Hari Jadi Bone 2023: Ini Tanggal, Sejarah, dan Temanya!

Hari Jadi Bone 2023: Ini Tanggal, Sejarah, dan Temanya!

Rasmilawanti Rustam - detikSulsel
Rabu, 05 Apr 2023 12:20 WIB
Logo Hari Jadi Bone ke 693
Logo Hari Jadi Bone ke-693 (Foto: Disbud Bone)
Makassar -

Hari Jadi Bone (HJB) diperingati setiap tanggal 6 April. Pada tahun 2023 ini Kabupaten Bone memasuki usia yang ke-693 tahun.

Kabupaten Bone adalah salah satu daerah otonom yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Ibukotanya terletak di Watampone.

Dikutip dari laman resmi Provinsi Sulawesi Selatan, kabupaten yang memiliki semboyan Bone Beradat ini memiliki luas wilayah 4.559 km². Adapun jumlah penduduknya pada tahun 2010 berjumlah sebanyak 717,268 jiwa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wilayah Bumi Arung Palakka ini terletak di bagian pesisir timur Provinsi Sulawesi Selatan. Berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Soppeng di Utara, Sinjai dan Gowa di Selatan, Maros, Pangkep dan Barru di Barat serta Telur Bone di bagian timurnya.

Berikut ini informasi lengkap tentang Hari Jadi Bone mulai dari sejarah, tema, logo dan maknanya sebagaimana dirangkum detikSulsel dari berbagai sumber;

ADVERTISEMENT

Sejarah Kabupaten Bone

Tugu Arung Palakka di BoneTugu Arung Palakka di Bone Foto: Agung Pramono/detikSulsel

Di usianya yang menginjak angka 693 tahun ini, Kabupaten Bone memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Melansir dari laman resminya bone.go.id, Bone dulunya tercatat sebagai salah satu kerajaan besar di Nusantara. Kerajaan ini awalnya didirikan oleh Raja Bone pertama yaitu Manurunge ri Matajang pada tahun 1330 Masehi.

Kerajaan tersebut kemudian mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan La Tenritatta Arung Palakka, yakni pada pertengahan abad ke-17. Karena itulah Arung Palakka ini menjadi tokoh sentral bagi masyarakat Bone.

Hingga akhirnya Kerajaan Bone terus mengalami dinamika perkembangan dari masa ke masa. Hingga akhirnya menjadi daerah tingkat II Bone berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959.

Raja Bone dari Masa Ke Masa

  1. Manurunge Ri Matajang, Mata Silompoe, 1330-1365

  2. La Ummasa, Petta Panre Bessie, 1365-1368

  3. La Saliyu Korampelua, 1368-1470

  4. We Banrigau, Mallajange Ri Cina, 1470-1510

  5. La Tenrisukki, Mappajunge, 1510-1535

  6. La Uliyo Bote-E, Matinroe Ri Itterung, 1535-1560

  7. La Tenrirawe Bongkange, Matinroe Ri Gucinna, 1560-1564

  8. La Inca, Matinroe Ri Addenenna, 1564-1565

  9. La Pattawe, Matinroe Ri Bettung, 1565-1602

  10. We Tenrituppu, Matinroe Ri Sidenreng, 1602-1611

  11. La Tenriruwa, Sultan Adam, Matinroe Ri Bantaeng, 1611-1616

  12. La Tenripale, Matinroe Ri Tallo, 1616-1631

  13. La Maddaremmeng, Matinroe Ri Bukaka, 1631-1644

  14. La Tenriaji, Arungpone, Matinroe Ri Pangkep, 1644-1672

  15. La Tenritatta, Daeng Serang, Malampe-E Gemme'na, Arung Palakka, 1672-1696

  16. La Patau Matanna Tikka, Matinroe Ri Nagauleng, 1696-1714

  17. We Bataritoja, Datu Talaga Arung Timurung, Sultanah Zainab Zulkiyahtuddin, 1714-1715

  18. La Padassajati, Toappeware, Petta Rijalloe, Sultan Sulaeman, 1715-1718

  19. La Pareppa, Tosappewali, Sultan Ismail, Matinroe Ri Sombaopu, 1718-1721

  20. La Panaongi, Topawawoi, Arung Mampu, Karaeng Bisei, 1721-1724

  21. We Bataritoja, Datu Talaga Arung Timurung, Sultanah Zainab Zulkiyahtuddin, 1724-1749

  22. La Temmassonge, Toappawali, Sultan Abdul Razak, Matinroe Ri Mallimongeng, 1749-1775

  23. La Tenritappu, Sultan Ahmad Saleh, 1775-1812

  24. La Mappasessu, Toappatunru, Sultan Ismail Muhtajuddin, Matinroe Rilebbata, 1812-1823

  25. We Imaniratu, Arung Data, Sultanah Rajituddin, Matinroe Ri Kessi, 1823-1835

  26. La Mappaseling, Sultan Adam Najamuddin, Matinroe Ri Salassana, 1835-1845

  27. La Parenrengi, Arungpugi, Sultan Ahmad Muhiddin, Matinroe Riajang Bantaeng, 1845-1857

  28. We Tenriawaru, Pancaitana Besse Kajuara, Sultanah Ummulhuda, Matinroe Ri Majennang, 1857-1860

  29. La Singkeru Rukka, Sultan Ahmad Idris, Matinroe Ri Topaccing, 1860-1871

  30. We Fatimah Banri, Datu Citta, Matinroe Ri Bolampare'na, 1871-1895

  31. La Pawawoi, Karaeng Sigeri, Matinroe Ri Bandung, 1895-1905

  32. La Mappanyukki, Sultan Ibrahim, Matinroe Ri Gowa, 1931-1946

  33. La Pabbenteng, Matinroe Ri Matuju, 1946-1951

Tema dan Logo Hari Jadi Bone ke-693

Dalam rangka memperingati Hari Jadi Bone yang ke-693 tahun ini, Pemerintah Kabupaten Bone mengusung tema "Sisenge Mattalu Tellu". Hal ini bermakna Saling Mengingat Karena Ikatan Persaudaran Yang Sangat Erat.

Adapun logo Hari Jadi Bone ke-693 tahun ini, sebagaimana dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Bone adalah sebagai berikut:

Logo Hari Jadi Bone ke 693Logo Hari Jadi Bone ke 693 Foto: Disbud Bone

Logo ini terdiri dari elemen angka 6, 9 dan 3 yang masing-masing memiliki corak dan makna tersendiri. Berikut penjelasan arti logo Hari Jadi Bone (HJB) tersebut.

1. Angka 6 Badik Gecong (Senjata Khas Bugis Bone)

Badik Gecong adalah salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2020, badik khas Bone yang menjadi icon Daerah Kab. Bone (Tugu Badik). Badik menggambarkan "Getteng" dan "Warani" yang artinya konsisten serta berani dalam segala hal.

2. Angka 9 Pattepo Botting (Bando Bugis)

Pattepo Botting merupakan identitas yang melekat pada diri perempuan Bugis dalam prosesi adat seperti prosesi pernikahan dan pentas tarian Bugis. Bentuk ini mempersentasikan sebuah kejayaan dan keindahan.

3. Angka 3 Songkok To Bone atau Songkok Recca

Songkok To Bone merupakan identitas Kebudayaan Bone yang juga terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018. Songkok Recca dibuat dengan cara dianyam dari serat pelapah lontar digunakan oleh kaum laki-laki Bugis sebagai penutup kepala.

Songkok Recca ini menggambarkan kesan "Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge' (nilai-nilai moral dan prinsip kehidupan yang dianut oleh masyarakat Bugis Bone).

Nah demikianlah penjelasan tentang Hari Jadi Bone (HJB) 2023 beserta sejarah, tema, logo dan maknanya. Selamat Hari Jadi Bone, Jaya Selalu!




(edr/alk)

Hide Ads