Tragedi tarik tambang IKA Unhas Sulsel masih menjadi misteri. Penyebab tali tambang tiba-tiba tersentak kencang hingga menyebabkan seorang warga bernama Masyita (43) meninggal belum diketahui.
Panitia acara juga mengaku belum mengetahui pasti mengapa tali tambang di lokasi kejadian tiba-tiba tersentak. Panitia menyebut tali tambang itu hanya digulung manual menggunakan tenaga beberapa panitia.
"Banyak beredar cerita soal itu (tali tersentak kencang), ada yang mengatakan bahwa itu kekuatan balik tali yang sebelumnya tergulung dan tertarik dan setelah diletakkan akan tertarik ke pusat tali yang tergulung," kata ketua panitia Rahmansyah saat dihubungi detikSulsel, Senin (19/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahmansyah menegaskan proses penggulungan tali juga dilakukan secara manual tanpa menggunakan bantuan alat. Namun dia tidak menjelaskan secara rinci perihal panitia yang bertugas menggulung tali.
"Manual pakai tangan. Saya tegaskan tidak pakai alat apalagi mesin penggulung untuk menarik dan mengumpulkan tali," tegasnya.
Saat ditanya jumlah petugas yang menggulung tali, Rahmansyah menyebut jumlahnya tidak banyak. Dia bahkan menyebut panitia berpindah-pindah dari satu titik ke titik lain.
"Tidak banyak. Bahkan itu saja yang berpindah-pindah," pungkasnya.
Untuk diketahui, insiden nahas itu terjadi di Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Minggu (18/12) sekitar pukul 07.52 Wita. Selain menyebabkan seorang warga meninggal, 8 orang peserta lainnya juga dilaporkan mengalami luka-luka.
Detik-detik Korban Terpelanting Terekam CCTV
CCTV Jalan Jenderal Sudirman merekam detik-detik mengerikan korban atas nama Masyita terpelanting setelah kakinya terkena sentakan tali. Mulanya sejumlah peserta tarik tambang terlihat sedang bersantai di tengah jalan, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman-Batu Putih.
Para peserta tampak asyik berbincang dengan peserta lainnya. Namun tali tambang berwarna putih yang berada di jalan tersebut tiba-tiba tertarik kencang dari arah Karebosi.
Sejumlah peserta pun kaget dan seketika mengalihkan pandangannya ke sumber hentakan tali yang sangat kencang. Namun, korban Masyita saat itu berdiri di dekat tali tiba-tiba terpelanting setelah kakinya terkena tarikan tersebut.
Korban kemudian tampak terjatuh dan terbentur ke barier beton yang berada di tengah jalan. Sejumlah orang yang berada di sekitar lokasi kejadian kemudian mendekati dan berusaha menolong korban yang terkapar.
Sementara itu sejumlah orang lainnya tampak panik. Sebagian lain terlihat histeris melihat korban terbaring tak berdaya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya...
Anggota Komisi III DPR Soroti Acara di Jalan Raya
Anggota Komisi III DPR RI Ahmad Ali turut memberi perhatian terhadap tragedi tarik tambang IKA Unhas yang menyebabkan satu korban jiwa. Dia menyoroti lokasi acara yang dilaksanakan di jalan raya.
"Dari pengalaman saya, pemahaman saya, namanya tarik tambang itu tidak pernah dilaksanakan di jalan raya. Kenapa tidak boleh dilaksanakan di jalan raya, karena ada konsekuensi benturan fisik dari kegiatan tarik tambang tersebut," ujar Ahmad Ali kepada detikSulsel, Senin (19/12).
Dia pun mencoba membayangkan kegiatan tersebut digelar dengan melibatkan sekitar 5.000 orang. Menurutnya, jumlah peserta sebanyak itu berisiko terjadi kecelakaan.
"Jadi kalau kemudian saya bayangkan, 5.000 orang berarti 2.500 sebelah, 2.500 sebelah. Itu melakukan kegiatan dan kemudian terjadi insiden orang terjatuh bisa saja, di mana risiko orang saling beririsan. Nah bagaimana itu terjadi di jalan raya," terangnya.
Ahmad Ali mengatakan acara tarik tambang semestinya dilaksanakan di tempat yang jauh lebih aman. Dia mencontohkan tarik tambang digelar di lapangan terbuka dengan kontur tanah atau pasir.
"Harusnya itu kan dilakukan di lapangan atau di pasir. Jadi ini lebih pada olahraga rakyat yang tidak lepas dari acara riang gembira. Sehingga kemudian peristiwa terjadi ini pastilah ini adalah kelalaian manusia," ucapnya.
Selain itu, menurutnya kegiatan tersebut juga tidak dipersiapkan dengan matang. Salah satunya karena tidak ada tim medis yang bersiaga di sekitar lokasi yang sigap menangani insiden-insiden tidak terduga.
"Kegiatan itu tidak ada ambulans, tidak ada standar-standar kesehatan lain di tempat itu. Nah artinya ini jelas sekali bahwa ini faktor kelalaian manusia," pungkasnya.