Hasil Penelitian Ungkap Keseringan Nge-vape Picu Gangguan Mental

Hasil Penelitian Ungkap Keseringan Nge-vape Picu Gangguan Mental

Tim detikHealth - detikSulsel
Jumat, 03 Mar 2023 20:10 WIB
ilustrasi vape
Ilustrasi (Foto: iStock)
Jakarta -

Keseringan menggunakan rokok elektrik atau vape disebut dapat memicu gangguan kesehatan mental. Hal ini berdasarkan studi terbaru yang dipimpin oleh American Heart Association.

Dilansir detikHealth studi tersebut mengaitkan kandungan nikotin dan THC (komponen psikoaktif dalam ganja) yang ada pada vape dengan gejala depresi dan kecemasan pada remaja.

"Orang yang lebih muda dan telah lama rentan terhadap penggunaan tembakau mungkin mengalami bahaya yang lebih besar dari nikotin dan obat-obatan lainnya. Mungkin mereka yang menjadi sasaran pengiklan," ungkap penulis studi dr Joy Hart dikutip dari NY Post, Kamis (2/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

dr Joy Hart menambahkan masih diperlukan banyak penelitian lagi mengenai rokok elektrik seperti vape. Dapat diketahui, saat ini pengguna ganja makin meningkat di kalangan anak muda dan dewasa, hal itu terjadi setelah beberapa negara bagian di Amerika Serikat melegalkannya.

"Perangkat rokok elektrik masih relatif baru dibandingkan dengan produk tembakau lainnya, seperti rokok dan pipa yang mudah terbakar, sehingga diperlukan lebih banyak penelitian untuk mencoba lebih memahami popularitas rokok elektrik, termasuk alasan vaping dan risiko kesehatan yang terkait di kalangan remaja," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Peneliti melakukan survey untuk membandingkan pengguna vape THC, vape nikotin, vape THC nikotin, dan orang yang tak menggunakan vape. Survey itu dilakukan secara online pada 2.505 remaja dan dewasa berusia 13 sampai 24 tahun untuk menjawab pertanyaan soal kesehatan mental dan penggunaan vape.

Diketahui, dari 159 pengguna vape THC 70 persen pengguna melaporkan bahwa mereka mengalami beberapa gangguan, seperti cemas, serangan panik, dan rasa khawatir dalam satu minggu terakhir. Sedangkan orang yang tak menggunakan vape hanya 40 persen.

Hasil survey itu juga telah mencakup jawaban dari 370 pengguna vape nikotin dan 830 vape THC-nikotin yang di mana 60 persen mengalami perasaan cemas.

Lebih dari setengah pengguna vape mengatakan bahwa, mereka merasa depresi sehingga sulit untuk kembali menikmati aktivitas-aktivitasnya. Sementara, orang yang tak menggunakan vape hanya seperempat yang mengalami depresi.

Selain itu, dalam setahun terakhir ada lebih dari seluruh pengguna jenis vape berpikiran untuk mengakhiri hidup. Hasil itu sangat berbeda dengan orang yang menggunakan vape hanya sepertiganya saja.

Sejumlah peserta mengungkapkan bahwa ketika mereka menggunakan vape ia merasa lebih tenang. Namun dari hasil penelitian justru memperlihatkan sebaliknya.

"Studi ini menunjukkan signifikansi yang mencolok dari masalah kesehatan mental pada pengguna vape nikotin dan vape THC, dan karena produk baru terus muncul di pasar, saya pikir ini adalah sesuatu yang akan terus kita lihat," ujar Ketua Komite Penulis American Heart Association's 2022, Dr Loren Wold.

Studi menunjukkan bahwa, orang yang kecanduan vape tidak mengenal batasan usia, termasuk anak remaja yang berusia 14 tahun. Godaan itu muncul karena pengguna merasa rokok elektrik mampu mengatasi kecemasan.

Dr Ledon menjelaskan, ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebiasaan nge-vape, misalnya meningkatkan prioritas kebiasaan ke arah yang lebih positif. Cara itu dapat meredakan ketegangan dan gejala kecemasan.

Tidak hanya itu, dia juga mendorong kampanye ataupun program yang dapat dilakukan guna memberi pemahaman dan peringatan perihal risiko penggunaan vape pada generasi muda. Dari survey yang telah dilakukan American Heart Association, mereka menemukan bahwa pengguna vape THC-nikotin memiliki kecenderungan lebih besar untuk tergantung pada nikotin.

"Penggunaan zat ganda dapat menambah zat adiktif dari vaping atau menarik orang yang lebih rentan terhadap kecanduan, serta berdampak pada gejala depresi," jelasnya.

Sebelumnya, rokok elektrik digunakan sebagai alat untuk mengurangi kecanduan rokok konvensional. Tetapi nyatanya, kini orang-orang justru kecanduan vape.

Selain gangguan kesehatan mental, pengguna vape juga dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti disfungsi ereksi, gula darah tinggi, diabetes, hingga gangguan makan.




(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads