7 Khutbah Jumat Bulan Syawal Penuh Makna untuk Jadi Referensi

7 Khutbah Jumat Bulan Syawal Penuh Makna untuk Jadi Referensi

Ihksan Bayu Aji Saputra - detikSulsel
Kamis, 27 Apr 2023 18:16 WIB
Sejumlah jamaah mendengarkan khutbah jumat usai peresmian Masjid Raya Al Jabbar di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Jumat (30/12/2022). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan Masjid Raya Al Jabbar sekaligus menggelar Salat Jumat perdana di Masjid Raya tersebut.
Ilustrasi. (Foto: Raisan Al Farisi/Antara Foto)
Makassar -

Kumpulan khutbah Jumat bulan Syawal tersedia dalam berbagai tema. Sejumlah materi khutbah ini bisa menjadi referensi bagi khatib dalam shalat Jumat di bulan ini.

Bulan Syawal merupakan salah satu bulan dalam penanggalan Hijriah yang memiliki sejumlah keutamaan. Salah satunya yakni terdapat anjuran puasa sunnah selama enam hari di bulan ini.

Bulan Syawan juga menjadi momentum untuk menjaga kedisiplinan dalam beribadah yang telah terbangun selama Ramadhan. Sehingga, perlu untuk menjaga konsistensi diri untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Materi khutbah Jumat bulan Syawal mengingatkan tentang keutamaan bulan Syawal serta menjadi evaluasi diri atas bulan Ramadhan. Nah, berikut 7 contoh khutbah Jumat bulan Syawal yang dirangkum detikSulsel dari berbagai sumber.

7 Contoh Khutbah Jumat Bulan Syawal

1. Menutup Kekurangan di Ramadhan dengan Puasa Syawal

Khutbah I

ADVERTISEMENT

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Ma'asyiral Muslimin jemaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Syukur alhamdulillah merupakan kata kunci pertama yang harus kita tanamkan dalam diri kita semua atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan, khususnya nikmat iman dan nikmat sehat, sehingga kita bisa terus istiqamah dalam mengerjakan ibadah wajib shalat Jumat ini. Semoga ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya. Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw beserta para sahabat dan pengikutnya.

Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jemaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupa dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah azza wa jalla. Karena hanya dengan modal takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia dengan karunia-Nya, dan selamat di akhirat dengan keadilan-Nya.

Ma'asyiral Muslimin jemaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Sudah hampir satu pekan kita semua berpisah dengan bulan Ramadhan. Ia telah pergi, dan kita tidak tahu apakah masih diberi kesempatan oleh Allah untuk berjumpa kembali dengannya atau tidak. Sebab, kematian tidak ada yang tahu kapan datangnya. Bisa saja, ia lebih dahulu menjemput kita semua sebelum datangnya bulan Ramadhan yang akan datang.

Oleh karena itu, sebelum kematian itu datang, tidak ada yang bisa kita persiapkan selain terus istiqamah dan konsisten dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT, berusaha untuk meningkatkan iman dan takwa, berbuat baik kepada sesama, meninggalkan semua perbuatan-perbuatan yang tidak diridhai oleh-Nya. Dengan upaya dan usaha tersebut, maka kita semua insyaAllah akan tergolong sebagai hamba yang akan mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Salah satu upaya untuk meningkatkan iman dan takwa, serta menjadi ibadah yang sangat disenangi oleh Allah SWT adalah puasa. Dengan berpuasa, seseorang akan memiliki derajat istimewa dan balasan yang istimewa pula dari Allah. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya, yaitu:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ إِنَّمَا يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِي

Artinya: "Semua amal ibadah manusia adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu hanya untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan langsung membalasnya. Ia meninggalkan makan dan minumnya semata untuk-Ku." (HR Bukhari dan Ahmad).

Berdasarkan hadits tersebut, puasa merupakan ibadah privat yang hanya diketahui oleh Allah SWT dan orang yang menjalaninya semata. Karenanya, puasa menjadi satu-satunya ibadah yang paling minim bercampur dengan sifat riya (ingin dipuji), sebab dimensi puasa adalah niat dalam hati, bukan gerakan anggota badan, sebagaimana ibadah lainnya.

Ma'asyiral Muslimin jemaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Bulan Syawal ini merupakan bulan yang tepat bagi kita semua untuk kembali merasakan nikmatnya ibadah puasa. Kita semua dianjurkan oleh Rasulullah untuk melakukan puasa selama enam hari pada bulan Syawal, bahkan pahala yang akan didapatkan darinya sangat banyak, dan setara dengan puasa selama satu tahun. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh nabi dalam salah satu haditsnya, yaitu:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ اَلدَّهْرِ

Artinya, "Barangsiapa puasa Ramadhan, kemudian ia sertakan dengan puasa enam hari dari bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh." (HR Muslim).

Selain segudang pahala yang akan Allah berikan, puasa ini juga bisa menjadi tanda-tanda diterimanya puasa di bulan Ramadhan. Artinya, orang yang mengerjakan puasa enam hari di bulan Syawal menunjukkan bahwa puasanya selama Ramadhan diterima oleh Allah SWT. Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab Lathaiful Ma'arif fima li Mawasimil 'Am minal Wazhaif mengatakan:


عَلاَمَةُ قَبُوْلِ الطَّاعَةِ أَنْ تُوْصَلَ بِطَاعَةٍ بَعْدَهَا وَ عَلَامَةُ رَدِّهَا أَنْ تُوْصَلَ بِمَعْصِيَةٍ. مَا أَحْسَنَ الْحَسَنَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ وَأَقْبَحَ السَّيِّئَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ

Artinya, "Tanda-tanda diterimanya ketaatan adalah dengan konsisten terus beribadah setelahnya. Dan tanda-tanda ditolaknya ketaatan adalah dengan melakukan kemaksiatan setelahnya. Betapa mulianya suatu ibadah yang dilakukan setelah ibadah yang lain, dan betapa jeleknya sebuah keburukan yang dilakukan setelah ibadah."

Ma'asyiral Muslimin jemaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Selain menjadi tanda-tanda diterimanya ibadah puasa di bulan Ramadhan, puasa Syawal juga bisa menjadi penutup kekurangan-kekurangan selama bulan mulia tersebut. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitab Lathaiful Ma'arif, bahwa puasa Syawal memiliki banyak faedah, di antaranya adalah akan menjadi penyempurna puasa Ramadhan, sehingga nilai pahalanya bisa setara dengan puasa setahun. Puasa Syawal juga bisa menjadi penutup kekurangan-kekurangan puasa selama Ramadhan.

Puasa Ramadhan yang kita lakukan selama satu bulan penuh belum tentu sempurna, dan tentunya akan ada banyak sekali kekurangan-kekurangan yang bisa menghilangkan kesempurnaan puasa. Oleh karena itu, puasa Syawal menjadi pilihan yang sangat tepat untuk menutupi semua kekurangan tersebut. Dengan puasa Syawal, itu menunjukkan bahwa kita sedang berupaya untuk meraih kesempurnaan Ramadhan.

Demikian khutbah Jumat perihal menutup kekurangan puasa Ramadhan dengan puasa enam hari di bulan Syawal. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

(Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur)

2. Merawat Amal Shalih di Bulan Syawal

Khutbah I

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ البيان، وَالصَّلاة والسلام على محمد سيد ولد عَدْنَانَ، وَعَلَى الهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيه على مر الزمان أشهد أن لا إله إلا الله لا شريكَ لهُ الَّذِي جَعَلَ الجنَّةَ لِلْمُتَّقِينَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا وَمَوْلانا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الداعي إلى الصراط المستقيم اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آلِهِ وَأَصْحَابهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينَ أَمَا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أَوْصِيكُمْ وَنَفْسي بتقوى الله فَقَدْ فَارَ الْمُتَّقُونَ، وَأَحُسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ قال الله تعالى في القرآن العظيم: أعوذ بالله مِن الشَّيْطَانِ الرَّحِيم، بِسْم الَّلهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَارْ فَوْزًا عَظِيمًا

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Jum'at kali ini bertepatan dengan tanggal 22 Syawal 1442 H, kita masih berada di bulan Syawal, masih ada kesempatan untuk melaksanakan puasa Syawal untuk lebih melengkapi puasa Ramadhan yang telah kita laksanakan. Tak hanya itu, di bulan Syawal ini tentunya masih sangat melekat dalam benak kita akan tarbiyah ruhaniyah yang kita jalankan selama bulan Ramadhan lalu, amaliyah ubudiyah itu hendaknya terus kita jaga dan istiqomah agar kita benar-benar menjadi pribadi yang "Taqwa". Maka hal ini menjadi tantangan kita berikutnya, yakni bagaimana upaya kita dalam merawat Amal Shalih di bulan Syawal"

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Bulan Syawal adalah awal kembali suci, setelah segala noda, dosa, dan sifat-sifat tak terpuji dibersihkan dalam ruang karantina bernama Bulan Ramadhan. Oleh karenanya, sudah semestinya kita menjaga kesucian tersebut setelah Ramadhan usai, ditandai dengan hari Raya Idul fitri, sampai dengan datangnya Ramadhan berikutnya.

Hal terpenting untuk diperhatikan dan dievaluasi adalah, apa yang dihasilkan setelah proses "karantina" selama satu bulan Ramadhan itu selesai?. Bukan hanya dominan berlebihan, heboh, dalam aktivitas fisik saat "karantina" belaka, tanpa penghayatan mendalam, agar karantina (Ramadhan) yang dibayar mahal dengan "ongkos" haus dan dahaga selama sebulan itu, tidak sia-sia.

Ramadhan jelas merupakan ladang mutiara bagi yang memfungsikan momentum tersebut dengan sebaik-baiknya, namun ia bukan apa-apa bagi orang yang salah jalan dalam menelusurinya.

Sungguh kerugian besar jika pasca Ramadhan tidak menghasilkan hal-hal positif yang terkait dengan ketaqwaan setelah Ramadhan berlalu. Kerugian tersebut bukan hanya karena dibayar dengan jerih payah haus-dahaga satu bulan penuh. Tetapi yang lebih harus disesali adalah lewatnya peluang tambang mutiara setahun sekali yang bernama bulan Ramadhan.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam rangka menjaga kontinuitas dan kualitas ketaqwaan diri, agar amal shaleh kita terus berlanjut dan memberikan dampak positif pada diri kita dan orang-orang sekitar kita, berikut ada beberapa hal yang perlu kita tadabburi kembali, yang dalam hal ini khatib istilahkan ke dalam 4M ;

Pertama Musyaratah, artinya mengawali bulan Syawal hendaknya diawali dengan tekad yang bulat untuk betul-betul berupaya meningkatkan amal.

Kedua Muraqabah, yaitu memantau diri atau merasakan bahwa Allah memantau. Jika sikap ini dimiliki, siapa pun tidak akan main-main dalam pelaksanaan tekad tersebut.

Ketiga Muhasabah, yaitu melakukan introspeksi sejauh mana pelaksanaan tekad yang diikrarkan tersebut. Apakah terlaksana dengan baik, atau terlaksana tetapi dipenuhi dengan kelalaian, atau tidak terlaksana sama sekali.

Keempat Mujahadah, yaitu mengerahkan segenap kemampuan yang ada pada diri untuk memperbaiki kelalaian dan kekurangan.

Langkah-langkah ini dapat kita jadikan instrumen tambahan dalam mengawal diri kita untuk menjaga keistiqomahan dalam ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan demikian, diharapkan Taqwa itu selalu melekat pada kepribadian kita, yang secara estafet akan melahirkan hal-hal positif dan unsur-unsur kemanfaatan dalam kehidupan kita. Di konteks inilah titik temu puncak dari ibadah puasa Ramadhan dengan ibadah-ibadah lain seperti haji, zakat dan berbagai ibadah lainnya.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian Khutbah singkat yang dapat khotib sampaikan, semoga bisa menjadi manfaat fid din wad dunya wal akhiroh, aamiin ya Robbal 'alamiin.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيمِ وَتَفَعَني وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الذِّكْر الحَكِيمِ. وَتَقَبَّلْ مِنّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَحْدَهُ لا شَريكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ، أَوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله العلي الْعَظِيمِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيم فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمُ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاء وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّوْمَ الْمُخْتَلِفَةُ وَالصَّدَائِدَ وَالْمِحْنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةُ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
عباد الله، إنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَانكَّرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

(Sumber: Situs Al Azhar Yogyakarta, Oleh: Ustadz Muhammad Subroto, S.Pd.I)

3. Mengevaluasi Ibadah Puasa selama Bulan Ramadhan

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Ma'asyiral Muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang terus menerus memberikan kita semua nikmat, hidayah, dan inayah untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah kepada-Nya, sehingga kita bisa menunaikan kewajiban puasa di bulan Ramadhan dengan penuh semangat dan istiqamah. Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw beserta para sahabat dan pengikutnya.

Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jemaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang paling baik untuk kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan.

Ma'asyiral Muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah

Saat ini kita semua sudah berada di penghujung bulan Ramadhan, itu artinya sebentar lagi bulan yang penuh berkah dan ampunan ini akan meninggalkan kita semua dan akan datang di tahun berikutnya, entah kita semua masih ada di bulan tersebut, atau justru kematian sudah mendahuluinya. Oleh karenanya, mari sejenak kita evaluasi perihal ibadah-ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan ini. Sudah benarkah ibadah yang kita lakukan, mulai dari puasa, shalat, zakat, dan lainnya?

Pada dasarnya, kita semua diwajibkan oleh Allah SWT untuk berpuasa selama satu bulan bukan dengan tujuan lapar, dahaga, dan merasakan kesukaran. Namun, dibalik semua itu terdapat hikmah yang sangat banyak.

Hikmah yang pertama yaitu agar dengan berpuasa kita semua bisa menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah SWT. Sebagaimana tujuan pokok diwajibkannya puasa kepada orang-orang yang beriman yaitu agar mereka bisa menjadi hamba yang bertakwa. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur'an, Dia berfirman:

ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Al-Baqarah [2]: 183)

Ayat di atas merupakan memiliki nilai adiluhung, bahwa puasa seharusnya bisa menjadi mediator bagi kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Dengan berpuasa, seseorang sudah berkomitmen menyempurnakan ketakwaannya, sebagaimana definisi dari takwa itu sendiri yaitu, mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Dari tujuan tersebut, mari kita evaluasi kembali ibadah puasa yang kita lakukan selama ini, apakah sudah menjadikan kita hamba yang benar-benar bertakwa kepada-Nya? Sudahkan puasa menjadikan kita hamba yang benar-benar semangat dalam meningkatkan ibadah dan ketaatan kepada-Nya? Atau justru ibadah yang kita lakukan selama ini tidak memberikan bekas apa-apa pada diri kita, nauzubillah min zalik.

Cara paling gampang untuk mengetahui ibadah puasa kita diterima atau tidak oleh Allah SWT adalah dengan melihat semangat dan konsistensi kita untuk terus beribadah setelah bulan Ramadhan. Jika terus semangat, menunjukkan bahwa ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan menjadi ibadah yang diterima. Jika tidak semangat, menunjukkan bahwa ibadah kita selama ini ditolak oleh Allah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Rajab dalam Kitab Lathaiful Ma'arif, yaitu:

عَلاَمَةُ قَبُوْلِ الطَّاعَةِ أَنْ تُوْصَلَ بِطَاعَةٍ بَعْدَهَا وَ عَلَامَةُ رَدِّهَا أَنْ تُوْصَلَ بِمَعْصِيَةٍ. مَا أَحْسَنَ الْحَسَنَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ وَأَقْبَحَ السَّيِّئَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ

Artinya: "Tanda-tanda diterimanya ketaatan adalah dengan konsisten terus beribadah setelahnya. Dan tanda-tanda ditolaknya ketaatan adalah dengan melakukan kemaksiatan setelahnya. Betapa mulianya suatu ibadah yang dilakukan setelah ibadah yang lain, dan betapa jeleknya sebuah keburukan yang dilakukan setelah ibadah."

Ma'asyiral Muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah

Puasa sama halnya dengan shalat. Dalam Al-Qur'an Allah menjanjikan kebaikan bagi orang-orang yang melakukannya, dan juga bisa meninggalkan setiap kejelekan dan keburukan bagi yang melakukannya. Namun, betapa banyak dari mereka yang melakukan shalat tapi masih saja bermaksiat. Semua itu tidak lain disebabkan ketika melakukan shalat masih banyak aturan-aturan yang tidak terpenuhi.

Begitu juga dengan puasa. Jika puasa yang kita lakukan selama ini tidak bisa meningkatkan imunitas ketakwaan kepada Allah, menunjukkan bahwa puasa ada yang kita jalani selama satu bulan ini ada salah, ada yang kurang baik, dan ada penghalang yang membuatnya tidak bisa meningkatkan ketakwaan. Salah satu perbuatan yang bisa merusak terhadap ibadah puasa adalah dengan berbohong, berkata kotor, dan membicarakan keburukan orang lain, sebagaimana yang ditegaskan oleh Nabi dalam salah satu haditsnya, yaitu:

الصَّوْمُ جُنَّةٌ مَا لَمْ يَخْرِقْهَا. بِمَ يُخْرِقُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكَذْبٍ أَوْ بِسَبَّابٍ أَوْ بِغِيْبَةٍ أَوْ نَمِيْمَةٍ

Artinya, "Puasa adalah benteng, selama engkau tidak membakarnya. Para sahabat bertanya, dengan apa bisa membakarnya, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: dengan berbohong, berkata kotor, membicarakan keburukan orang lain, dan adu domba." (HR An-Nasa'i).

Dengan berpijakan pada hadits di atas, bisa kita koreksi kembali, sudahkah kita meninggalkan perbuatan-perbuatan yang bisa merusak pahala puasa di atas selama bulan Ramadhan? Jika sudah, mari kita bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kita pertolongan agar tidak terjerumus kepadanya. Dan jika tidak, maka tidak heran jika puasa tidak bisa memberikan efek positif sedikit pun kepada kita semua.

Ma'asyiral Muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah

Demikian khutbah Jumat perihal evaluasi ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً.

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

(Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam, Durjan, Kokop, Bangkalan, Jawa Timur)

4. Menjaga Semangat Ibadah Pasca-Ramadhan

Khutbah I

الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Pada momentum yang mulia ini, khatib mengajak kepada seluruh jemaah untuk senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Pengertian takwa itu sendiri adalah:

امْتِثَالُ أَوَامِرِ اللهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ سِرًّا وَعَلَانِيَّةً ظَاهِرًا وَبَاطِنًا

Yakni menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala apapun yang dilarang oleh-Nya baik dalam keadaan sunyi maupun terang-terangan, dalam wujud lahir maupun batin.

Perlu kita sadari bahwa tingkat ketakwaan inilah yang akan menjadi penyelamat kita di dunia dan akhirat sebagaimana sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra.:

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يُنْجِهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Artinya: "Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat."

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Selain menguatkan ketakwaan kepada Allah, kita juga wajib untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya karena senantiasa terus mendapatkan kenikmatan yang tidak bisa kita hitung satu-persatu. Walau kita, misalnya saat ini sedang menghadapi permasalahan dan cobaan besar dalam kehidupan kita, namun yakinlah, nikmat Allah lebih besar dari masalah dan cobaan yang kita hadapi. Dengan mensyukuri nikmat Allah juga akan mampu merubah kehidupan kita lebih baik di masa mendatang. Karena Allah tidak akan merubah nasib atau keadaan kita sendiri kecuali diri kita yang memiliki tekad untuk merubahnya.

اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." ( QS: Ar-Ra'du: 11).

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Di antara kenikmatan yang harus kita syukuri saat ini adalah diberinya umur panjang oleh Allah SWT sehingga kita masih bisa menikmati dan melewati bulan suci Ramadhan. Saat ini juga, kita diberi kesempatan untuk bisa berjumpa dengan bulan Syawal. Bulan Syawal sendiri menjadi bulan yang spesial karena di bulan ini kita merayakan Hari Raya Idul Fitri. Sebuah hari bahagia bagi umat Islam seluruh dunia untuk merayakan kesuksesan dalam menjalankan perintah Allah SWT yakni berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan.

Dari segi bahasa, kata "Syawal" (شَوَّالُ) berasal dari kata "Syala" (شَالَ) yang memiliki arti "irtafaá" (اِرْتَفَعَ) yakni meningkatkan. Makna definisi ini menjadi inspirasi bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah yang selama bulan Ramadhan cenderung menguat dan meningkat. Kita bisa melihat dan merasakan sendiri bagaimana semangat ibadah kita khususnya, dan umat Islam pada umumnya, lebih tinggi di bulan Ramadhan dibanding dengan bulan-bulan biasanya. Masjid ramai dengan ibadah shalat berjemaah, shalat tarawih, tadarus Al-Qur'an dan berbagai ibadah lainnya baik siang maupun malam. Kuantitas ibadah lain juga meningkat di bulan Ramadhan seperti zakat, infak, dan sedekah di samping ibadah utama di bulan Ramadhan yakni berpuasa.

Tentu semua itu harus dipadukan dengan spirit bulan Syawal dalam bentuk peningkatan kuantitas dan kualitas ibadah. Kita harus berusaha sekuat tenaga agar 'suntikan' semangat di bulan Ramadhan bisa ditingkatkan, minimal sama persis di bulan Syawal.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan semangat ibadah kita di bulan Syawal dan bulan-bulan ke depannya adalah dengan melakukan Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah.

Muhasabah adalah melakukan introspeksi diri terhadap perjalanan ibadah di bulan Ramadhan. Muhasabah ini bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri tentang: Apa yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan? Apakah kita sudah memiliki niat yang benar dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan? Apa yang menjadikan kita semangat beribadah di bulan Ramadhan? Pernahkan kita melanggar kewajiban-kewajiban di bulan Ramadhan?. Dan tentunya pertanyaan-pertanyaan introspektif lainnya untuk mengevaluasi ibadah kita selama ini.

Muhasabah ini sangat penting karena akan menjadi pijakan kita untuk melangkah selanjutnya di bulan Syawal. Allah pun sudah mengingatkan kita untuk senantiasa melakukan evaluasi dengan melihat masa lalu kita sebagai modal untuk menghadapi masa depan. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Hasyr: 18:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Setelah melakukan muhasabah, selanjutnya kita melakukan mujahadah yakni bersungguh-sungguh dalam berjuang untuk mempertahankan tren positif ibadah bulan Ramadhan. Di bulan Syawal ini, kita harus tancapkan tekad untuk terus melestarikan kebiasaan-kebiasaan positif selama Ramadhan. Perjuangan ini tentu akan banyak menghadapi tantangan, baik dari lingkungan sekitar kita maupun dari diri kita sendiri. Oleh karenanya, kita harus memiliki tekad kuat dan benar agar hambatan dan tantangan yang bisa mengendurkan semangat ibadah kita ini bisa kita kalahkan.

Allah telah memberikan motivasi pada orang yang bersungguh-sungguh dalam berjuang sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabut ayat 69:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya: "Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik."

Setelah bermuhasabah dan bermujahadah, selanjutnya kita bisa melakukan muraqabah kepada Allah. Muraqabah adalah upaya kita mendekatkan diri kepada Allah SWT. Upaya kita untuk dekat dengan Allah ini akan memunculkan keyakinan di dalam hati bahwa kita selalu dilihat dan diawasi oleh Allah SWT. Ketika Allah senantiasa mengawasi kita, maka akan muncul rasa takut untuk melakukan segala hal yang dilarang oleh Allah SWT. Rasulullah saw bersabda:

أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Artinya: "Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sebab meski engkau tidak melihat-Nya, Dia melihatmu..."

Semakin kuat tekad kita untuk bermuraqabah, maka secara otomatis akan menjadikan kita sadar bahwa kita sangat lemah dan miskin amal ibadah sehingga akan muncul kesadaran untuk terus melipatgandakan ibadah dan kebaikan kita sebagai wujud penghambaan kepada Allah.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Itulah beberapa upaya yang bisa kita lakukan agar di bulan Syawal ini kita masih bisa terus memaksimalkan kualitas dan kuantitas ibadah serta semangat dalam menjalankan perintah beribadah kepada Allah SWT. Semoga kita bisa melakukan Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah ini sehingga hari ini akan lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Amin.

بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

(Oleh: H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung)

5. Syawal, Momentum Hablum Minallah wa Hablum Minan Nas

Khutbah I

اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ لآأِلهَ اِلَّااللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ.اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ .اللهُ اَكْبَرُكَبِيْرًا وَالْحَمْدُاِللهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةَوَّاَصِيْلً

Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat jemaah shalat Jumat rahimakumullah,

Di pagi yang penuh kebahagiaan dan keberkahan, setelah satu bulan bersama Ramadhan, Idul Fitri pun tiba dalam kesucian dan ketakwaan. Hari di mana takbir berkumandang, semua diliputi rasa bahagia dan senang, setelah satu bulan di madrasah Ramadhan kita berjuang. Berjuang menahan haus dan dahaga, mengekang hawa nafsu yang membara, dan mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Semua itu mampu kita lewati dengan penuh keikhlasan hati, untuk meraih ridha ilahi. Tentunya semua ini haruslah senantiasa kita syukuri sebagai hamba Allah yang tahu diri.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat jemaah shalat Jumat rahimakumullah,

Idul Fitri ibarat lembaran awal kertas putih. Tak ada kotoran atau noda yang menempel sehingga senantiasa bersih. Seperti air dari sumber mata air yang mengalir jernih. Kesucian ini harus kita jaga sekuat tenaga agar kertas dan air ini tak ternoda. Mari hindari berbuat dosa, baik itu dosa antar sesama terlebih dosa kepada Allah subhanahu wata'ala.

Pada kesempatan kali ini, mari kita juga terus menguatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT yang merupakan tujuan utama sekaligus buah dari perintah puasa di bulan Ramadhan. Sebagaimana ditegaskan dalam ayat Al-Qur'an yang sangat masyhur tentang perintah puasa yakni:

يٰٓاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah:183).

Sehingga bisa dikatakan bahwa hari ini, setelah kita melaksanakan ibadah puasa dengan iman dan kepasrahan diri kepada Allah, maka sikap-sikap ketakwaan sudah seharusnya bersemayam dalam diri kita. Sikap itu di antaranya adalah keteguhan hati untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.

Jemaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Momentum Idul Fitri kali ini juga menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk mengumandangkan takbir sebagai wujud mengagungkan Allah SWT. Allah lah dzat yang paling besar. Tidak ada yang lebih besar dari-Nya. Allah lah yang paling berhak atas segala apa yang terjadi di alam semesta, termasuk apapun yang terjadi pada diri kita. Kita adalah makhluk-Nya yang lemah tiada daya. Makhluk yang diciptakan dari tanah yang proses penciptaannya memberikan pelajaran mendalam bagi kesadaran tentang siapakah kita, di mana kita, dan akan kemana kita.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Mu'minun ayat 12:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ

Artinya, "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (yang berasal) dari tanah." Kemudian dilanjutkan dengan ayat 13:

ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ

Artinya: "Kemudian, Kami menjadikannya air mani di dalam tempat yang kukuh (rahim)."

Selanjutnya Allah SWT menjelaskan keagungan dan kekuasaan-Nya memproses terbentuknya jasad dan ruh kita dalam ayat 14:

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَۗ

Artinya: "Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta."

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Karena itu, jemaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Mari jadikan Idul Fitri kali ini sebagai renungan suci akan kebesaran Allah SWT sekaligus tekad untuk menjaga kesucian diri. Setelah melalui kawah candra dimuka perjuangan dan pendidikan di bulan Ramadhan, kita harus mampu menjadi pribadi yang paripurna setelah gemblengan puasa satu bulan penuh.

Dalam puasa, kita diajarkan menahan diri untuk tidak makan dan minum, sehingga setelah puasa jangan lagi kita memakan yang bukan hak kita. Dalam puasa kita terbiasa dengan bibir kering karena kehausan, mata kita sayu karena keletihan, dan perut kita kosong menahan lapar, sehingga jangan sampai ke depan tangan-tangan kita kotor karena berbuat zalim kepada orang lain.

Pada Ramadhan, kita yang bisa khusyuk dalam shalat, sehingga jangan lagi setelah Ramadhan kita juga khusyuk merampas hak orang lain. Pada Ramadhan, kita lihai membaca ayat-ayat Al-Qur'an, sehingga jangan sampai kita juga lihai menipu dan menyakiti hati orang lain. Sebagaimana doa yang sering kita lantunkan:

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Artinya, 'Ya Allah, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan kuatkanlah aku untuk mengikutinya serta tampakkanlah kepadaku kesalahan sebagai kesalahan dan kuatkan pula untuk menyingkirkannya. (HR Imam Ahmad).

Maka, sudah saatnya kita istiqomah melakukan kebaikan dan amal sholeh kepada Allah Ta'ala. Sudah saatnya kita hijrah menuju jalan yang di ridhoinya, dan sudah saatnya kita memperbanyak istighfar dan mohon ampun kepada Allah Ta'la.

Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat jemaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kita perlu ingat bahwa sesama Muslim adalah bersaudara dalam naungan ridha ilahi. Sudah semestinya harus saling berbuat baik kepada sesama dengan sepenuh hati. Persaudaraan itu seperti hubungan tangan kanan dan tangan kiri. Walau berbeda dan tidak sama, namun harus saling membantu, tak kenal iri dan dengki. Hubungan keduanya selalu harmonis dan saling berbagi sekaligus saling melengkapi. Tangan kiri tak akan menyakiti tangan kanan, begitupun sebaliknya.

Maka momentum yang pas di bulan Syawal ini, marilah kita saling memaafkan, menebar kasih sayang dan keberkahan bagi sesama. Jangan sampai dengan berbedanya keyakinan dan pemikiran, justru menjadikan permusuhan dan dendam yang mendalam.

Momentum Syawal, mari kita hilangkan prasangka buruk hati kita, mari buang jauh-jauh sikap iri dengki dan mari hilangkan rasa egoisme di dalam nafsu kita. Sudah saatnya kita saling memaafkan, saling menolong, saling kasih sayang terhadap sesama dan saling menebar manfaat bagi sesama. Sebagaimana yang digambarkan dalam Qs. Ali Imron; 103. Allah SWT Berfirman;

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ

Artinya: "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara."

Jemaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah.

Ada sebuah kisah menarik yang patut kita renungkan, tentang kondisi seorang mukmin yang baik dalam berhubungan kepada Allah, namun di satu sisi suka menyakiti sesama manusia.

Dalam sebuah riwayat hadist shahih disebutkan:

Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya:

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ

Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?"

قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ

Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.

فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ

Rasulullah ﷺ bersabda, 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat.

وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا

tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain.

فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ

Maka pahala kebaikannya, pahala sholatnya, pahala puasanya, pahala zakatnya, pahala hajinya dan pahala amal ibadahnya. Allah berikan kepada orang yang dulu mereka sakiti dan mereka dholimi.

Dan andaikan pahala kebaikan tersebut habis??

فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ

Maka dosa dosa dari orang yang mereka pernah sakiti tersebut, Allah berikan kepada orang yang pernah menyakiti dan mendholimi.

فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

hingga akhirnya, orang yang mencaci, orang yang mendholimi, orang yang pernah makan harta orang lain, dan orang yang membunuh tadi. Allah lemparkan mereka kedalam neraka (HR. Muslim, No. 4678).

Maka, pada momentum idul fitri ini, mari kita bersama saling memaafkan, meminta maaf kepada mereka yang pernah kita sakiti dan memberikan maaf kepada orang yang pernah menyakiti kita. Mengapa maaf menjadi penting? Karena dosa seseorang yang dilakukan kepada sesama manusia tidak akan diampuni oleh Allah tanpa pemberian maaf dari orang yang pernah disakiti.

Jika kita pernah berbuat dosa kepada Allah, pernah berbuat kemaksiatan kepada Allah, pernah meninggalkan kewajiban dalam ibadah kita kepada Allah. Jika ada kesadaran untuk mohon ampun kepada Allah dan bertaubat, maka insyaallah Allah akan ampuni dosa kita.

Tetapi, jika kita pernah berbuat dholim, pernah mencaci, pernah memfitnah, pernah melakukan kejahatan yang kita lakukan kepada sesama manusia dengan menyakiti mereka, maka jalan yang terbaik adalah meminta maaf kepada yang bersangkutan dan mengembalikan haknya yang telah kita ambil dan bertaubat kepada Allah.

Imam An-Nawawi dalam kitabnya "Riyadus Shalihin". memaparkan bahwa pertaubatan untuk perbuatan maksiat yang terjadi sesama manusia, dilakukan dengan empat tahapan.

Pertama, bertaubat dan berhenti dari perbuatan tersebut. Kedua, menghadirkan penyesalan dalam diri atas kesalahan dan kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Ketiga, berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Dan yang terakhir adalah mengembalikan tanggungan atau hak-hak yang telah kita ambil dari orang yang telah kita sakiti. Dalam kitabnya, Imam An Nawawi juga memaparkan sebagai berikut:

وأَنْ يَبْرَأَ مِنْ حَقِّ صَاحِبِهَا، فَإِنْ كَانَتْ مَالاً أَوْ نَحْوَهُ رَدُّهُ إِلَيْهِ،

Jika tanggungan itu berupa harta atau sejenisnya, maka wajib mengembalikan harta itu kepada yang berhak

وَإِنْ كَانَتْ حَدَّ قَذْفٍ وَنَحْوَهُ مَكَّنَهُ مِنْهُ أَوْ طَلَبَ عَفْوَهُ،

Jika berupa tuduhan, berupa berita bohong dan berupa fitnah, maka hendaklah mencabut tuduhannya tadi serta klarifikasi bahwa itu adalah fitnah / kabar bohong. Lalu meminta maaf kepada yang bersangkutan

وَإِنْ كَانَتْ غِيْبَةً اِسْتَحَلَّهُ مِنْهَا

Dan jika berupa pengumpatan, cacian, hinaan dan ghibah. maka hendaklah meminta maaf kepadanya.

Itulah penjelasan Imam Nawawi tentang pertaubatan atas maksiat seorang hamba yang menyakiti sesama manusia.

Hadirin yang dirahmati Allah, Semoga, dengan berhasilnya kita melalui tempaan diri di bulan Ramadhan, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dalam beribadah kepada Allah, dan membawa kebaikan sosial yang lebih baik dalam kehidupan kita. Amin.

Mengakhiri khutbah ini, marilah kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah dan bermohon hanya kepada Allah, yakinlah bahwa hanya Allahlah yang bisa mengabulkan permohonan hamba-hambaNya.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْن وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Wassalaamu 'alaikum wr wb.

(Oleh: Muhammad Iqbal Rahman, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dan Da'i Muda)

6. Syawal, Momen Berbenah Diri Pasca-Ramadhan

Khutbah I

الحَمْدُ للهِ الّذِي لَهُ مَا فِي السمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَلَهُ الحَمْدُ فِي الآخرَة الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وهو الرّحِيم الغَفُوْر. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ

اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jemaah shalat Jumat rahimakumullah,

Ramadhan telah lewat dan kita memasuki bulan Syawal lalu bulan-bulan berikutnya yang mungkin bagi kebanyakan orang "kurang istimewa". Ramadhan yang istimewa hadir dengan janji pelipatgandaan pahala, menekankan pengekangan hawa nafsu, dan momen menumpuk amal saleh sebanyak-banyaknya. Ramadhan dengan demikian menjadi saat-saat penggemblengan hamba menjadi orang yang semakin dekat dengan Allah atau dalam bahasa Al-Qur'an mencetak insan yang bertakwa (la'allakum tattaqûn).

Di dalam Ramadhan umat Islam dianugerahi sebuah malam spesial bernama lailatul qadar yang setara dengan seribu bulan. Artinya melakukan satu amal kebaikan pada malam itu setara dengan seribu amal kebaikan pada malam-malam di luarnya. Tidurnya orang berpuasa bernilai ibadah, diamnya orang yang berpuasa bernilai tasbih, doanya dikabulkan, dan balasan atas perbuatan baiknya dilipatgandakan.

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

"Setiap amal kebaikan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), "Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi." (HR al-Bukhari dan Muslim).

Jemaah shalat Jumat rahimakumullah,

Yang menjadi pertanyaan, mengapa Allah memberikan anugerah yang luar biasa semacam itu? Hal ini bisa dipahami setidaknya dalam dua sudut pandang. Pertama, ini merupakan kemurahan dari Allah untuk hamba-Nya. Sebagaimana Allah mengistimewakan hari Jumat di tengah hari-hari lain dalam satu minggu, Allah pun mengistimewakan Ramadhan di tengah bulan-bulan lain dalam satu tahun. Momen tersebut menjadi kesempatan terbaik bagi setiap hamba meningkatkan

Kedua, Ramadhan juga bisa dibaca sebagai sindiran kepada mereka yang umumnya terlalu tenggelam dengan kesibukan duniawi. Jam-jamnya, hari-harinya, dan bulan-bulannya, dipenuhi dengan aktivitas untuk kepentingan dirinya sendiri atau paling jauh untuk keluarga sendiri. Sementara kegiatan yang benar-benar diniatkan untuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah nyaris terlupakan.

Kita sering mendengar seorang ibu yang merayu anaknya dengan iming-iming hadiah untuk mencegahnya dari tindakan-tindakan bandel tertentu. Jangan-jangan Ramadhan adalah hadiah karena Allah tahu kita terlalu "bandel", tak cukup waktu untuk bermesraan dengan-Nya, tak banyak waktu untuk mengingat-Nya. Itulah mengapa pada malam lailatul qadar kita justru dianjurkan banyak meminta ampun dengan membaca:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

"Ya Allah Engkaulah maha pengampun, senang kepada ampunan, maka ampunilah aku."

Anjuran memohon ampunan adalah sinyal bahwa umat manusia memiliki kecenderungan berbuat lalai dan dosa. Ini adalah pesan tentang pentingnya muhasabah atau introspeksi diri seberapa besar kesalahan kita selama ini. Sudahkah seluruh harta yang kita makan didapatkan dengan cara yang halal? Sudahkah kita bebas dari tindakan menyakiti orang lain? Seberapa ikhlas kita menginfakkan sebagian kekayaan kita untuk di luar kepentingan kita? Seberapa semangat kita beribadah dibanding semangat kita melakukan aktivitas dunia? Dan seterusnya dan sebagainya.

Pembicaraan ampunan juga muncul dalam janji dalam sebuah hadits bahwa siapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala dari Allah akan mendapat ampunan atas dosa-dosanya yang telah lewat (man shâma ramadhâna îmânan wa-htisâbah ghufira lahu mâ taqaddama min dzanbihi). Ini juga menyiratkan pesan tentang betapa manusia telah melewati hari-hari mereka dengan penuh kedurhakaan. Melalui Ramadhan dan lailatul qadar, dosa-dosa yang pernah kita lakukan diharapkan terhapuskan.

Memahami Ramadhan sebagai momen koreksi diri merupakan hal yang penting agar kita menghargai waktu dengan cara mengisinya secara positif dan memiliki kaitan dengan pendekatan diri kepada Allah subhânahu wata'âlâ. Tidak meremehkan bulan-bulan di luar Ramadhan. Imam Al-Ghazali mengatakan, ketika seseorang disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam kehidupannya di dunia, maka sesungguhnya ia sedang menghampiri suatu kerugian yang besar. Sebagaimana yang ia nyatakan-dengan mengutip hadits-dalam kitab Ayyuhal Walad:

عَلاَمَةُ اِعْرَاضِ اللهِ تَعَالَى عَنِ الْعَبْدِ، اشْتِغَالُهُ بِمَا لاَ يَعْنِيهِ، وَ اَنﱠ امْرَأً ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مَنْ عُمُرِهِ، في غَيرِ مَا خُلِقَ لَهُ مِنَ الْعِبَادَةِ، لَجَدِيرٌ اَنْ تَطُولَ عَلَيْهِ حَسْرَتُهُ

Artinya: "Pertanda bahwa Allah ta'ala sedang berpaling dari hamba adalah disibukkannya hamba tersebut dengan hal-hal yang tak berfaedah. Dan satu saat saja yang seseorang menghabiskannya tanpa ibadah, maka sudah pantas ia menerima kerugian berkepanjangan."

Semoga Ramadhan yang telah kita lewati membawa manfaat bagi perbaikan diri kita sehingga melewati hari-hari dan bulan-bulan setelahnya dengan lebih baik sampai kita dipertemukan dengan Ramadhan-Ramadhan berikutnya. Wallahu a'lam bish-shawâb.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

(Sumber: NU Online, Oleh Alif Budi Luhur)

7. Hablun Minannas Pasca-Ramadhan

Khutbah I

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ، أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ:

۞ لَا خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ اِلَّا مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلَاحٍۢ بَيْنَ النَّاسِۗ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah kali ini, khatib berwasiat kepada para jemaah sekalian pada umumnya dan kepada diri khatib sendiri khususnya, agar kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Karena, peningkatan iman dan takwa sejatinya dapat diperoleh dengan dua cara tersebut, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sebagainya hadits Rasulullah SAW,

اَلإيمَانُ يَزيدُ ويَنقُصُ ، يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ

Iman itu sifatnya dinamis, dapat bertambah dan berkurang. Bertambah karena ketaatan kepada Allah atau menjalankan perintahnya, dan berkurang karena melakukan kemaksiatan.

Hadirin rahimakumullah,

Selama satu bulan penuh kita menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan penuh suka cita. Kehadiran Ramadhan tidak hanya sebagai bulan istimewa dengan dilipatgandakannya amal kebaikan, namun juga sebagai madrasatul hayat atau sekolah kehidupan. Yakni, sekolah yang mendidik seorang mukmin agar bisa menjadi mukmin yang lebih baik dengan mengendalikan hawa nafsu, meninggalkan kemaksiatan, dan menjalankan amalan-amalan baik seperti tadarus, sedekah, puasa, shalat sunnah, dan lain sebagainya.

Harapannya, selepas Ramadhan kita dapat terbiasa dengan hal-hal yang sudah kita lakukan selama satu bulan lamanya, dan tetap kita lanjutkan di bulan-bulan berikutnya.

Semua ibadah di bulan Ramadhan yang kita lakukan tentu harus memiliki efek dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengapa demikian? Karena status kita sebagai manusia mengharuskan untuk menjalin hubungan yang baik kepada Allah dan juga kepada manusia sekaligus.

Hubungan baik saja kepada Allah dengan menjalankan ibadah mahdhah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, belum cukup atau bahkan bisa sia-sia jika kita masih belum bisa menjalin hubungan baik kepada sesama manusia.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ

Artinya: Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturrahim (HR al-Bukhari)

Dalam Al-Qur'an Surat Al-Anfal ayat 1 Allah SWT berfirman:

فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَصْلِحُوْا ذَاتَ بَيْنِكُمْ

"Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan kalian dengan sesama manusia."

Dalam ayat di atas Allah SWT memerintahkan hambanya untuk bertakwa kepada-Nya, yang kemudian diikuti dengan perintah memperbaiki hubungan sesama manusia, yaitu menjalin cinta kasih dan memperkokoh kesatuan.

Hadirin rahimakumullah,

Ada sebuah kisah menarik yang patut kita renungkan, tentang kondisi seorang mukmin yang baik dalam berhubungan kepada Allah, namun suka menyakiti sesama manusia.

Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya,

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Artinya: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah ﷺ bersabda, 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.'" (HR. Muslim: 4678).

Dalam kisah di atas, jelas bahwa berperilaku baik kepada sesama manusia merupakan hal yang sangat penting. Karna pahala ibadah seseorang bisa habis lantaran ia menyakiti orang lain selama di dunia. Bahkan, ia pun bisa menanggung dosa orang yang disakiti jika pahalanya tidak mencukupi. Habis pahala, dosa bertambah. Itulah gambaran orang yang suka menyakiti orang lain kelak di hari kiamat.

Maka, pada momentum idul fitri ini, mari kita bersama saling memaafkan, meminta maaf kepada mereka yang pernah kita sakiti dan memberikan maaf kepada orang yang pernah menyakiti kita.

Mengapa maaf menjadi penting? Karena dosa seseorang yang dilakukan kepada sesama manusia tidak akan diampuni oleh Allah tanpa pemberian maaf dari orang yang pernah disakiti.

Jika berdosa kepada Allah seperti meninggalkan sholat, tidak berpuasa, tidak berzakat, atau bahkan syirik sekalipun, cukup kepada Allah saja kita memohon ampun. Tetapi, jika dosa yang kita lakukan melibatkan manusia dengan menyakiti mereka, maka kita juga harus meminta maaf kepada yang bersangkutan dan mengembalikan haknya yang telah kita ambil.

Imam An-Nawawi dalam kitabnya "Riyadus Shalihin" memaparkan bahwa pertaubatan untuk perbuatan maksiat yang terjadi sesama manusia, dilakukan dengan empat tahapan. Pertama, bertaubat dan berhenti dari perbuatan tersebut. Kedua, menghadirkan penyesalan dalam diri atas kesalahan dan kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Ketiga, berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Dan yang terakhir adalah mengembalikan tanggungan atau hak-hak yang telah kita ambil dari orang yang telah kita sakiti.

Dalam kitabnya, beliau menuliskan sebagai berikut:

وأَنْ يَبْرَأَ مِنْ حَقِّ صَاحِبِهَا، فَإِنْ كَانَتْ مَالاً أَوْ نَحْوَهُ رَدُّهُ إِلَيْهِ،

Jika tanggungan itu berupa harta atau sejenisnya, maka wajib mengembalikan harta itu kepada yang berhak.

وَإِنْ كَانَتْ حَدَّ قَذْفٍ وَنَحْوَهُ مَكَّنَهُ مِنْهُ أَوْ طَلَبَ عَفْوَهُ،

Jikalau berupa tuduhan zina atau tuduhan lainnya, maka hendaklah mencabut tuduhannya tadi dari orang itu, atau meminta maaf kepadanya.

وَإِنْ كَانَتْ غِيْبَةً اِسْتَحَلَّهُ مِنْهَا

Dan jika berupa pengumpatan, cacian, ghibah, dan kejahatan lisan lainnya, maka hendaklah meminta maaf kepada orang yang yang telah disakitinya.

Itulah penjelasan Imam Nawawi tentang pertaubatan atas maksiat seorang hamba yang menyakiti sesama manusia.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Semoga, dengan berhasilnya kita melalui tempaan diri di bulan Ramadhan, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dalam beribadah kepada Allah, dan membawa kebaikan sosial yang lebih baik dalam kehidupan kita. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

(Oleh: Muhammad Amiruddin Dardiri, Guru Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo)

Nah, itulah tadi kumpulan khutbah bulan Syawal yang bisa menjadi referensi bagi khatib. Semoga membantu!




(alk/edr)

Hide Ads