Pemkot Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), mencatat ada 65 kelurahan yang saat ini terdampak banjir dan tanah longsor. Pemkot kini menetapkan status tanggap darurat bencana.
"Kita sudah menetapkan status tanggap darurat akibat banjir dan tanah longsor yang terjadi tanggal 6 Maret kemarin," kata Pj Wali Kota Kendari Muhammad Yusup kepada wartawan, Jumat (8/3/2024).
Penetapan status tanggap darurat bencana di Kendari mulai dilaksanakan sejak Jumat (8/3). Yusup mengatakan status tanggap darurat itu berlaku selama 15 hari ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk sementara kita tetapkan itu 15 hari, nanti kita lihat apabila ini perlu diperpanjang kita perpanjang lagi," ujarnya.
Dia mengatakan 65 kelurahan terdampak tersebut tersebut tersebar di 11 kecamatan di Kendari. Namun wilayah terdampak parah akibat bencana alam tersebut terjadi di 7 kecamatan.
"Kalau yang paling parah ada di 7 kecamatan, tapi jumlah kepala keluarga terdampak sampai saat ini kami masih melakukan perhitungan untuk melihat berapa korban. Tapi yang pasti meninggal itu satu orang akibat tersengat listrik yakni Serka Pande," tambahnya.
Ia menuturkan untuk rumah terdampak longsor sampai saat ini ada 3 yakni di Kelurahan Kemaraya, Lorong Teplan Kelurahan Punggaloba, dan Lorong Lasolo Kelurahan Sodohoa. Saat ini Pemkot Kendari bersama stakeholder terkait sedang berjibaku melakukan penanganan.
"Untuk tanah longsor, data awal itu ada tiga rumah, di Kemaraya, Lorong Teplan, dan Lorong Lasolo. Dan RS Santa Anna sudah tidak berfungsi," ungkapnya.
Yusup mengatakan bahwa yang terpenting saat ini seluruh komponen masyarakat sudah terlibat dalam penanganan banjir. Logistik untuk para pengungsi juga telah didistribusikan.
"Sejauh ini semua komponen masyarakat terlibat dan untuk pengungsi sudah kita buatkan tenda pengungsian," ungkapnya.
Diketahui, banjir mulai merendam sejumlah wilayah di Kendari sejak Rabu (6/3) sekitar pukul 21.30 Wita. Sementara puncaknya terjadi pada Kamis (7/3) sekitar pukul 02.00 Wita.
(asm/hmw)