Kisah Syuhada Perang Uhud yang Jasadnya Utuh Setelah Dimakamkan 40 Tahun

Kisah Syuhada Perang Uhud yang Jasadnya Utuh Setelah Dimakamkan 40 Tahun

Tim detikHikmah - detikSulsel
Kamis, 23 Mar 2023 16:40 WIB
Ilustrasi Perang Badar
Ilustrasi perang (Foto: ilustrasi: Fauzan Kamil/detikcom)
Jakarta -

Ada seorang pria yang meninggal dalam keadaan syahid ketika Perang Uhud, namun jasadnya masih utuh setelah dimakamkan selama 40 tahun. Bahkan, tubuhnya masih mengeluarkan darah layaknya orang yang baru saja meninggal dunia.

Dilansir dari detikHikmah, syuhada tersebut adalah Abdullah bin Amr bin Hiram. Dia merupakan ayah dari Jabir bin Abdullah, seorang sahabat Rasulullah SAW.

Kisah tentang Abdullah bin Amr bin Hiram yang jasadnya masih utuh setelah puluhan tahun ini menjadi salah satu kisah yang terkenal. Peristiwa ini sekaligus menjadi salah satu bukti kekuasaan Allah SWT atas segala sesuatu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip buku Kisah Karomah Para Wali Allah oleh Abul Fida' Abdurraqib bin Ali Al-Ibi, disebutkan bahwa kisah Abdullah ayah Jabir ini diceritakan oleh banyak sahabat Nabi SAW.

Al-Bukhari Rahimahullah berkata, "Kami mendengar cerita dari Ali bin Abdullah, dari Sufyan, dari Ibnu al Munkadir, ia berkata, Aku pernah mendengar Jabir bin Abdullah Radhiyalahu Anhuma bercerita, 'Pada Perang Uhud orang tuaku didatangkan dalam keadaan tertutup sekujur tubuhnya. Ternyata beliau telah terbunuh dalam keadaan yang sangat mengerikan. Ketika aku bermaksud membuka pakaiannya, orang-orang melarangku. Sekali lagi aku bermaksud membuka pakaiannya, tetapi mereka tetap melarangku. Akhirnya, Rasulullah sendiri yang membukakannya, atau beliau menyuruh untuk dibukakan.

ADVERTISEMENT

Tiba-tiba saja beliau mendengar suara tangisan atau jeritan. Beliau bertanya, "Siapa itu?"

Para shahabat menjawab, Putri atau saudara perempuannya, Amr. Beliau bersabda, 'Mengapa ia menangis? Malaikat sekarang ini masih selalu menaungi Abdullah dengan sayap-sayapnya sampai dia diberangkatkan'"

Firasat Abdullah bin Amr tentang Kematiannya

Imam Al-Bukhari Rahimahullah berkata, "Bisyr bin Al Mufadhdhal bercerita kepada kami, dari Husain Al-Mu'allim, dari Atha', dari Jabir Radhiyallahu Anhu, ia berkata, 'Menjelang Perang Uhud, tengah malam ayahku memanggilku. la berkata, 'Aku merasa diriku adalah orang pertama dari sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang akan terbunuh. Bagiku, sepeninggalku nanti aku tidak akan membiarkan ada yang lebih mulia daripada kamu selain jiwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sesungguhnya aku masih punya tanggungan hutang. Oleh karena itu, bayarlah dan berilah wasiat yang baik kepada adik-adik perempuanmu'.

Esoknya ayahku adalah orang yang pertama kali terbunuh. la dimakamkan bersama orang lain dalam satu kubur. Karena merasa tenang, enam bulan kemudian aku membongkar kuburnya. Ternyata keadaannya masih seperti ketika ia diletakkan, kecuali bagian telinga saja yang rusak.

Abdullah bin Amr Dimakamkan Tanpa Dimandikan

Orang-orang yang mati dalam keadaan syahid seperti Abdullah bin Amr dimakamkan tanpa dimandikan. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW,

لَا تُغَسِّلُوهُمْ، فَإِنَّ كُلَّ جُرْحٍ - أَوْ كُلَّ دَمٍ - يَفُوحُ مِسْكًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: "Jangan kalian memandikan mereka (orang yang mati syahid dalam jihad) karena setiap luka dan setiap darah akan mengeluarkan minyak beraroma kasturi di hari kiamat. (HR Ahmad).

Rasulullah SAW telah mencontohkan hal ini melalui pemakaman jenazah para syuhada Uhud. Rasulullah SAW menganjurkan untuk tidak memandikan ataupun menshalati walaupun jenazah mereka dalam kondisi berdarah.

Ibnu Sa'ad Rahimahullah dalam kitab Ath-Thabagat (I/562) berkata, "Kami mendapat cerita dari Al-Walid bin Muslim, dari ALAuza'i, dari Az-Zuhri, dari Jabir bin Abdullah, 'Bahwasanya Rasulullah SAW ketika keluar rumah untuk mengebumikan para shahabat yang gugur sebagai syahid dalam Perang Uhud bersabda, 'Selimutilah mereka sekalian dengan luka mereka karena sesungguhnya aku adalah saksi bagi mereka. Setiap orang Muslim yang terluka dalam perang di jalan Allah, niscaya pada hari Kiamat kelak ia akan datang dengan darah yang mengalir yang warnanya laksana warna minyak za'faran dan aromanya laksana aroma kesturi'.

Jabir bercerita, 'Jenazah ayahku dibungkus dengan selembar kain selimut. Rasulullah SAW menyeleksi di antara para korban yang gugur. Beliau menyuruh mendahulukan yang paling banyak hafal Al-Qur'an untuk dimasukkan ke dalam liang lahat.

Abdullah bin Amr bin Hiram adalah pasukan muslim yang pertama gugur dalam perang uhud. la dibunuh oleh seorang pasukan musyrik bernama Sufyan bin Abdu Syams Abu Al-A'war As-Sulami.

Rasulullah menyalatkannya sebelum pasukan kaum Muslimin berlarian. Beliau bersabda, 'Makamkan Abdullah bin Amr dan Amr bin Jamuh dalam satu kubur karena keduanya adalah sepasang shahabat karib. Makamkan kedua orang yang saling mencintai di dunia ini dalam satu lubang'.

Jasad Abdullah bin Amr Masih Utuh

Abdullah bin Amr digambarkan sebagai sosok yang berkulit merah, berkepala botak, dan memiliki postur tubuh tinggi. Sementara Amr bin Jamuh memiliki postur tinggi sehingga keduanya bisa dikenali.

Letak kubur mereka berada di tempat yang mudah terkena banjir. Oleh karena itu, makam keduanya dibongkar dengan maksud untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman.

Namun, ketika dibongkar, didapati jasad mereka masih dalam keadaan utuh berikut kain kafannya. Luka di wajah Abdullah juga masih ada, dan posisi tangannya memegang luka itu.

Jabir berkata, "ketika aku berusaha menyingkirkan tangannya dari luka, darah mengalir cukup deras. Ketika aku kembalikan pada posisi semula, darah menjadi berhenti.

Aku melihat keadaan ayahku seperti orang yang sedang tidur nyenyak. Sedikit pun tidak ada yang berubah. Kain selimut yang digunakan untuk kafan dan menutupi wajahnya masih dalam keadaan utuh. Demikian pula dengan mantel yang ditutupkan pada sepasang kakinya. Padahal, itu sudah berlangsung selama empat puluh enam tahun yang lalu."

Jabir yang mulanya hendak memindahkan makam ayahnya ini urung melakukannya karena para sahabat Rasulullah SAW merasa keberatan.

Orang yang Syahid Dijamin Surga

Tirmidzi Rahimahullah berkata, "Kami mendapatkan riwayat dari Yahya bin Habib bin Arabi, dari Musa bin Ibrahim bin Katsir Al Anshari, dari Thalhah bin Kharrasy, ia berkata, 'Aku pernah mendengar Jabir bin Abdullah mengatakan, 'Aku bertemu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau bertanya kepadaku, Wahai Jabir, kenapa aku melihat kamu nampak bersedih?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, ayahku gugur pada saat peristiwa Perang Uhud. la meninggalkan keluarga dan tanggungan hutang.

Beliau bersabda, 'Maukah aku berikan kabar gembira kepadamu atas apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada mendiang ayahmu?' Aku menjawab, "Tentu wahai Rasulullah'. Beliau bersabda, Sesungguhnya Allah tidak berfirman kepada siapa pun, kecuali dari balik tirai. Setelah menghidupkan kembali ayahmu, Allah berfirman kepadanya secara terang-terangan. Allah berfirman, Wahai hamba Ku, sampaikan keinginanmu, niscaya Aku akan meluluskan keinginanmu itu'.

Ayahmu berkata, "Ya Tuhan, Engkau telah memberikan kehidupan padaku, lalu aku berjuang di jalan-Mu sebanyak dua kali. Lalu, Allah Yang Maha mulia lagi Mahaagung berfirman, 'Sesungguhnya Aku sudah tahu bahwa mereka tidak akan kembali. Kemudian, turunlah ayat dalam surat Ali Imran ayat 169

وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۢا ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Arab-Latin: Wa lā taḥsabannallażīna qutilụ fī sabīlillāhi amwātā, bal aḥyā`un 'inda rabbihimyurzaqụn.




(urw/alk)

Hide Ads