

  1. Demonstrasi kepada dunia bahwa Indonesia masih eksis dan TNI memiliki kemampuan untuk melakukan serangan;
  2. Memacu Amerika Serikat untuk kembali menekan Belanda supaya berunding kembali dengan Indonesia;
  3. Memupuk semangat dan kekuatan mental rakyat Indonesia;
  4. Memberikan dukungan pada diplomasi Republik Indonesia di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);
  5. Meruntuhkan semangat dan kegigihan Belanda.

Demikianlah informasi terkait peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang juga diperingati sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara. Semoga menambah wawasan, detikers!




(edr/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads