Perang Uhud Terjadi pada Tahun Berapa? Ini Kisahnya

Perang Uhud Terjadi pada Tahun Berapa? Ini Kisahnya

Hanif Hawari - detikHikmah
Selasa, 11 Mar 2025 04:30 WIB
Ilustrasi Perang Uhud
Ilustrasi Perang Uhud (Foto: freepik/Freepik)
Jakarta -

Perang Uhud merupakan salah satu pertempuran penting dalam sejarah perkembangan Islam yang melibatkan umat Islam dan kaum Quraisy. Pertempuran ini terjadi sebagai kelanjutan dari konflik yang telah lama berlangsung antara kedua pihak, dengan tujuan kaum Quraisy untuk membalas kekalahan mereka sebelumnya.

Dalam pertempuran ini, pasukan Muslim yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW menghadapi tantangan besar dari pasukan Quraisy yang lebih besar jumlahnya. Peristiwa ini memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam, terutama tentang pentingnya strategi, keteguhan iman, dan ketaatan terhadap arahan pemimpin.

Kapan Terjadinya Perang Uhud?

Dikutip dari buku berjudul Perang Uhud karya Muhammad Ridha, pertempuran ini terjadi pada hari Sabtu, 15 Syawal 3 Hijriah atau tahun 625 Masehi, sekitar satu tahun setelah Perang Badar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, Makkah menjadi pusat pertentangan antara kaum Muslimin dan kaum musyrikin Quraisy yang menentang Islam. Perang Uhud pun pecah sebagai bentuk balas dendam kaum Quraisy atas kekalahan mereka sebelumnya dalam Perang Badar.

Kisah Perang Uhud

Mengutip dari buku Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik karya Mahdi Rizqullah Ahmad dkk, pasukan Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan berangkat menuju Uhud dengan membawa 3.000 tentara serta beberapa wanita pelayan.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, pasukan Muslim terdiri dari 1.000 orang yang merupakan gabungan dari penduduk Makkah dan Madinah.

Namun, di tengah perjalanan menuju Gunung Uhud, Abdullah bin Ubay yang merupakan salah seorang pemimpin bani terbesar Quraisy memilih untuk membelot. Ia membawa serta 300 pasukan Muslim sehingga pasukan yang tersisa bersama Rasulullah SAW hanya berjumlah 700 orang.

Rasulullah SAW menerima sebuah mimpi tentang Perang Uhud dan menceritakannya kepada para sahabatnya.

Beliau bermimpi mengayunkan pedangnya, tetapi tiba-tiba bagian depannya patah, yang ditafsirkannya sebagai pertanda bahwa kaum Muslimin akan mengalami kekalahan dalam Perang Uhud.

Namun, ketika pedang itu kembali digerakkan, ia kembali utuh seperti semula, yang menurutnya adalah isyarat bahwa Allah akan menganugerahkan kemenangan bagi kaum Muslimin saat penaklukan Kota Makkah dan pada hari berkumpulnya orang-orang beriman.

Selain itu, Rasulullah SAW juga melihat seekor sapi dalam keadaan sangat baik, yang ditafsirkannya sebagai simbol dari kaum muslimin dalam Perang Uhud.

Rasulullah SAW mengartikan mimpinya sebagai tanda kekalahan serta banyaknya sahabat yang akan gugur dalam pertempuran.

Dalam buku Sang Panglima Tak Terkalahkan Khalid bin Walid karya Hanatul Ula Maulidya, diceritakan bahwa pasukan Muslim tetap maju dengan penuh keyakinan. Bagi mereka, kemenangan atas kaum Quraisy adalah suatu keharusan, terutama karena perang ini menjadi ajang balas dendam bagi kaum musyrikin atas kekalahan mereka dalam Perang Badar.

Dalam menyusun strategi, Rasulullah SAW menempatkan 50 pasukan pemanah di atas Gunung Uhud. Mereka diperintahkan untuk tidak meninggalkan posisi mereka dalam keadaan apa pun, terutama jika pasukan berkuda Quraisy mencoba menyerang.

Pada awal pertempuran, pasukan Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan mengalami tekanan hebat. Pasukan Muslim berhasil menguasai keadaan dan tampak hampir meraih kemenangan.

Namun, ketika para pemanah di atas gunung melihat harta rampasan perang, mereka mulai goyah.

Beberapa dari mereka berteriak kegirangan, "Harta rampasan! Kita sudah menang! Apalagi yang kita tunggu?"

Komandan pasukan pemanah, Abdullah bin Jubair, dengan tegas mengingatkan mereka akan pesan Rasulullah SAW. Sayangnya, peringatan itu diabaikan dan sebagian besar pasukan pemanah turun dari bukit untuk mengambil harta rampasan.

Situasi ini menjadi celah bagi pasukan Quraisy untuk membalikkan keadaan. Dengan cepat, pasukan berkuda Quraisy menyerang dari arah belakang, membuat pasukan Muslim terdesak dan kehilangan formasi mereka.

Di tengah kekacauan itu, Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, menjadi sasaran seorang budak bernama Wahsyi. Dengan tombaknya, Wahsyi mengintai dari kejauhan dan melemparkan senjatanya hingga menembus perut Hamzah.

Wallahu a'lam.




(hnh/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads