10 Contoh Ceramah Ramadan Berbagai Tema, Ada Bahasa Bugis-Makassar

10 Contoh Ceramah Ramadan Berbagai Tema, Ada Bahasa Bugis-Makassar

Nur Ainun - detikSulsel
Senin, 27 Mar 2023 23:10 WIB
anak ceramah
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Mongkolchon Akesin)
Makassar -

Contoh ceramah Ramadan dan judulnya bisa menjadi referensi para dai dan daiah yang akan membawa tausiah saat bulan Ramadan. Berikut kumpulan judul dan contoh teks ceramah Ramadan dengan berbagai tema.

Bulan Ramadan merupakan bulan penuh kemuliaan. Untuk menghidupkan bulan mulia ini berbagai ibadah dilakukan oleh umat muslim, salah satunya menyebarkan ajaran Agama Islam melalui kultum dan ceramah.

Berikut 10 contoh ceramah yang bisa menjadi referensi bagi dai dan daiah yang akan membawakan tausiah selama bulan Ramadan:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Ceramah Ramadan

Contoh Ceramah 1: Takwa, Pembebas Kekafiran Diri

Assalamu'alaikum, Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim.

ADVERTISEMENT

Kaum muslimin muslimat Rahimakumullah, marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur kepada Allah.

Karena dengan nikmat-Nya, Allah masih memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan paling mulia, bulan penuh pengampunan, yakni bulan Ramadan.

Puji syukur pula atas kehendak Allah SWT saya diberi kesempatan untuk berbagi ilmu melalui ceramah Ramadan yang berjudul "Takwa, Pembebas Kekafiran Diri".

Kaum muslimin muslimat Rahimakumullah,

Sebulan dalam satu tahun kalender hijriyah, kita mendapat kesempatan untuk menziarahi diri, menepi sejenak dari keriuhan, menata kembali alur kehidupan, atau mendekonstruksi spiritualitas melalui laku puasa. Surat Al Baqarah ayat 183 menjadi dasar dan ruh dalam menjalankan ibadah tersebut.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ.

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa "

Ayat ini merupakan dasar naqli kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Ayat yang kerap dibaca mubaligh di atas mimbar kultum atau ceramah sepanjang Ramadan itu, juga menjadi landasan pengharapan seorang hamba agar menjadi pribadi yang bertakwa.

Lalu, siapa "si takwa" itu?. Dalam pandangan awam, kerapkali takwa diimajinasikan sebagai sebuah predikat atau gelar laiknya orang mendapatkan ijazah.

Tafsir yang lebih umum dan klasik kita dengar, takwa berarti takut kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Pemaknaan ini ada kesan bahwa ruang lingkup penghayatan takwa terbatas pada pengamalan syariat ibadah. Ia merupakan jelmaan dari rasa takut. Sehingga yang muncul adalah kesalehan individu, ritual-ritual ibadah sebagai wujudnya.

Dampak dari pencerapan seperti itu tak sedikit yang merasa benar sendiri. Membusungkan "keakuan" dalam beragama. Orang lain yang ibadahnya tidak serajin "aku" perlu diingatkan, bahkan, bila perlu dengan cara-cara yang keras.

Kemudian, pemahaman takwa yang lebih mendalam dapat kita jumpai dalam sebuah catatan Muhammad Asad. Orang yang bertakwa adalah mereka yang sadar akan kehadiran Tuhan.

Penafsiran seperti ini membebarkan pengertian takwa yang lebih esoteris. Sikap relijius yang ditampilkan oleh seorang hamba bukanlah sebab ketakutan semata, melampaui itu, sikap demikian tampak sebagai keniscayaan karena Tuhan selalu hadir dalam setiap langkah hidup kita.

Dengan demikian, rasa "aku" dalam beragama mampu dikikis habis hingga yang ada hanyalah Sang Khalik. Karena kehadiran-Nya, tidak pantas kita menghukumi orang lain sebagai ahli bid'ah atau kafir. Sebab bukan kita yang berhak memberi penilaian akhir. Ada Tuhan di sisi kita, yang punya kuasa penghakiman.

Sikap yang yang tidak menonjolkan "aku" juga merupakan jalan dakwah yang menghadirkan kelembutan. Amar makruf atau ajakan kebaikan lebih didahulukan ketimbang menghajar kemungkaran.

Alhasil, pemaknaan takwa sebagai kesadaran akan hadirnya Tuhan lebih hakiki (dimensi esoterik) ketimbang sekadar rasa takut yang syariat (dimensi eksoterik).

Hadirin,

Penggalian makna takwa bisa juga berpijak dari kata takwa itu sendiri. Dalam kamus bahasa Arab, jika kita mencari definisi kata takwa (ta-qof-wau-ya), maka kita akan dirujuk ke kata dzulum. Bahwa, dzulum adalah lawan kata dari takwa. Dzulum sendiri mempunyai arti melampaui batas atau berlebih-lebihan.

Berarti, takwa bermakna tidak melampaui batas atau proporsional. Arti kata ini bahkan, lebih implementatif. Praktik hidup proporsional menjadi salah satu ciri orang bertakwa.

Perilaku proporsional ini jika diterapkan sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh, tak akan ada banjir karena orang tidak membuang sampah sembarangan. Tak pernah ada perselisihan sebab orang menjaga hatinya. Bahkan, tak perlu ada kerusuhan gegara kalah dalam pemilu karena orang tidak melampaui batas dalam memperjuangkan haknya.

Muara dari sikap takwa adalah agar kita menjadi hamba yang dikehendaki Allah dalam surat Al Baqarah, sebagai insan yang patut mendapatkan petunjuk dalam Al-Qur'an.

Setiap individu bisa saja membaca Al Qur'an. Tetapi, hanya orang-orang yang memiliki syarat rohani tertentu yang bisa menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber petunjuk, adalah mereka yang bertakwa, yaitu, mempunyai kesadaran tentang kehadiran Tuhan terus-menerus dalam dirinya dan dihiasi sikap asketis.

Alhasil, dalam pandangan saya takwa tak bermakna pasif sebagai gelar spiritualitas. Melebihi itu, takwa haruslah menjadi pembebas dari kekafiran diri alih-alih dikapitalisasi atau malah pembenar bagi laku kekerasan terhadap liyan. Maka menjadi pribadi yang bertakwa dalam waktu yang bersamaan adalah menerima keberadaan orang lain. Pribadi semacam inilah yang layak mendapatkan kedudukan paling mulia di sisi Allah SWT. Wallahu a'lam bisshawab.

(Oleh Muhamad Dhofier, Pengajar di PP Nihadlul Qulub, Moga, Pemalang dikutip dari NU Online)

Contoh Ceramah 2: Hakikat Ibadah Puasa

Assalamu'alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Innal hamdalilah wasolatu wasalamu ala rosulillah syaidina Muhammad ibni abdilah waala alihi wahbihi wamawalah (amma ba'du).

Jemaah masjid yang semoga Allah muliakan dunia dan akhirat.

Alhamdulillah, dengan izin Allah kita bisa berkumpul di masjid ini untuk menjalankan perintah-Nya. Mudah-mudahan kita dapat meraih pahala dan pengampunan dari Allah SWT di bulan penuh rahmat ini.

Jemaah yang dirahmati Allah SWT,

Ibadah puasa disyariatkan kepada umat Nabi Muhammad saw. Ibadah puasa diwajibkan bagi umat Islam selama bulan Ramadan pada setiap tahunnya. Ibadah puasa sejatinya bukan syariat baru. Ibadah puasa telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu sebelum umat Nabi Muhammad saw.

Ibadah puasa mengandung banyak manfaat dan keutamaan bagi umat manusia baik secara jasmani maupun secara rohani. Oleh karena itu, ibadah puasa tidak hanya disyariatkan kepada umat terdahulu, tetapi juga umat Nabi Muhammad saw, umat akhir zaman.

Ibadah puasa sendiri cukup unik. Ibadah puasa berbeda dari jenis ibadah lainnya. Pada ibadah puasa, umat Islam diperintahkan untuk menahan dan meninggalkan sesuatu (takhalli), bukan diperintahkan untuk melakukan sesuatu. Karena sifatnya yang takhalli, ibadah puasa tidak terlihat secara kasatmata. Sifat takhalli ini menempatkan ibadah puasa menjadi istimewa.

Imam Al-Ghazali menjelaskan keistimewaan ibadah puasa. Imam Al-Ghazali dalam karyanya yang terkenal Ihya Ulumiddin menjelaskan hakikat puasa. Imam Al-Ghazali menyebut secara singkat dan tepat perihal hakikat puasa sebagaimana berikut:

أن الصوم كف وترك وهو في نفسه سر ليس فيه عمل يشاهد وجميع أعمال الطاعات بمشهد من الخلق ومرأى والصوم لا يراه إلا الله عز و جل فإنه عمل في الباطن بالصبر المجرد

Artinya: "Puasa itu menahan diri dan meninggalkan (larangan puasa). Puasa pada hakikatnya sebuah rahasia. Tidak ada amal yang tampak padanya. Kalau semua ibadah disaksikan dan dilihat oleh makhluk, ibadah puasa hanya dilihat oleh Allah saw. Puasa adalah amal batin, murni kesabaran," (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 293).

Dari penjelasan ini, kita dapat mengerti bahwa keutamaan dan inti ibadah puasa adalah kesabaran dengan ganjaran tiada tara. Kita dapat mengerti mengapa hadits qudsi selalu mengatakan, "Ibadah puasa (dipersembahkan) untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya."

Puasa mengambil seperempat bagian dari keseluruhan keimanan karena "Puasa itu setengah dari kesabaran," (HR At-Tirmidzi). Sedangkan, "Kesabaran mengambil setengah bagian dari keimanan," (HR Abu Nu'aim dan Al-Khatib).

Adapun manfaat dari puasa adalah menurunkan keinginan-keinginan syahwat yang menjadi lahan subur setan. Dengan lapar dan haus puasa, lahan subur dan medan pacu setan menyempit dan terbatas.

Ibadah puasa bermanfaat untuk menaklukkan setan karena syahwat-syahwat itu merupakan jalan masuk setan, "musuh" Allah. Sedangkan syahwat pada manusia itu menguat oleh sebab makan dan minum.

Dari sini kemudian, ibadah puasa menjadi pintu ibadah dan tameng atau perisai bagi mereka yang berpuasa. Ibadah puasa mempersempit ruang gerak setan di dalam tubuh orang yang berpuasa.

قال صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ فَضَيِّقُوْا مَجَارِيَهُ بِالجُوْعِ

Artinya, "Rasulullah saw bersabda, 'Sungguh, setan itu berjalan pada anak Adam melalui aliran darah. Oleh karena itu, hendaklah kalian mempersempit aliran darah itu dengan rasa lapar,' (HR. Muttafaq alaihi)," (Al-Ghazali, 2018 M: I/293).

Ketika puasa membatasi, mempersempit ruang gerak, dan menutup jalan bagi setan, maka orang yang berpuasa layak diistimewakan oleh Allah dengan ganjaran yang tak terduga baik kuantitas maupun kualitasnya. Wallahu a'lam.

(Sumber: NU Online)

Contoh Cerama 3: Cahaya Ramadan

Assalamu'alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

إِنَّ الْحَمدُ لِلَّهِ نَحمده ونستعينه ونستغفره ونستهديه ونعوذ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهدها الله وہ فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له. أشهد أن لا إله إلا الله وأَشْهَدُ أَنَّ محمدا عبده ورسوله. اللهم صلِ وسلم وَبَارِكْ عَلَى سيدنا محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهَدَاهُ إلى يوم الْقِيَامَةِ أَمَّا بعد

Bapak ibu yang saya hormati, segala puji kita panjatkan kepada Allah. Kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk hanya kepada-Nya.

Oleh sebab itu, mari kita selalu bersyukur atas apa telah dikaruniakan kepada kita semua.

Selanjutnya, semoga rahmat dan keselamatan senantiasa tercurah limpah kepada Nabi Muhammad Saw., beserta keluarga, sahabat. Kita senantiasa mengharap-harapkan syafaatnya kelak di yaumul akhir.

Bapak ibu dan hadirin yang saya hormati. Saat ini kita berada di bulan suci Ramadan. Mari kita siapkan jiwa dan badan, mencari suri teladan, perbanyak wiridan dan kezuhudan, sebab kita berada di zaman yang edan.

Bulan Ramadan memang sangat istimewa. Di dalamnya terdapat berbagai peristiwa penting, penuh ampunan, dan keberkahan. Berbagai amalan mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda. Bahkan, tidur saja diganjar.

Di sisi lain, pintu pintu langit dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Itu pun masih ditambah dengan Lailatul Qadar yang menambah nilai ibadah kita seribu tahun lebih baik daripada malam-malam lainnya.

Itulah sebagian dari cahaya-cahaya Ramadan. Mengapa kita sebut cahaya? Ada yang tahu sifat cahaya? Sifat cahaya itu bergerak cepat, menyinari seluruh ruang bahkan mampu menembus celah-celah.

Ia menyinari kegelapan, memberi penglihatan kepada kita sehingga dapat menemukan apa kita cari dan menerangi setiap jalan kita.

Begitu pula dengan Ramadan. Ramadan begitu cepat, hanya satu bulan di antara 12 bulan, hanya 30 hari di antara 360 hari. Waktu yang relatif singkat ini sebaiknya dapat kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Ramadan menyinari kita dari kegelapan yang kita lakukan sepanjang tahun. Maka tidak heran jika kita melihat banyak orang berubah menjadi saleh dan salihah ketika Ramadan. Tidak perlu kita bully. Itu bukan karena orangnya, melainkan sifat dari Ramadan yang menerangi.

Dengan cahaya yang dimiliki Ramadan, kita jadi terbuka dan dapat melihat, mana saja amalan baik yang dapat kita kerjakan sehingga dilipatgandakan. Pada akhirnya, kita dapat memilih jalan yang baik bagi kita sendiri.

Baik bapak ibu saudara sekalian, demikian ceramah yang dapat saya sampaikan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah dan mendapatkan cahaya Ramadan sepenuhnya. Wassalamualaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

(Sumber: buku Materi Tausiyah Ustadz Gaul Ceramah Inspiratif, Segar dan Menghibur)

Contoh Cerama 4: Berkompetisi Menjadi Manusia Terbaik

Assalamu'alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

الحمدُ لِلَّهِ الَّذِي كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا، تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمرًا مُنِيرًا. أشهد اَنْ لاَ إِلَهَ إِلا اللهُ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الَّذِي بَعَثَهُ بِالْحَقِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وسِرَاجًا منيرا . اللهم صل عليه وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا . أما بعد.

Segala puji bagi Allah, Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha suci Allah. Dialah yang menciptakan bintang-bintang di langit, menjadi penerang malam berteman cahaya bulan. Dan kita pun bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan kita bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran. Oleh sebab itu, mari kita senantiasa membaca salawat untuknya.

Sahabat sekalian, Imam Ath-Thabarani meriwayatkan sebuah hadis Nabi:

وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ.

Artinya: "Dan sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya."

Menjadi manusia terbaik ini kelihatannya mudah. Kita semua tahu cara-caranya, tapi ternyata sulit untuk dilaksanakan. Sungguh ironis, banyak sekali manusia ingin menjadi yang terbaik, tapi sayangnya tidak bersedia dimanfaatkan oleh orang lain. Terlebih lagi kalau manfaatnya itu tak dihargai secara materi.

Apakah itu salah? Tentu tidak. Tidak salah jika manfaat diri kita dihargai secara profesional, misalnya berbagi ilmu kemudian dihargai sejumlah bayaran, berbagi tenaga kemudian diberikan upah.

Lalu apa masalahnya? Yaitu ketika tujuan utamanya bergeser. Bukan memberi manfaatnya yang kita fokuskan, melainkan materi profesionalnya yang lebih diutamakan. Ini hal yang membuat kita sulit menjadi manusia terbaik di hadapan Allah.

Bahkan sekelas ustaz dan ustazah pun, ketika lebih memprioritaskan besaran bayaran daripada memberi nilai kemanfaatan pada umat, menjadi tak jauh beda dengan pekerja yang memperoleh upah semata! Sahabatku sekalian. Masih banyak ciri-ciri manusia terbaik di hadapan Allah, Selain memberi manfaat sebanyak banyaknya kepada orang lain. Misalnya seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Utsman:

خيركم من تعلم القرآن وعليه

Artinya: "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya."

Mempelajari Alquran tak hanya membaca sebagaimana seorang guru ngaji, tetapi juga berbagi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama-tama, kita mempelajari Alquran beserta nilai-nilainya untuk diri kita sendiri. Setelah mampu melaksanakannya dengan baik dan dapat memahaminya, tahap selanjutnya adalah mengajarkan kepada orang lain.

Sebaiknya menghindari mengajarkan kepada orang lain sebelum kita memahaminya dengan sempurna. Sebab Alquran bukan untuk dimain-mainkan. Hanya berhak mengajarkan Alquran adalah yang benar-benar memahami dan memiliki sanad belajar yang jelas.

Lalu siapa lagi yang bisa menjadi manusia terbaik?

Rasulullah SAW, bersabda, "Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap istrinya, dan aku yang terbaik terhadap istriku." (HR. At-Tirmidzi).

Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya. Maka ia harus bisa berbuat sebaik-baiknya dan seadil-adilnya terhadap seluruh anggota keluarga. Bahkan harus bisa bersikap adil antara dirinya sendiri dan anggota keluarganya. Misalnya membagi waktu dengan baik antara pekerjaan, teman, dan keluarga. Membelanjakan rezeki dengan sebaik-baiknya, dan lain sebagainya.

Bagaimana cara Rasulullah Saw., memperlakukan keluarganya telah kami tulis dalam buku berjudul Seni Keluarga Islami: Solusi Praktis Masalah Rumah Tangga ala Rasulullah Saw., yang diterbitkan oleh Penerbit Araska.

Sahabatku sekalian, semoga kita termasuk di antara golongan hamba Allah yang terbaik. Allah SWT, menyediakan kompetisi bagi kita untuk menjadi manusia yang terbaik. Menjadi manusia yang terbaik harus dengan jalan yang baik pula.

Tidak dibenarkan menjadi manusia terbaik dengan cara cara yang tidak baik. Oleh sebab itu, mari kita berlomba. Entah siapa nanti yang akan keluar sebagai juaranya.

Semoga tidak ada juara 1, 2, 3, tetapi semua bisa menjadi juara tanpa tingkatan nilai. Segera kita tata niat untuk menjadi manusia terbaik.

Saya akhiri pertemuan kita kali ini, semoga ada manfaat yang bisa kita ambil bersama. Ushikum nafsi waiy yaya, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Sumber: buku Materi Tausiyah Ustadz Gaul Ceramah Inspiratif, Segar dan Menghibur)

Contoh Ceramah 5: Kembali Bertemu Tamu Agung

Assalamu'alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Segala puji hanya milik Allahu Rabbi.

Segala zat yang Maha Ghafur, zat yang Maha Syukur yang telah memberikan beribu-ribu nikmat yang tidak terukur.

Nikmat iman, nikmat islam, sampai nikmat sehat walafiat sehingga kita bisa kembali bertemu dengan Ramadan yang mulia ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi akhirul jaman, seorang Nabi yang lahirnya saja membuat goncang alam semesta, membuat heboh para malaikat Allah SWT, yang kalau bukan karenanya tidak akan Allah ciptakan alam semesta ini.

Siapakah dia, tidak lain dan tidak bukan yaitu Nabi Muhammad SAW.

Semoga keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku umatnya yang mengikuti sunnah-sunnahnya semoga mendapatkan syafaatnya.

Hadirin muslimin dan muslimah

Perputaran waktu demikian cepat, sehingga tanpa terasa kita telah bertemu kembali dengan tamu yang agung, yakni bulan Ramadan 1435 H. Begitu agungnya tamu ini sehingga setiap orang beriman senantiasa mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Di antara keagungan bulan Ramadan adalah:

Pertama, Ramadan adalah bulan ketaqwaan

Taqwa adalah merupakan buah dari ibadah. Seluruh ibadah yang dilakukan target akhirnya adalah ketaqwaan kepada Allah.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa" (QS.2 :21)

Demikian pula ibadah puasa di bulan Ramadan, menuntun kita menjadi insan yang bertaqwa;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS. 2:183)

Kedua, bulan diturunkannya Al-Qur'an

Ramadan adalah bulan yang dipilih Allah sebagai waktu diturunkannya kitab dan risalah. Ia adalah bulan penghubung antara langit dan bumi. Watsilah bin Al-Asqa' menuturkan bahwa Rasulullah bersabda yang artinya:

"(shuhuf) lembaran-lembaran Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadan, Taurat diturunkan pada hari keenam Ramadan, Injil diturunkan pada hari ketiga belas Ramadan, sedangkan Al-Qur'an diturunkan dihari ke dua puluh empat Ramadan" (HR. Imam Ahmad 4/107)

Allah mengistimewakan bulan Ramadan secara lebih khusus dengan turunnya Kitab teragung untuk ummat teragung. Dengan keistimewaan ini Allah mengkhususkan bulan Ramadan dengan firmannya :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ...

Artinya: "bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)..." (QS. 2 : 185)

Ketiga, terbukanya pintu syurga dan tertutupnya pintu neraka serta setan dibelenggu

Pada bulan ini pintu syurga dibuka dan pintu neraka ditutup, keistimewaan ini tidak terdapat pada bulan yang lain, maka kenalilah kemuliaan bulan yang agung ini. Inilah bulan kesempatan untuk menjauh dari neraka karena tertutup pintu-pintunya, kapan lagi kita menjauh darinya kalau bukan di bulan ini. Serta mendekatkan kita kepada syurga, dengan kemudahan ibadah di dalamnya.

Pada bulan ini pula para setan gerak dan langkahnya untuk menggoda orang beriman tertahan gerakannya oleh rantai dan belenggu. Hal ini demi agar jiwa bebas merdeka menjalankan ibadah. Lantas, apa yang menghalangi kita untuk menjadi orang yang ringan melakukan kebaikan bila setan dibelenggu?

Keempat, yakni bulan lailatul qadr

Hanya di bulan Ramadan terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Ini adalah keberkahan pada ummat ini.

Dan kelima, adalah bulan pengampunan dosa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah bersabda : "Shalat lima waktu, shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya, puasa Ramadan ke Ramadan berikutnya, menjadi penghapus dosa-dosa diantara keduanya selama ia menjauhi dosa-dosa besar" (HR Imam Muslim (233))

Inilah sedikit keutamaan tamu yang demikian agung ini, mari kita siap menyambutnya dengan suka cita dan menjamu nya dengan ibadah yang maksimal di dalamnya. Semoga kita termasuk hamba2Nya yang bersyukur dengan dipertemukan dengan bulan yang demikian agung ini.

(Oleh Ustad Askaryaman, M.Pd yang dikutip dari laman resmi Wahdah)

Contoh Ceramah 6: Puasa: Meneladani Sifat-sifat Allah

Assalamu'alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

الحمدُ لِلَّهِ الَّذِي كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا، تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمرًا مُنِيرًا. أشهد اَنْ لاَ إِلَهَ إِلا اللهُ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الَّذِي بَعَثَهُ بِالْحَقِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وسِرَاجًا منيرا . اللهم صل عليه وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا . أما بعد.

Segala puji bagi Allah, Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha suci Allah. Dialah yang menciptakan bintang-bintang di langit, menjadi penerang malam berteman cahaya bulan. Dan kita pun bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan kita bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran. Oleh sebab itu, mari kita senantiasa membaca shalawat untuknya.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT

Beragama menurut sementara pakar adalah upaya manusia meneladani sifat-sifat Allah, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk. Nabi Muhammad SAW seperti dikutip oleh al-Ghazali dalam kitab Ihyâ' 'Ulûmiddîn dan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Madârijus Sâlikîn, memerintahkan "Berakhlaklah (teladanilah) sifat-sifat Allah"

Di sisi lain, manusia mempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan fa'ali, yaitu makan, minum, dan hubungan seks. Allah SWT memerkenalkan diri-Nya antara lain sebagai (Dzat Yang) "tidak mempunyai anak atau isteri":

بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنِّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Yang artinya: Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri? Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (QS al-An'âm [6]: 101)

وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا

Artinya: Dan sesungguhnya maha tinggi kebesaran Tuhan kami. Dia tidak beristeri dan tidak pula beranak (QS al-Jin [72]: 3).

Selanjutnya dalam surah Al-An'am ayat 14 disebutkan bahwa "Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.""

Dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal mencontohi sifat-sifat tersebut. Tidak makan dan tidak minum, bahkan memberi makan orang lain (ketika berbuka puasa), dan tidak pula berhubungan seks, walaupun pasangan ada.

Tentu saja sifat-sifat Allah tidak terbatas pada ketiga hal itu, tetapi mencakup paling tidak sembilan puluh sembilan sifat yang kesemuanya harus diupayakan untuk diteladani sesuai dengan kemampuan dan kedudukan manusia sebagai makhluk ilahi. Misalnya Maha Pengasih dan Penyayang, Maha damai, Maha kuat, Maha Mengetahui, dan lain-lain. Upaya peneladanan ini dapat mengantarkan manusia menghadirkan Tuhan dalam kesadarannya, dan bila hal itu berhasil dilakukan, maka takwa dalam pengertian di atas dapat pula dicapai.

Karena itu, nilai puasa ditentukan oleh kadar pencapaian kesadaran tersebut, bukan pada sisi lapar dan dahaga, sehingga dari sini dapat dimengerti mengapa Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa, "Banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memeroleh dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga."

Semoga kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dan puasa Ramadan kita tidak sia-sia dan mendapatkan nilai pahala di mata Allah SWT.

