PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) membantah pencemaran Sungai Sagea di Halmahera Tengah, Maluku Utara karena aktivitas tambang nikel PT Weda Bay Nickel (WBN). Pihaknya berdalih situasi itu terjadi karena fenomena alam.
"Kekeruhan air Sungai Sagea disebabkan oleh fenomena alam seperti cuaca dan karakteristik batuan karst di wilayah tersebut dan bukan disebabkan oleh aktivitas PT Weda Bay Nickel (WBN) maupun PT IWIP," ujar General Manager External Relations and HR PT IWIP Yudhi Santoso kepada detikcom, Jumat (10/11/2023).
Menurut Yudhi, PT IWIP sangat memahami pentingnya kejernihan Sungai Sagea bagi masyarakat sekitar. Dia menegaskan PT WBN pun tidak melakukan kegiatan penambangan di kawasan hulu Sungai Sagea.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"PT WBN sendiri tidak melakukan operasi penambangan di wilayah hulu Sungai Sagea, yaitu Ake Sepo dan Ake Yonello," ujar Yudhi.
Yudhi menjelaskan, pihaknya sudah melakukan uji laboratorium dengan menggandeng PT Analitika Kalibrasi Laboratorium. Hasilnya lembaga yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) di Bogor itu menyatakan bahwa kualitas air di Sungai Sagea tidak melewati ambang batas baku mutu lingkungan yang ditetapkan.
"Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa parameter Oksigen Terlarut (DO) adalah satu-satunya yang melebihi ambang batas. Ini menunjukkan air sungai Sagea yang tercemar dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti temperatur air dan udara, tekanan barometrik udara, jumlah tumbuhan air, kadar mineral, dan Biological Oxygen Demand (BOD)," ujarnya.
Lanjut Yudhi, air Sungai Sagea mengalami kekeruhan karena efek batuan karst. Bebatuan itu larut di tengah curah hujan yang terjadi beberapa hari terakhir di area Sagea.
Dia menyebut, data BMKG menunjukkan jumlah curah hujan di area Sagea pada Agustus 2023 mencapai 574 mm dengan kategori hujan sangat tinggi. Curah hujan total di daerah pesisir pada Agustus 2023 mencapai 685 mm dalam 1 bulan, dengan maksimum 24 jam adalah 116 mm.
"Ini hampir dua kali total curah hujan bulanan untuk data 20 tahun terakhir. Kekeruhan air yang muncul di Sungai Sagea merupakan efek dari kondisi cuaca ini dan juga sifat batuan karst di wilayah tersebut yang mudah larut," katanya.
Yudhi menegaskan, pihaknya telah memulai langkah-langkah investigasi menyeluruh terkait polemik ini. PT IWIP lanjut dia, menyadari pentingnya Sungai Sagea yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Sebagai bagian dari pendekatan yang jujur dan transparan, perusahaan telah bermitra dengan pihak ketiga independen untuk melakukan audit lingkungan dan mengevaluasi dampak operasionalnya terhadap Sungai Sagea," sebut Yudhi.
Sebelumnya, PT IWIP disorot massa dari Koalisi Save Sagea dalm aksi unjuk rasa yang digelar di Lipe Gate 3 PT IWIP, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah, Sabtu (28/10). Massa menuding PT WBN yang merupakan bagian dari perusahaan PT IWIP pemicu pencemaran Sungai Sagea.
"Iya (sungai Sagea tercemar) itu terjadi sekitar tiga hari yang lalu dan itu juga membuat warga di Desa Sagea dan Desa Kiya kaget, masa tara (tidak) hujan kok air warna kuning bagaimana, sementara cuaca tiga hari lalu sampai saat ini kan panas," kata koordinator aksi, Mardanai Legayelol, Sabtu (28/10).
Aksi itupun berujung ricuh saat massa mendesak pihak perusahaan mendengar aspirasi mereka. Sejumlah warga pun pingsan saat polisi melepaskan tembakan gas air mata.
"Untuk korban mungkin tara (tidak) ada, tapi dari gas air mata itu ibu-ibu dan sebagian masyarakat kaget, ada satu massa aksi pemuda yang sempat pingsan, karena tidak mampu tahantoh," imbuhnya.
(sar/ata)