Sejak 28 tahun silam, memori tentang pembunuhan sadis Achmadi sekeluarga beserta seorang pembantunya di Karunrung, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), tak pernah usang dimakan waktu. Peristiwa yang memakan 7 orang korban dalam satu rumah itu terjadi pada Minggu, 12 Maret 1995.
Achmadi 34 tahun, istrinya bernama Cecilia alias Syamsiah 30 tahum beserta 4 anaknya yakni Mashita 10 tahun, Andrianto 9 tahun, Indrawan 4 tahu, dan Lizanti 3 tahun ditemukan tewas mengenaskan. Selain Achmadi sekeluarga, seorang pembantu cuci baju di rumah itu, Piddi 12 tahun, juga dibunuh oleh 5 orang eksekutor bernama Muh Rusli alias Ulli, Haerul Muchsin alias Ical, Syarifuddin alias Boa, Abdullah Hasan alias Bado, serta Alius Arman alias Arman.
Tim detikSulsel pun mengunjungi makam Achmadi sekeluarga, Senin, 4 Desember 2023. Mereka dimakamkan di Tempat Pemakaman Islam (TPI) Panaikang. Sementara makam pembantu cuci bajunya, Piddi, berada di pemakaman keluarga di Karunrung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kuburan Achmadi sekeluarga terletak di sebelah kiri kawasan TPI Panaikang. Cukup mudah untuk menemukan letak makam Achmadi sekeluarga. Setidaknya ada dua jalur yang dapat dilalui untuk mencapai makam itu. Jalur pertama, yakni melalui gerbang utama TPI Panaikang. Setelah berjalan 10 meter melewati gerbang, peziarah lalu mengambil arah kiri untuk berbelok, lalu lurus sekitar 20 meter melewati deretan makam lainnya.
![]() |
Sedangkan jalur kedua, melalui jalan yang berada di samping kiri gerbang utama TPI Panaikang. Lewat jalan ini, menemukan makam Achmadi sekeluarga tidak terlalu sulit. Hanya cukup berjalan melewati 16 deretan makam lainnya lalu akhirnya tiba di makam Achmadi sekeluarga.
Makam Achmadi terletak tepat di samping makam yang dikelilingi oleh pagar berwarna hitam yang ukurannya tinggi. Sementara, kuburan Achmadi sekeluarga berada di dalam pagar besi berwarna hitam yang ukurannya tidak terlalu tinggi. Di dalamnya berisi 6 makam yang bederet ke samping. Makam itu milik Achmadi dan ibunya, istrinya Cecilia alias Syamsiah, serta 4 orang anaknya, Mashita, Andrianto, Indrawan, dan Lizanti.
Makam Achmadi sekeluarga cukup terawat. Saat Tim detikSulsel berkunjung, tidak ditemukan ilalang dan hanya sedikit rerumputan. Nama yang ada di batu nisannya pun masih dapat terlihat dengan jelas, meski beberapa di antaranya tampak berlumut. Makam itu juga tidak terlalu tersorot oleh panas matahari lantaran dekat dengan pohon besar di sebelah kirinya.
Salah satu penjaga makam di TPI Panaikang bernama Sangkala mengungkapkan, makam Achmadi sekeluarga memang sudah seperti itu bentuknya sejak pertama kali dibuat. Setiap kuburan disemen dan sekelilingnya dipagari dengan besi. Makam Achmadi sekeluarga pun belum pernah direnovasi. Kecuali saat ibu Achmadi meninggal. Jenazah ibu Achmadi ditempatkan satu liang lahat dengan Achmadi. Sehingga waktu itu, makam Achmadi dibongkar. Dari batu nisannya, ibu Achmadi, Hendryah Kartini R. Mappa wafat pada 5 Agustus 2013.
"Kan dulu 6 ji di sini. Nah itu yang satu (Piddi) dibawa ke kampungnya ji. Mati lagi satu (Ibu Achmadi) jadi 7 mi itu (di dalam lahat). Waktu dibikin (model makamnya) begini memang. Pertama kali dibikin begini. Setelah (Ibu Achmadi dikasi masuk ke dalam lahat Achmadi), dibongkar. Setelah itu diperbaiki kembali," ujar Sangkala saat ditemui Tim detikSulsel.
Sangkala bercerita, makam Achmadi sekeluarga ini dirawat oleh pamannya. Dia mengaku pamannya diminta oleh keluarga Achmadi untuk merawat dan mejaga agar makam tersebut tetap rapi dan bersih dari rumput dan ilalang. Sangkala juga mengatakan pamannya lah yang mengecat ulang pagar makam Achmadi sekeluarga jika warnanya mulai usang. Hanya saja, waktu dikunjungi oleh Tim detikSulsel, paman Sangkala sedang tidak bekerja.
"Ini catnya baru-baru sudah di-double. Om ku biasa (yang cat pagar makamnya Achmadi sekeluarga). Karena dia yang rawatki toh (makamnya). Tapi dia nda ke sini. Yang suruh itu keluarganya ini yang meninggal. Ini dicat 2 atau 3 kali mi selama ini. Dulu putih ini. Dia mi yang rawatki. Dia disuruh sama keluarganya (Achmadi)" ungkapnya.
