Maluku Utara

DLH Sebut Pencemaran Sungai Sagea Fatal, Lumpur Diduga dari Aktivitas Tambang

Nurkholis Lamaau - detikSulsel
Rabu, 16 Agu 2023 16:19 WIB
Foto: Penampakan sungai tercemar di Halmahera Tengah diduga karena aktivitas tambang. Dokumen Istimewa
Halmahera Tengah -

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), Maluku Utara mengungkapkan pencemaran pada sungai Sagea tergolong fatal. DLH menduga perubahan warna air yang bercampur lumpur disebabkan aktivitas pertambangan.

"Memang informasi yang kami peroleh dari masyarakat setempat itu, tingkat pencemarannya sangat fatal karena lumpurnya lebih kental," ungkap Kepala Bidang Penataan dan Penaatan Lingkungan Hidup DLH Halteng, Abubakar Yasin kepada detikcom, Rabu (16/8/2023).

Sungai sepanjang 7,467 kilometer itu berada di wilayah Desa Sagea dan Desa Kiya, Kecamatan Weda Utara, Kabupaten Halmahera Tengah. Perubahan pada warna sungai mulai terlihat dalam sebulan belakangan ini.


"Iya, hasil turun lapangan kemarin (Selasa, 15 Agustus 2023) ada fakta bahwa terjadi perubahan pada warna air sungai Sagea dan itu cukup memprihatinkan," imbuh Abubakar.

Namun menurut Abubakar, untuk melihat berapa tinggi tingkat pencemaran harus diuji di laboratorium. Kendati begitu Abubakar tak menampik material endapan lumpur yang terbawa ke aliran sungai terindikasi bersumber dari aktivitas pertambangan.

"Terkait apakah pencemarannya melampaui baku mutu atau tidak harus dicek di lab. Terus material berupa endapan lumpur yang terbawa itu terindikasi bersumber dari kegiatan pertambangan," ungkapnya.

Saat meninjau di lokasi lanjut Abubakar, DLH belum mengambil sampel berupa air karena harus memastikan dulu sumber pencemarannya. Selain itu, tingkat kekeruhan pada air berangsur berkurang jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

"Belum (ambil sampel) karena kami harus pastikan dulu sumbernya, karena yang kami datang pantau kemarin tingkat kekeruhan sudah menurun. Tapi kalau dibandingan dengan kondisi sebelumnya itu cukup tinggi, jadi yang perlu torang (kami) cari itu sumbernya dulu," jelasnya.

Lebih lanjut Abubakar menuturkan DLH juga melakukan observasi hingga di kawasan destinasi Gua Boki Maruru yang berjarak sekitar 5 kilometer dari Desa Sagea. Hasilnya tingkat kekeruhan mulai berkurang.

"Iya, torang (kami) kemarin observasi sampai di Batu Lobang (Gua Boki Maruru), cuma kemarin torang (kami) pantau sudah berkurang. Jadi sekarang torang (kami) gali informasi dulu, karena kalau mau telusuri sampai di hutan itu setengah mati," tuturnya.

Dalam menelusuri sumber pencemaran, Abubakar mengaku belum bisa menyebut berapa perusahaan yang terindikasi melakukan pelanggaran. Tapi jika ditemukan maka akan ada langkah penindakan. Sebab, sungai Sagea merupakan sumber kehidupan masyarakat desa setempat.

"Torang (kami) belum bisa menyebut berapa perusahaan, karena torang (kami) masih fokus mencari sumber aliran. Pastinya ada penindakan, kami akan berkoordinasi dengan balai penegakan hukum untuk langkah-langkah penindakan. Apalagi sungai Sagea itu menjadi sumber kehidupan masyarakat," ujarnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.



Simak Video "Demo Pencemaran Sungai, Massa Aktivis Kirim Sampah ke Kantor Walkot Tasik"

(asm/sar)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork