Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan (Sulsel) menyinggung jemaah haji asal Kota Makassar yang memamerkan perhiasannya. MUI beranggapan perbuatan tersebut bertolak belakang dengan makna haji.
Diketahui, warga Makassar dihebohkan dengan dua wanita jemaah haji yang pamer perhiasan emas sepulang dari Makkah, Arab Saudi. Ada yang membawa pulang 180 gram emas, hingga 1 kilogram diborong saat berhaji.
Sekretaris MUI Sulsel Muammar Bakri mengatakan ibadah haji merupakan rukun Islam yang memiliki makna mendalam. Umat muslim memenuhi panggilan Allah SWT dalam kesadaran akan nilai kesederhanaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seharusnya ibadah haji itu memiliki pesan dan hikmah yang mendalam terkait dengan posisi seorang hamba di hadapan Allah," ujar Muammar kepada detikSulsel, Selasa (11/7/2023).
Muammar menuturkan nilai kesederhanaan itu ditunjukkan dari pakaian ihram yang digunakan. Umat muslim hanya mengenakan dua helai kain untuk menutupi tubuh.
"Simbol-simbol keduniaan itu seharusnya ditanggalkan dari proses haji karena ibadah haji menunjukkan posisi manusia yang tidak ada apa-apanya di mata Tuhan," sebutnya.
Muammar melanjutkan lafaz talbiah yang dikumandangkan juga mengandung makna mendalam. Ucapan yang digaungkan saat ihram haji itu menitikberatkan bahwa manusia tidak memiliki apa-apa, baik harta maupun jabatan.
"Bacaan talbiah menunjukkan pada posisi zero, posisi nol semua harta kenikmatan itu milik Allah," jelasnya.
Dia menegaskan posisi umat muslim di Tanah Suci adalah sama. Muammar menegaskan manusia tidak membawa simbol keduniaan yang dibanggakan.
"Tentu hartanya bukan untuk dibangga-banggakan apalagi untuk dipamerkan. Justru hartanya itu semakin dekat dengan Tuhan dan semakin dekat antara manusia," papar Muammar.
Muammar menegaskan ibadah haji harus dijalani dengan penuh keikhlasan demi menjadi haji mabrur. Umat muslim yang sudah melaksanakan ibadah haji mestilah menjadi sosok yang berbeda.
"Apalagi ingin mencapai kemabruran haji, harus ada perbedaan setelah haji," tuturnya.
Menurutnya, jemaah haji mesti berdampak positif di tengah masyarakat. Bahkan akan lebih baik jika menjadi teladan.
"Bisa berdampak positif di tengah masyarakat, karena haji itu role model bagi masyarakat," tegasnya.
Muammar mengingatkan agar perbuatan pamer perhiasan saat berhaji mesti menjadi evaluasi. Menurutnya calon jemaah haji mesti diberi bimbingan maksimal sebelum berangkat ke Makkah.
"Harus dimaksimalkan pembimbingan pada saat manasik," imbuh Muammar.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Jemaah Haji Beli Perhiasan Emas Imitasi
Bea Cukai Makassar pun menyoroti jemaah haji yang membawa pulang perhiasan emas. Salah jemaah haji bernama Suarnati Daeng Kanang (46) pun diperiksa usai membawa pulang 180 gram emas dari Tanah Suci.
Humas Bea Cukai Makassar Ria Novika Sari pun mengungkap hasil pemeriksaan. Ria menuturkan emas yang dibeli Suarnati ternyata perhiasan imitasi.
"Yang bersangkutan menyampaikan bahwa benar barang itu dibeli dari luar negeri dan imitasi. Kurang lebih harganya Rp 900 ribu jadi di bawah Rp 1 juta," ujar Ria kepada wartawan, Senin (10/7).
Selain Suarnati, Bea Cukai juga mengincar jemaah haji bernama Mira Hayati yang memborong emas 1 kilogram. Namun Mira belum diperiksa lantaran pihaknya masih menunggu informasi keberadaannya.
"Tentunya akan menjadi perhatian kita. Belum tentu juga beliau (Mira Hayati) debarkasi kembalinya di Makassar, bisa jadi di bandara lain," sebut Kepala Bea Cukai Makassar Zaeni Rahman, Sabtu (8/7).