Sangkala menambahkan pamannya memang sering bertemu dengan orang yang meminta agar makam Achmadi itu dirawat. Meski begitu, dia juga mengaku tidak tahu banyak soal orang yang menugaskan pamannya untuk merawat makam Achmadi sekeluarga.
Makam Achmadi sekeluarga hanya dikunjungi oleh beberapa peziarah saja. Itupun hanya pada momen tertentu, seperti hari raya Islam. Sangkala lalu menjelaskan ciri-ciri peziarah makam Achmadi itu layaknya bule berkulit putih dengan postur tubuh tinggi. Namun Sangkala tidak menjelaskan lebih lanjut soal ciri-ciri peziarah yang dimaksud itu. Sangkala menuturkan peziarah yang kerap mengunjungi Achmadi biasanya datang bertiga.
"Sekali-kali ji yang datang. Tapi ada yang sering datang ziarahi. Hari-hari lebaran biasa ada. Kayak bule-bule. Putih-putih. Biasa 2 orang, biasa 3 orang yang datang. Orang tua yang datang biasa. (Yang sering datang itu) Perempuan. Tinggi-tinggi. Mungkin dia orang di sini. Tapi mungkin kawin dengan orang bule," papar Sangkala.
Selain itu, Sangkala menambahkan, dalam satu bulan terakhir, makam Achmadi sekeluarga pernah dikunjungi oleh sekelompok orang. Namun dia tidak tahu pasti siapa yang datang menziarahi makam tersebut. Sangkala hanya menyebut salah satu dari peziarah itu didorong menggunakan kursi roda.
"(Satu bulan terakhir ini) Ada pernah datang ziarah kubur itu. Banyak yang datang. Mereka datang 4 hari yang lalu (30/11). Saya tidak tahu siapa yang datang. Karena kalau saya kurasa, tidak ada mi ini keluarganya. Waktu itu yang datang ada yang pakai kursi roda, didorongi," pungkas Sangkala.
Makam Piddi di halaman selanjutnya.
Makam Piddi di Karunrung
Pembantu Achmadi, Piddi merupakan salah satu korban pembantaian bersama keluarga Achmadi di Karunrung, Makassar. Berbeda dengan keluarga Achmadi, Piddi dimakamkan di pemakaman keluarga di sekitar tempat tinggalnya di Karunrung.
Tim detikSulsel berkunjung ke makam Piddi yang berada di sekitar pemukiman warga di Karunrung Jumat, 15 Desember 2023. Makam Piddi berada tepat di tengah pemukiman warga, sehingga untuk menemukan makamnya, peziarah terlebih dahulu mesti melewati lorong.
![]() |
Jalan menuju makam Piddi dapat ditempuh dengan dua jalur. Pertama, yaitu melalui lorong di depan SMA Negeri 9 Makassar di Jalan Karunrung Raya. Peziarah dapat memasuki lorong Jalan Karunrung Raya IV sejauh sekitar 50 meter. Setelah itu, belok kanan ke lorong kecil melewati beberapa rumah hingga ke ujung lorong. Setelah itu peziarah akan langsung memasuki kawasan pemakaman keluarga Piddi.
Ketika menempuh jalur ini, letak makam Piddi berada di sudut kanan pemakaman. Pengunjung makam terlebih dahulu akan melewati deretan makam sejauh 15 meter. Setelah itu pengunjung akan mendapatkan sebuah makam Piddi dengan keramik berwarna biru dan tidak memiliki nisan.
Sementara ketika menempuh jalur kedua, akan lebih mudah menemukan makam Piddi. Dari arah pertigaan Jalan Jipang Raya dan Jalan Karunrung Raya peziarah terus menyusuri Jalan Karunrung Raya. Sebelum belok ke arah SMA Negeri 9 Makassar, terdapat lorong kecil disebelah kanan yang langsung menuju ke pemakaman keluarga Piddi.
Jika menempuh jalur ini peziarah hanya melewati lorong kecil sepanjang 15 meter, menuju kompleks pemakaman. Dari jalur ini letak makam Piddi berada di sebelah kiri jalan dengan diantarai sebuah makam kecil berwarna hijau. Oleh karena itu, jika melalui jalur kedua ini pengunjung dengan sangat mudah mendapatkan makam tersebut.
Makam Piddi tampak dipenuhi dengan rumput hijau di sekitarnya. Keluarga Piddi menandai makam tersebut dengan menghapal letaknya dan dibantu dengan warna tegel biru yang mencolok pada makam.
Sejak dimakamkan, letak makam Piddi tidak pernah berubah. Namun, masyarakat di dekat kawasan pemakaman tersebut mayoritas mengetahui letak makam Piddi. Makam tersebut dibeton dan ditegel berwarna biru oleh wartawan yang peduli terhadap korban pembantaian tersebut.
"Dibikin sama wartawan, itu yang anukan (pasangkan tegel dan semen makamnya Piddi). Tapi tidak ada namanya," kata kakak kandung Piddi, Nurmi.