Warga Seberangi Lautan Muna Pakai Sampan-Ketinting demi Air Bersih

Buton Tengah

Warga Seberangi Lautan Muna Pakai Sampan-Ketinting demi Air Bersih

Nadhir Attamimi - detikSulsel
Selasa, 17 Okt 2023 17:56 WIB
Warga Buton Tengah seberangi Lautan Muna demi air bersih.
Foto: Warga Buton Tengah seberangi Lautan Muna demi air bersih. (Nadhir/detikcom)
Buton Tengah -

Warga di Buton Tengah (Buteng), Sulawesi Tenggara (Sultra) rela menyeberangi lautan menuju Kabupaten Muna demi mendapatkan air bersih. Warga berupaya mendapatkan air menggunakan sampan hingga ketinting.

"Kalau kekurangan air, kami menyeberang laut ke Muna menggunakan sampan dan ketinting demi mendapatkan air," kata warga Desa Lowu-lowu Buteng bernama Muslimin Rifai kepada wartawan, Selasa (17/10/2023).

Muslimin mengungkapkan warga Desa Lowu-lowu, Kecamatan Gu, Buton Tengah selama ini menggunakan alternatif tersebut guna memenuhi air bersih. Terlebih di musim kemarau seperti saat ini, warga berbondong-bondong mengambil air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Warga selalu mengambil air di Tanjung Muna," ujarnya.

Warga Buton Tengah seberangi Lautan Muna demi air bersih.Foto: Warga Buton Tengah seberangi Lautan Muna demi air bersih. (Nadhir/detikcom)

Bahkan aktivitas itu hampir dilakukan sepanjang tahun. Sebab, kata dia, kualitas air di desa tersebut termasuk dalam kategori kurang baik. Sehingga, masyarakat memanfaatkan sampan dan ketinting untuk mendapatkan air bersih.

ADVERTISEMENT

"Sudah bertahun-tahun masyarakat Desa Lowu-lowu berharap mendapatkan air bersih seperti warga lainnya," ungkapnya.

Muslimin mengatakan warga harus berjibaku menyeberangi lautan hingga 30 menit menggunakan kapal ketinting dan mesin tempel. Sedangkan menggunakan sampan bisa mencapai 2 jam.

"Jarak dari Lowo-lowu ke Muna itu kalau pakai mesin ya kurang lebih 30 menit, tapi kalau dayung sampan tidak pakai mesin itu kurang lebih 2 jam kalau angin kencang," ujarnya.

Muslimin pun berharap kepada Pemerintah Kabupaten Buton Tengah untuk bisa mencarikan warga Lowu-lowu solusi air bersih. Terlebih kepada pihak PDAM, warga meminta agar mendapatkan solusi air bersih.

"Kami berharap langkah-langkah dari pemerintah untuk kami warga Lowu-lowu," bebernya.

"Kalau membeli air per tangki (tandon) itu paling di bawah Rp 70 ribu, tapi kalau musim kemarau sampai Rp 100 ribu per tangki (tandon)," tambahnya.

Sementara, Kepala Desa Lowu-lowu Karim Wendo membenarkan keluhan warganya terkait pemenuhan air bersih. Dia mengatakan ada sebanyak 3 dusun di desanya terdampak kekeringan di musim kemarau ini.

"Warga kami ini memang sangat kekurangan air, kami yang terdampak itu ada 3 dusun. Jadi warga kami untuk mendapatkan air bersih harus menyeberang ke Muna," ujar Karim.

Dia menuturkan selama ini warganya hanya memanfaatkan air payau untuk digunakan dalam keseharian seperti mencuci hingga mandi. Sedangkan untuk minum dan memasak, warga harus membeli.

"Untuk memasak warga membeli. Kondisi seperti ini tidak hanya di musim kemarau saja, kalau hujan warga menampung air hujan, kalau kemarau mengambil di Muna," ungkapnya.




(sar/asm)

Hide Ads