(Sumber: Mutiara Ramadan: "Menggapai Kebahagiaan Bersama Allah")

Contoh Ceramah 7: Ramadan sebagai Bulan Jihad

Assalamu'alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

إِنَّ الْحَمدُ لِلَّهِ نَحمده ونستعينه ونستغفره ونستهديه ونعوذ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهدها الله وہ فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له. أشهد أن لا إله إلا الله وأَشْهَدُ أَنَّ محمدا عبده ورسوله. اللهم صلِ وسلم وَبَارِكْ عَلَى سيدنا محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهَدَاهُ إلى يوم الْقِيَامَةِ أَمَّا بعد

Bapak ibu yang saya hormati, segala puji kita panjatkan kepada Allah. Kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk hanya kepada-Nya.

Pada kesempatan yang mulia ini al-faqir mengingatkan diri sendiri dan mengajak kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala. Ketakwaan yang tidak sekadar menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya tetapi juga yang mengandung kesadaran bahwa semua itu sebagai bagian dari kebutuhan hidup, bukan tugas formal semata.

Alhamdulillah, kita hingga detik ini masih dikaruniai umur untuk berjumpa dengan Ramadan tahun ini serta kemampuan melaksanakan kewajiban puasa dan ibadah-ibadah lainnya. Ini bukan hanya anugerah semata, tetapi juga sekaligus tantangan yang sangat berat.

Tantangan berat tersebut tampak sejak dari redaksi kalimat yang dipilih Allah ketika mewajibkan puasa:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS al-Baqarah: 183).

Pertama, pada ayat tersebut Allah menyapa orang beriman. Ini menandakan bahwa puasa meniscayakan iman yang kuat sebelum betul-betul sanggup menunaikan kewajiban ini. Kedua, Allah menggunakan kalimat pasif (fi'il mabni majhul), yakni "kutiba" (diwajibkan), dan bukan kalimat aktif "kataba" (mewajibkan). Tafsir asy-Sya'rawi menyebut redaksi semacam ini bermakna kata kerja yang memberatkan (fi'lun taklîfiyyun) sebagaimana perintah berperang dalam QS al-Baqarah ayat 216 yang juga menggunakan kalimat "kutiba".

Hadirin yang dirahmati Allah,

Inti dari puasa adalah menahan, sebagaimana arti shaum secara bahasa adalah imsâk (menahan). Dalam fiqih, puasa dimaknai sebagai menahan dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Jika mengacu pada definisi ini, tampaknya kesan berat dari puasa belum tergambar utuh, apalagi di negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, yang sebagian besar penduduknya berpuasa dan menghormati orang puasa. Kondisi lingkungan semacam ini tentu sangat mendukung untuk melalui lapar dan dahaga dengan relatif ringan.

Kesannya menjadi lain ketika kita geser makna "menahan" tersebut pada pengertian yang lebih hakiki, yakni menahan diri dari nafsu untuk berbuat buruk. Artinya, puasa tidak hanya berhubungan masalah perut dan kelamin tapi juga jiwa manusia untuk selalu terhindar dari perbuatan tercela (al-akhlaq al-madzmumah). Karena itu, yang dijaga bukan satu atau dua anggota badan, melainkan seluruh anggota tubuh agar berlaku sesuai tuntunan syariat-Nya.

Konsekuensi dari itu semua adalah tuntutan untuk tidak hanya menjaga mulut dari makanan tetapi juga dari perkataan kotor, ucapan yang menyakiti orang lain, bohong, obrolan sia-sia, ghibah, fitnah, adu domba, dan ungkapan-ungkapan yang bisa merusak hubungan sosial. Tidak cuma menahan kaki dan tangan dari perjalanan menuju restoran di siang bolong melainkan juga dari perbuatan maksiat dan mezalimi orang lain. Bukan sekadar mencegah telinga dari masuknya benda-benda, tetapi juga dari masuknya gosip, informasi yang tidak berguna, dan seterusnya.

Bukankah menahan anggota tubuh agar tidak terseret kepada perbuatan tercela itu lebih sulit dan berat ketimbang menahan lapar dan dahaga? Sebab, musuh utamanya bukan lagi semata godaan makan dan minum, melainkan pula ego dan nafsu dari dalam dirinya sendiri. Melawan diri sendiri tentu lebih susah daripada melawan musuh di luar diri.

Rasulullah menyebut perang melawan hawa nafsu ini dengan sebutan jihad akbar (jihad terbesar), lebih dahsyat ketimbang perang fisik yang beliau istilahkan sebagai jihad ashghar (jihad kecil). Sepulang dari perang Badar, Rasulullah berkata di hadapan para sahabatnya:

رَجَعْتُمْ مِنَ اْلجِهَادِ اْلأَصْغَرِ إِلَى الجِهَادِ الأَكْبَرِ فَقِيْلَ وَمَا جِهَادُ الأَكْبَر يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ جِهَادُ النَّفْسِ

Artinya: "Kalian telah pulang dari sebuah peperangan kecil menuju peperangan akbar. Lalu sahabat bertanya, 'Apakah peperangan akbar (yang lebih besar), itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, "jihad (memerangi) hawa nafsu."

Hadirin yang dirahmati Allah,

Uraian tersebut selaras dengan penjelasan Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali dalam Ihya' Ulumiddin yang membagi puasa kepada tiga derajat. Pertama, puasa umum (shaumul umum), yakni puasa yang hanya sampai pada level menahan perut dan kelamin untuk melampiaskan keinginan-keinginannya. Ini merupakan puasa standar minimum, yang jangkauannya baru sampai pada kemampuan bertahan dari lapar dan dahaga saja.

Kedua, puasa spesial (shaumul khusus), yaitu puasa yang sudah beranjak dari standar minimum, dengan menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan seluruh organ jasmani dari perbuatan dosa.

Ketiga, puasa super-spesial (shaumu khususil khusus). Ini level yang lebih tinggi dari dua level sebelumnya. Pada derajat ini, seseorang bukan hanya menahan godaan konsumsi, syahwat, dan praktik maksiat, melainkan sudah mampu menahan diri dari keinginan yang rendah, larut memikirkan dunia, dan berpaling ke selain Allah. Puasa dengan standar ini dianggap "batal" bila pikiran masih melayang-layang kepada selain Allah dan akhirat. Menurut sudut pandang puasa super-spesial ini, memikirkan dunia boleh sejauh itu untuk kepentingan agama. Al-Ghazali juga menyebut praktik puasa jenis ketiga ini sebagai "shaumul qalb" (puasa hati).

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dari penjelasan tersebut menjadi jelas bahwa masing-masing memiliki tingkat beban tersendiri, mulai dari ringan, cukup berat, dan sangat berat. Masing-masing berbanding lurus dengan kualitas puasa orang yang menjalaninya. Puasa umum hanya dilakukan oleh orang-orang awam yang hanya melakukan puasa secara ala kadarnya. Puasa spesial biasanya dilakukan orang-orang saleh yang selalu berhati-hati dan menghindar dari perbuatan dosa meski kecil. Sedangkan puasa super-spesial dilakukan oleh orang-orang tertentu yang hatinya selalu tertaut kepada Allah, bukan kepada yang lain.

Dengan demikian, jihad yang betul-betul akbar ada pada derajat puasa kedua dan ketiga. Musuh yang diperangi pada derajat ini bersifat tersembunyi, penuh tipu daya, dan tak jarang digandrungi. Godaannya superberat sebab di mana-mana melepas sesuatu yang dibenci nafsu selalu lebih gampang ketimbang melepas sesuatu yang disukainya. Nafsu senantiasa memoles hal-hal terlarang tampak indah meskipun semu.

Hadirin, Imam al-Ghazali hanya mengaitkan tiga derajat puasa tersebut dengan kemampuan menahan, bukan seberapa besar kuantitas ritual ibadah seseorang selama Ramadan. Artinya, tidak ada jaminan orang yang rajin shalat tarawih saban malam, rutin mengkhatamkan Al-Qur'an tiap pekan, atau giat berdzikir sudah pasti berada pada derajat puasa orang-orang khusus. Ibadah-ibadah tersebut tentu sangat dianjurkan, tetapi menjadi rusak ketika seseorang ternyata ia masih gemar menggunjing, bertengkar dengan tetangga, menyimpan dendam, menyebar kabar bohong di media sosial, memprovokasi permusuhan, atau perilaku tercela lainnya.

Puasa ini memang berat dijalankan ketika dilihat dari sudut pandang rohani. Namun, seberat apa pun al-faqir mengajak kepada diri sendiri dan kepada jamaah semua untuk mencapai kualitas puasa yang setinggi-tingginya. Mungkin tidak bisa diraih secara instan, tetapi ikhtiar dan belajar kita secara tahap demi tahap insyaallah akan mendatangkan petunjuk dan kepekaan batin, sehingga kita mampu mencapai derajat puasa orang-orang khusus.

Semoga kesucian Ramadan tahun ini meningkatkan kesucian hati dan pikiran kita, membersihkan perangai-perangai buruk yang melekat dalam diri kita, dan menghempaskan seluruh godaan berat yang membuat diri kita durhaka dan kufur. Amin.

(Sumber: NU Online)

Contoh Ceramah 8: Meraih Dua Manfaat Shalat Tarawih

Assalamu'alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

الحمدُ لِلَّهِ الَّذِي كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا، تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمرًا مُنِيرًا. أشهد اَنْ لاَ إِلَهَ إِلا اللهُ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الَّذِي بَعَثَهُ بِالْحَقِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وسِرَاجًا منيرا . اللهم صل عليه وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا . أما بعد.

Segala puji bagi Allah, Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha suci Allah. Dialah yang menciptakan bintang-bintang di langit, menjadi penerang malam berteman cahaya bulan. Dan kita pun bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan kita bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran. Oleh sebab itu, mari kita senantiasa membaca salawat untuknya.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Saat ini kita semua berada di bulan yang sangat berkah, yaitu bulan Ramadan, di mana semua amal ibadah dan kebajikan dilipatgandakan oleh Allah, pintu-pintu-pintu surga terbuka lebar, pintu-pintu neraka tertutup rapat. Maka, sangat rugi orang-orang yang tidak bisa meraih manfaat dan keberkahan di dalamnya. Karenanya, mari kita semua berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan semua keberkahan dan manfaat tersebut.

Salah satu ibadah yang sangat banyak faidah dan manfaatnya untuk kita semua di bulan Ramadan ini adalah menunaikan shalat sunnah Tarawih dengan istiqamah di setiap malam Ramadan. Sebab, shalat sunnah yang satu ini hanya dianjurkan di bulan ini saja. Karena itu, mari kita jaga, kita tunaikan, dan lestarikan dengan istiqamah.

Anjuran shalat Tarawih pada malam bulan Ramadan berdasarkan hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah, dan dinilai sahih oleh dua ahli hadits terkemuka, yaitu Imam Al-Bukhari dan Muslim, bahwa Nabi saw bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ وَصَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya, "Barangsiapa beribadah (pada malam hari) bulan Ramadan dan berpuasa karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu." (Muttafaq Alaih).

Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi dalam kitab Syarhun Nawawi 'ala Muslim, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan beribadah pada malam hari bulan Ramadan adalah dengan mengerjakan shalat sunnah Tarawih. Karena itu, mari kita jaga ibadah puasa kita di bulan ini, dan juga kita maksimalkan ibadah shalat Tarawih, agar bisa mendapatkan ampunan dari Allah swt sebagaimana hadits tersebut.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Terdapat dua manfaat yang sangat besar bagi orang-orang yang mengerjakan shalat sunnah Tarawih, yaitu (1) manfaat rohani; dan (2) manfaat jasmani. Manfaat rohani adalah diampuninya segala dosa-dosa yang pernah kita lakukan oleh Allah SWT, sebagaimana dijelaskan pada hadits di atas, dan tentu juga mendapatkan banyak pahala dari-Nya.

Dosa-dosa yang diampuni oleh Allah disebabkan shalat Tarawih adalah dosa-dosa kecil yang pernah kita lakukan selama ini. Hanya saja, bukan tidak mungkin Allah mengampuni dosa-dosa besar yang pernah kita lakukan. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Imam Abu Thayyib ketika menjelaskan hadits di atas, ia mengatakan dalam kitabnya 'Aunul Ma'bud Syarhu Sunan Abi Dawud:

أَيْ مِنَ الصَّغَائِرِ وَيُرْجَى غُفْرَانُ الْكَبَائِرِ

Artinya: "Yaitu, mulai dari dosa-dosa kecil, dan diharapkan ampunan dosa-dosa besar."

Sedangkan manfaat jasmani dari shalat Tarawih adalah untuk kesehatan tubuh, serta terhindar dari penyakit-penyakit makanan yang dikonsumsi ketika berbuka puasa. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Syekh Muhyiddin Mistu dalam kitabnya, As-Shaumu Fiqhuhu wa Asraruhu, halaman 111, ia mengatakan:

صَلَاةُ التَّرَاوِيْحِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ لِلرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً وَتُفِيْدُ هَضْمَ الطَّعَامِ وَتَنْشِيْطَ الْجِسْمِ وَمَغْفِرَةَ الذُّنُوْبِ

Artinya: "Shalat tarawih sangat dianjurkan bagi laki-laki dan perempuan, yaitu terdiri dari 20 rakaat, dan berfaedah menghancurkan makanan (dalam perut), membangkitkan semangat badah, dan ampunan dosa-dosa."

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa shalat Tarawih memiliki manfaat dan keutamaan yang sangat luar biasa. Karenanya, mari kita kita maksimalkan dan kita istiqamah-kan shalat sunnah yang satu ini, guna meraih dua manfaat tersebut, yaitu ampunan dari Allah atas semua dosa-dosa dan kesehatan badan.

Demikian ceramah perihal keutamaan dan manfaat dari shalat Tarawih. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab untuk meningkatkan ibadah, kebajikan, ketakwaan, keimanan, dan menjauhi segala larangan. Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa meraih manfaat dan keberkahan dalam bulan Ramadan, amin.

Contoh Ceramah 9: Pareki Ramadan Wattu Attojeng-tojeng Tobak (Makassar)

Assalamu alaikum wr.wb

Maeki naki massing ampoterangi syukkuru pammujita ri karaeng Allahu taalah, karaeng ansaeraki buku magassing, batang kale masalenwangan, sanggenna Alhamdulillah niakki anne kamma ri tampak malanyinna Allah., ribokoanna maeki ammpoterangi sallang pak pasalama' mange ri Nabbita Muhammad saw. ia Nabbi kammaya tompa suro niaka niutusu' ri Allah Taalah.

Kaum muslimin malabbirika ngasen niaka haderet!

Alhmadullilah niak maki anne kamma anpassuluki bulan rumalangan, mudah-mudahan apa najanjianki Allah iami antu ajjari tau takwa niakmi kigappa. Tandrana tau niak ajjari tau takwa iami antu niaki attambah taat mange ri Allah ilalalang anggaukan passuroan nampa tuli niak berusaha ankabellai lanranganna Allah Taalah!.

Ribokoanna risesena ikatte niaka anggaukan puasa insya Allah niak tommaki na ampongi gau dosa lebbaka ni gaukan, sankamma kananna Nabbita angkanaya:
man saumu ramadhan imanan wah tisaban gufira lahu ma taqaddamu min zambi, artina inai-inaianna appuasa nasabbak tappana maknassa ni ampongi dosana lebba laloa.

Kaum muslimin malabbirika ngasen!

Battuanna kana ikatte tau appuasa siagang baji insya Allah niakmaki napam mopporan Allah Taalah, kontu karattasa tabularasa niakki kebo, taena rakmasa'na. ia mi katangkassan niakka inysa Allah ni gappa parallu nijagai, kagassinka sankamma tongki tedong tolo, punna lebbakki ni jekne' bajik ri pakalawakinna, niak ki tangkasa' naungi seng attalaka. Punna niakki akkulle maknaknungan anjagai kalenta battu ri gau dosaya, insya Allah niak maki antu ilalang ri golonganna tau masarro upaka, kamma kanan na Allah Taalah:

Artinya: Sungguh beruntung orang-orang yang senangtiasa membersihkan dirinya (QS :Assyams:9),

Kaum muslimin malabbirika ngasen niaka haderet!

Nikanaya dosa caddi-caddi memang biasana sukkaraki ni hindari nasabba sangkamma lebbaki alim bukbuk, kamanna ante kamma batena ni hindari addakkiji, mingka insya Allah dosa-dosa kecil ini dapat dihapus dengan istigfar setiap saat, apalagi ikatte memang nikanaya rupatau biasa taena nia lebba tak lapasa' battu rinikanaya gau dosa, Nasabab kammana mi anjo parallu maki ikambe appalapoporo ri Allah Taalah!, ka Nabbita lagi tau maksum battu ri nikanaya dosa, bahkan sekirana niak dosana ri lebba lalo iareka na battua lebbabmi nipammopporan ri Allah Taalah, Nakana

Tubuuh illahi pa inni tuubuh illalahi kulli yaoum mi'atu marra

Tobakko ri Allah Taalah si tojen-tojenna inakke niakka tobat ri ALlah Taalah tunggala' Allo 900 x

Apalagi ikatte anne rupa tau biasaya, maka paralluki appalapporo' ri Allah , mudah-mudahan Allah Taalah niak jaki na pammopporan!
Maka ruana insya Allah maeki naki tuli niak anggaukan parenta sambayang, ka insya Allah antu sambayanga akkullei aklo'loso' dosa, sangkamama dialogna antara Nabbita siagang sahabatna"

Ante kamma panggappanu punna niak binanga ri dallekangna ballaknu, nampa niakko ajjene' apaka niak inja rakinnu, appuali sahabatna angkanaya taenamo ya Rasulullah, nakanamo Nabbita kamma mi antu sambayanga pilliman siallo, akkullei na lokloso' dosanu!
Kaum muslimin tau towa malabbirika ngasen niaka haderet!

Sebalikna sungguh celakamaki ikatte risesena tau lebbaka mo niampongi dosana ri Allah Taalah, nampa ammotere na rakmasi kalenna siagan gau dosa. situru kananna ALlah Taalah ilalang ri surah Assyams :10

"Angakanya massarro cilakami iya risesena tau niaka ankramassi kalenna siagang gau dosa"

Kaum muslimin tau towa Malabbirika ngasen Niaka Hadir

Kamamami Anne Khotbah niaka ku eranganki, mudah-mudahaan na ngerang matu-matu ri batangna kelengku kammaya tompa ri katte ngsen
Barakalahu li walakum fil qurani hakim wa tabbal minni wa minkum tilawatahu, innahu huwa tawabur rahim.

Contoh Ceramah 10: Hikmana Puasa Ramalange (Bugis)

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلحَمْدُللهِ الَّذِىْ جَعَلَ شَهْرُرَمَضَانَ سَيِّدُ الشُّهُوْرِ وَأَنْزَلَ فِيْهِ الْقُرْآن وَفُتَحَ فِيْهِ أَبْوَابَ اْلجِنَانُ وَأُغْلِقَ أَبْوَابَ النِّيْرَانُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَاْلمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ ، أَمَّابَعْدُ وَعَلَى آلِهِ

Sininna Umma Selleng Malebbi Engkae Hadere!

De'gaga maserro lebbi ripapole ri lalenna iyae wettue, sangadinna topada engka sukkuru mappoji ri sesena Puang Allah Taala, Puang Marajae naripakaraja, Puang Malebbie naripakalebbi, Puang matanrewe naripakatanre, Puang Pamasei namserro akkamase risininna ripancajinna, tanra akkamasena natopada engka mupa makko-kkoe nawereng umuru malampe, tubu majjappa, adidsi-disingeng, enrengnge topa paimeng kesempatan nettia teppe' natopada engkasi makkulle patekkai ajeta manguju ri iyae onrongnge maddeppu-deppungeng pasilennererngi ................................. Mamuarei engkaki simata namasei Puang Allah Taala pannennungengi pakkasieiyange ri laena Insya Allah. Amin .

Salawa nennia pappassalama ri ale malebbi'na Nabitta Muhamma SAW, Nabi mancajie pammase, tiwi apatiroang, jellorekki laleng malempu, laleng patujue, nennia pattike'ki riatassalangnge, passalama'ki pole apusangengnge, enrengnge topa paimeng mancajie akkacoereng malebbi ri lino lettu ri ahera' metti insya Allah. Amin.

Sininna Umma Selleng Malebbi Engkae Hadere!

Rilalenna iyae wennie engkato maelo uwala judul ceramah iyanaritu : "Hikmana Puasa Ramalangnge". Narampei Puang Allah Taala rilalenna Akorang malebbie makkeda :

يَآايَهُّاَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Bettuanna: "E... sininna tau mateppe'e, riwajirengngi risesemutu menneng puasae, pada toha riwajirernna ri umma-umma maddioloe, barekkuammengngi pada engkako metau"

Sininna Umma Selleng Malebbi Engkae Hadere!

Rilalenna iyae aya'e, napannassangekki puang Allah Taala awajikenna puasae. Naikkia parellu riajeppui makkeda aga riyasengnge puasa ?. Naiya riyasengnge puasa iyanaritu mattahang, agaro ritahang ? iyanaritu: ritahangngi anrewe, inungnge, sideppe'we sibawa baineta yae'ga nalakkaitta iyaro tau purae mabbene/mallakkai (yapo iya de'topa), nennia sininna gau-gaue, ada-adae enrengnge nawa-nawa salae riwettu mappuasata.

Jaji iyaro puasae seddi ujiang battoa riseseta idi' umma sellengnge. Engka tau biasa makkutana, makkeda magasiro naengka riyasengnge puasa? Engka saisanna tau panritata rampei makkeda naiya mula-mulanna naengka riyasengnge puasa iyanaritu peristiwa engkae pura nalaloi tomatowatta Nabi Adam sibawa bainena Sitti Hawa riwettu monrona rilaleng Suruga naikkia napugaui larangenna Puang Allah Taala.

Iayanaritu riwettu nanrena bua Khuldie, iyaro wettuero leppangiro buae ri tigerro'na Nabi Adam siuleng ettana. Aga mellau toba'na ri Puang Allah Taala. Narisuro tona mappuasa siuleng sukku esso-wenni. Bettuanna ada de'nengka nammanre esso-wenni gangka siuleng ettana , jaji makkoniri puasae riwettunna Nabi Adam. Iyatosi idi Umma'na Nabita Muhamma saw riwajirekki mappuasa esona uleng Ramalang, naikkia tobukamua riwenninna.

Sininna Umma Selleng Malebbi Engkae Hadere!

Rilalenna seddie riwaya rirampe makkeda : saba'na naengka riyasengnge Puasa, iyanaritu: riwettunna napancaji Puang Allah taala sewwa-sewwae, napancajini akkalengnge, riwettunna tepu ripancaji akkalengnge aga namakkedana Puang Allah Taala: e... akkaleng angngoloko ri iya ! aga nangngolo tona akkalengnge risesena Puang Allah Taala.

Makkedasi Puang Allah Taala: e... akkaleng soro'ko ! aga nasoro tona akkalengnge turusiwi parentana Puang Allah Taala. Nainappasi makkutana Puang Allah Taala makkeda: e... akkaleng, niga iko nigato iya? Aga nappebalina akkalengnge makkeda: idi'na Puakku, iya tona atam-Mu malemmae.

Aga nariganti'na akkalangnge ri Puang Allah Taala makkeda: e... Akkaleng ikona atakKu kaminang malebbi. Nainappa naipancajisi Puang Allah Taala Napesue, riwettunna tepuna napesue, aga nakkedana Puang Allah Taala: e... napsu angngoloko! naiya napsue de'gaga ette' de'gaga sumu.

Makkedasi Puang Allah Taala : e... napsu soro'ko ! naiya napsue de'gaga gau de'gaga kedo, aga nakkutanana Puang Allah Taala : e... napsu niga pale iko nigato iya? Aga nappebalina napsue makkeda: iyaro iya, iya mato, iko, iko mato. Aga narihukumna napsue ri Puang Allah Taala, nariyaddemperenna muttama rilalenna api mallumpae 100 Taung ettanna. Aga nariwettu narapi'na 100 taung, naripassu'na, nariutanaisi makkeda: e... napsu niga iko nigato iya, naikkia pada-padamui pappebalinna: iya, iya mato, iko, iko mato.

Akhirnya riayaddemperenni napsue muttama rilalenna neraka Ju' (neraka lapar) 100 taung ettana maliwaseng temmanre tenninung. Aga nariwettu narapina 100 taung, naripassu'na nariutanaisi makkeda: e... napsu niga iko nigato iya ? aga nainappani nangakui alena napsue makkeda: iya'na atammu malemmae, idi' tona Puak-Ku.

Jaji rekkuaenaro saba'na napparelluangngi Puang Allah Taala puasae sarekkuammengi nariyulle patunrui napsutta. Nasaba napsue tonangennai setangnge untu pakabilimpilikki, majeppu nigi-nigi tau napoji simata turusi napsunna, cinnana, malomototu ripakabilimpiling ri setangnge. Engka 2 (dua) riwatakkaleta nigi-nigi tau turusiwi elo'-cinnana majeppu tau napakabilimpilittu setang, iyanaritu: babuwae, nennia riyawana babuwae. Aga elo' -cinnana babuwae, iyanaritu simata meloi riliseri, meloi manre, meloi minung.

Agtosi elo'-cinnana yawana babuwae, iyanritu simata melo'i simata sideppe makkunraie. Jaji iyanari saba'na napparulluangngi Puang Allah Taala puasae sarekkuammengngi nariyulle naripatunru elo'-cinnana babuata nennia yawana babuata nasaba iyanari marommo pakabilimpilingngi taue nabiasa pugau gau' sala naceccae Puang Allah Taala nennia surona.

Sininna Umma Selleng Malebbi Engkae Hadere!

Makkonie urapi paletturekki, mammuarei naengka gunana lao riidi maneng terutama lao rialeku.

وَللهُ وَلِيُّ التَّوْفِيْقِ وَالنَّجَاح
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه




(alk/alk)

Hide Ads