Profil Arung Palakka, Pejuang Kemerdekaan Kerajaan Bugis yang Fenomenal

Profil Arung Palakka, Pejuang Kemerdekaan Kerajaan Bugis yang Fenomenal

Al Khoriah Etiek Nugraha - detikSulsel
Kamis, 27 Okt 2022 13:36 WIB
Tugu Arung Palakka di Bone
Tugu Arung Palakka di Bone. (Foto: Agung Pramono/detikSulsel)
Makassar -

Arung Palakka dikenal sebagai sosok yang berjasa dalam memerdekakan rakyat Bugis dari cengkeraman kekuasaan Kerajaan Gowa di masa lampau. Ia juga terlibat dalam Perang Makassar 1666-1669 yang melahirkan perjanjian Bongaya.

Dijelaskan dalam buku berjudul "Arung Palakka" yang diterbitkan Perpustakaan Nasional RI, bahwa Arung Palakka memiliki nama kecil La Tenritatta To Unru Daeng Serang. Nama Arung Palakka sendiri merupakan salah satu gelar yang disematkan kepadanya.

Banyak gelar yang disematkan pada sosok La Tennritatta, diantaranya Datu Mariyo, Arung Palakka, Malampe-e Gemme'na, Torisompe dan nama anumertanya ialah Matinroe ri Bontoala. Di Makassar ia dikenal dengan gelar Daeng Serang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip dalam buku berjudul "Arung Palakka: Biografi dan Perjuangannya Dari Tanah Bugis" yang ditulis oleh Johan Setiawan, Arung Palakka lahir di Lamatta, Mario Riyaseq, Soppeng pada tanggal 15 September 1634. Ia merupakan keturunan dari Bangsawan Bugis Bone dan Soppeng.

Ibu Arung Palakka bernama We Tenri Sui' Datu Mario ri Wawo. Ia adalah putri dari Raja Bone ke-11

ADVERTISEMENT

Sementara ayah Arung Palakka adalah seorang Bangsawan Soppeng bernama Pattubune Datu Lompuleng Arung Tana Tengnga. Arung Palakka merupakan anak kedua dari 6 bersaudara.

Arung Palakka ikut diasingkan ke Gowa bersama kedua orang tuanya pada tahun 1646. Arung Palakka yang masih berusia antara 9 atau 10 tahun itu diserahkan ke Karaeng Pattingaloang saat tiba di Gowa.

Karaeng Pattingalloang dikenal ramah terhadap Arung Palakka. Ia kemudian dijadikan pembawa Puan (tempat sirih) untuk melayani tamu Karaeng Pattingalloang.

Arung Palakka kemudian mendapat didikan dan ilmu pengetahuan dari percakapan Karaeng Pattingalloang kepada setiap tamu kerajaan. Gelar Daeng Serang yang disematkan pada Arung Palakka merupakan pemberian Karaeng Pattingalloang atas kecerdasan dan kepandaiannya.

Kemudian, pada tahun 1660 Arung Palakka merencanakan dan memimpin pelarian bersama rakyatnya untuk pulang ke tanah Bugis. Gelar Arung Palakka sendiri disematkan setelah sukses membebaskan rakyat Bone dari cengkeraman Kerajaan Gowa, serta membawa rakyatnya yang dipekerjapaksakan pulang ke tanah Bugis.

Arung memiliki arti raja, sementara Palakka merupakan nama daerah yang berada di dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Bone. Sehingga Arung Palakka artinya raja di Palakka.

Pelarian Arung Palakka bersama rakyatnya ini lantas memicu kemarahan Raja Gowa. Sehingga Raja Gowa mengejar dan menyerbu Bone. Arung Palakka nyaris kalah dan terbunuh saat itu.

Arung Palakka kemudian melanjutkan pelariannya menuju Buton dan berlindung di sana selama tiga tahun yakni pada 1660-1663. Pada tahun 1663 Arung Palakka ke Batavia untuk meminta bantuan VOC untuk membebaskan Kerajaan Bone dan Soppeng dari cengkeraman Gowa.

Arung Palakka tinggal di Batavia selama tiga tahun yakni pada 1663-1666. Pada tahun 1666 saat Perang Makassar meletus, Arung Palakka bertindak sebagai Panglima Perang pasukan Bone-Soppeng.

Ia bekerjasama dengan VOC di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Janszoon Speelman melawan Kerajaan Gowa di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin.

Saat Perang Makassar berakhir di tahun 1669, Arung Palakka diberi gelar Tounru' atau Toappaunru yang artinya Sang Penakluk. Gelar ini diberikan untuk menandai pencapaian dalam memenangkan Perang Makassar.

Arung Palakka resmi diangkat menjadi Arumpone atau Raja Bone ke VX pada tahun 1672. Ia menggantikan raja sebelumnya, La Madaaremmeng.

Ia memerintah Bone selama 24 tahun dan menjadi penguasa terkuat di Sulawesi Selatan. Kerajaan Bone mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan Arung Palakka.

Bahkan Arung Palakka membuat Kerajaan Bone menjadi kerajaan terkuat di Sulawesi Selatan menggantikan Kerajaan Gowa setelah Sultan Hasanuddin kalah dan turun tahta.

Arung Palakka meninggal pada tahun 1696 di Bontoala. Saat meninggal Arung Palakka diberi gelar Matinroe ri Bontoala' yang artinya "yang meninggal di Bontoala".

Profil Arung Palakka

  • Nama Kecil: La Tenritatta To Unru Daeng Serang
  • Tempat lahir: Lamatta, Mario Riyaseq, Soppeng.
  • Tanggal lahir: 15 September 1634
  • Gelar: Arung Palakka, Datu Mariyo, Malampe-e Gemme'na, Torisompe, Matinroe ri Bontoala, Daeng Serang.
  • Nama Ibu: We Tenri Sui' Datu Mario ri Wawo
  • Nama Ayah: Pattubune Datu Lompuleng Arung Tana Tengnga
  • Saudara:
  1. Da Unggu (puteri-meninggal)
  2. La Tenritatta To Unru Daeng Serang bergelar Arung Palakka (putra)
  3. La Tenri Girang (putra)
  4. We Kacumpurang Da Ompo (putra)
  5. Da Emba (putri)
  6. Da Umpi Mappolobombang (putri)

Riwayat Hidup Arung Palakka

  • 1646 - Diasingkan ke Gowa bersama kedua orang tuanya dan para Bangsawan Bone.
  • 1660 - Melarikan diri bersama rakyat Bone kembali ke tanah Bugis. Melanjutkan pelarian ke Buton.
  • 1660-1663 - Tinggal di Buton.
  • 1663 - Menuju Batavia untuk menjalin kerjasama dengan VOC demi membebaskan rakyat Bone dan Soppeng dari cengkraman Gowa.
  • 1663-1666 - Tinggal di Batavia dan bekerjasama dengan VOC.
  • 1666 - Menyerbu Gowa dan menjadi panglima perang asukan Bone-Soppeng.
  • 1669 - Memenangkan perang Makassar dan membebaskan rakyat Bone-Soppeng.
  • 1672 - Diangkat menjadi Raja Bone ke XV.
  • 1969 - Wafat di Bontoala.



(alk/nvl)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detiksulsel

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads