Fenomena hujan es disertai angin kencang yang terjadi di Toraja Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) membuat warga gempar. Pihak BMKG kemudian memberikan penjelasan terkait fenomena itu.
"Tadi sore menjelang malam. Hujan deras, langsung ada seperti batu jatuh dari atap ternyata es berukuran kecil," kata salah seorang warga Toraja Utara, Meta kepada detikSulsel, Senin (3/4/2023).
Meta menjelaskan fenomena itu terjadi pada Senin (3/4) sekitar pukul 17.45 WITA. Saat itu kata dia, hujan lebat mengguyur Toraja Utara disertai angin kencang, kemudian dia mendengar bunyi keras dari suara atap rumah dan melihat es dalam butiran kecil berjatuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hujan sama angin, langsung ada bunyi seperti dilempar batu rumah. Saya baru lihat langsung, anak-anak langsung video juga dan sebar ke media sosial," ungkapnya.
Dia menambahkan, fenomena tersebut terjadi dalam durasi cukup lama, sekitar 30 menit.
"Lama-lama itu sekitar setengah jam. Sudah itu berhenti baru hujan biasa," ucapnya.
Sementara itu, Pengamat Cuaca Stasiun Meteorologi Toraja, Saefuddin mengutarakan, hujan es atau Hail terjadi sebagai dampak pertumbuhan awan cumulonimbus dengan jangkauan luas hingga 10 km. Hujan es menurutnya fenomena alam biasa yang terjadi bersamaan saat hujan lebat.
"Sejumlah warga Toraja Utara juga tadi melaporkan fenomena alam itu. Dari pengamatan data image satelit Himawari, terjadi fase tumbuh awan cumulonimbus di seluruh wilayah Toraja. Pada fase matang inilah cuaca hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang serta fenomena hujan es terjadi," ujarnya.
Saefuddin menjelaskan, proses terjadinya hujan es kata dia, saat udara hangat, lembab dan labil terjadi di permukaan bumi, maka pengaruh pemanasan bumi sangat kuat akibat radiasi matahari yang selanjutnya akan mengangkat massa udara tersebut ke atmosfer.
Sampai di atmosfer, lanjut Saefuddin massa udara tersebut akan mengalami pendinginan, kemudian terjadi kondensasi, maka akan terbentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus (Cb). Oleh karena kuatnya energi dorongan ke atas, saat terjadi proses konveksi, maka puncak awan sangat tinggi hingga mencapai freezing level atau tingkat pembekuan.
"Freezing level ini selanjutnya terbentuk kristal-kristal es dengan ukuran yang cukup besar, tapi saat sampai ke permukaan tanah ukuran bongkahan es tersebut akan lebih kecil karena terjadi gesekan di udara, sehingga mencair," jelasnya.
(ata/ata)