Kapan Hari Raya Ketupat 2025? Ini Tanggal, Sejarah, dan Makna Perayaannya

Kapan Hari Raya Ketupat 2025? Ini Tanggal, Sejarah, dan Makna Perayaannya

Yaslinda Utari Kasim - detikSulsel
Sabtu, 05 Apr 2025 21:00 WIB
Lebaran Tak Melulu Ketupat Sayur, 5 Hidangan Ini Juga Cocok Disajikan
Ilustrasi (Foto: Getty Images/EyeEm Mobile GmbH)
Makassar -

Hari Raya Ketupat menjadi salah satu tradisi yang ditunggu-tunggu setelah Lebaran. Tradisi ini marak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia beberapa hari setelah perayaan Idul Fitri.

Lantas, di tahun ini kapan tepatnya pelaksanaan Hari Raya Ketupat 2025?

Perayaan ini dikenal juga dengan sebutan Lebaran Ketupat. Masyarakat merayakannya dengan membuat dan menyajikan ketupat untuk dimakan bersama keluarga, teman, dan kerabat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, bagi detikers yang ingin mengetahui seputar Hari Raya Ketupat lebih dalam, berikut detikSulsel menyajikan informasi selengkapnya mengenai tanggal, sejarah, dan maknanya.

Yuk, disimak!

ADVERTISEMENT

Kapan Hari Raya Ketupat 2025?

Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Lebaran Ketupat merupakan perayaan pada hari kedelapan bulan Syawal setelah melaksanakan puasa Syawal. Berdasarkan kalender Hijriah 2025 terbitan Kementerian Agama RI, 8 Syawal 1446 H jatuh pada 7 April 2025.

Dengan demikian, Lebaran Ketupat dirayakan pada Senin, 7 April 2025. Adapun tanggal pelaksanaannya merujuk pada waktu setelah dilakukannya puasa Syawal.

Mengutip laman MUI Digital, puasa Syawal dikerjakan selama 6 hari setelah perayaan Idul Fitri. Dianjurkan pada tanggal 2-7 Syawal atau tahun ini bertepatan dengan 1-6 April 2025.

Anjuran puasa Syawal selama 6 hari ini dianjurkan langsung oleh Rasulullah SAW, sebagaimana sabdanya:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya: "Sungguh Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian diiringi dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR Muslim no 1164)

Sejarah Hari Raya Ketupat

Melansir Jurnal Universitas PGRI Palangka Raya berjudul "Makna Simbolik dan Kultural Tradisi Lebaran Ketupat bagi Masyarakat Jawa", Hari Raya Ketupat merupakan tradisi di berbagai daerah di Indonesia yang jatuh pada 8 Syawal atau 1 minggu setelah Idul Fitri.

Hari Raya Ketupat ini merupakan warisan budaya leluhur yang masih dilestarikan khususnya oleh masyarakat Jawa. Diyakini, tradisi ini dapat mendatangkan berkah bagi kehidupan seseorang.

Sama seperti Idul Fitri, perayaan ini berupa simbol kemenangan setelah melawan hawa nafsu selama bulan Ramadhan. Bedanya, Lebaran Ketupat juga ditujukan untuk merayakan kemenangan menyelesaikan puasa 6 hari di bulan Syawal.

Perayaan Lebaran Ketupat dilakukan dengan menyediakan ketupat dan makanan pelengkapnya. Diperkirakan, tradisi Lebaran Ketupat masuk ketika agama Islam dibawa oleh Walisongo dan mulai diterima di masyarakat.

Pada zaman dulu, Walisongo berusaha memperkenalkan ajaran Islam ke Indonesia berbagai cara, salah satunya melalui Lebaran Ketupat. Ajaran Islam yang diperkenalkan yaitu cara bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah, saling menjalin silaturahmi, dan syiar Islam lainnya.

Orang yang pertama kali memperkenalkan tradisi ini adalah Sunan Kalijaga. Sejak diterima di masyarakat, perayaan Idul Fitri pun dirayakan sebanyak dua kali.

Pertama Lebaran Idul Fitri bertepatan dengan 1 Syawal, kemudian Lebaran Ketupat atau bisa juga disebut Bakda Kupat yang berlangsung 1 minggu setelah Idul Fitri.

Makna Perayaan Hari Raya Ketupat

Masih dari sumber yang sama, dijelaskan bahwa ketupat merupakan simbol rukun Islam keempat yakni puasa di bulan Ramadhan. Hal itu ditunjukkan oleh sisi ketupat yang berjumlah empat.

Kata ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan singkatan dari 'ngaku lepat' yang berarti mengakui kesalahan. Ungkapan ini memberikan isyarat bahwa semua manusia pasti pernah berbuat salah kepada sesama.

Sementara itu, daun kelapa yang membungkus ketupat disebut janur atau 'jatining nur' yang artinya hati nurani. Sedangkan beras yang dimasukkan dalam anyaman ketupat menggambarkan nafsu duniawi.

Berdasarkan makna tersebut, maka ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Ketupat ini dihadirkan dalam perayaan hari ke-8 Syawal sebagai pengingat agar manusia mengakui kesalahannya masing-masing, kemudian dengan senang hari saling memaafkan.

Dengan demikian, tradisi Hari Raya Ketupat memiliki makna saling memaafkan dengan cara mengakui kesalahan masing-masing sehingga memudahkan diri untuk memaafkan orang lain.

Saling meminta dan memberi maaf ini wajib dilakukan agar seseorang terbebas dari kesalahan dengan benar-benar sempurna. Setelahnya, setiap orang memakan ketupat sebagai simbol sudah terlepas dari segala kesalahan.

Tradisi ini juga bermakna sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat bisa melawan hawa nafsu karena sudah menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan dan puasa Syawal.

Tujuan Perayaan Hari Raya Ketupat

Pelaksanaan tradisi Lebaran Ketupat secara kultural memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Sarana Komunikasi dan Silaturahmi

Tradisi Lebaran Ketupat dilaksanakan dengan berkumpul menjalin silaturahmi dan komunikasi. Pada perayaannya, masyarakat berbondong-bondong membawa nampan berisi ketupat ke masjid atau musala, tetangga, ataupun kerabat dekat.

Dengan demikian, terjalin silaturahmi dan tercipta ukhuwah Islamiyah yang semakin kuat.

2. Sarana Bersedekah

Seperti yang disebutkan sebelumnya, pada Lebaran Ketupat masyarakat akan membawakan ketupat untuk orang sekitar. Mengantar ketupat ini tidak hanya untuk kerabat yang dikenal saja, namun juga orang sekitar yang kurang mampu sehingga mereka juga bisa merasakan kegembiraan bersama.

3. Memuliakan Tamu

Perayaan ini juga dilakukan dengan saling mengunjungi rumah tetangga dan kerabat. Tuan rumah akan memberikan pelayanan hidangan ketupat dan sikap ramah kepada tamu dengan ikhlas.

Hal ini dimaknai sebagai sikap memuliakan tamu. Semua tamu dari kalangan mana pun akan diperlakukan sama tanpa membeda-bedakan kasta sosial.

4. Melestarikan Tradisi

Tradisi Lebaran Ketupat sudah menjadi kebiasaan yang diwariskan leluhur. Oleh karenanya, tradisi ini sebaiknya dijaga dan terus dilestarikan sebagai ciri khas perayaan Idul Fitri di Indonesia.

Itulah ulasan mengenai "kapan Lebaran Ketupat 2025" lengkap dengan sejarah dan makna perayaannya. Semoga bermanfaat!




(urw/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads