Acara tarik tambang yang digelar Ikatan Keluarga Alumni Universitas Hasanuddin (IKA Unhas) Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk memecahkan rekor MURI memakan korban. Seorang wanita bernama Masyita (43) meninggal dunia dan delapan orang lainnya terluka.
Anggota Komisi III DPR-RI Ahmad Ali kemudian mendesak agar polisi mengusut peristiwa itu. Dia juga menganggap ada kejanggalan jika polisi memberikan izin terhadap penyelenggaraan acara tarik tambang yang melibatkan 5.000 orang di tengah jalan beraspal.
"Ada izin tidak ada izin ini tetap harus diusut. Karena ketika polisi melaksanakan izin pelaksanaan tarik tambang dengan jumlah massa yang begitu besar di tengah jalan itu juga polisi bermasalah ini. Dan saya yakin polisi tidak segampang itu memberikan izin seperti itu di tengah jalan," ujar Ahmad Ali kepada detikSulsel, Senin (19/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ali mengaku prihatin dan berharap keluarga korban diberikan kekuatan untuk menghadapi cobaan. Namun pihaknya tetap menilai acara tarik tambang itu bermasalah karena tidak memperhatikan unsur keselamatan.
"Kami sangat prihatin dengan kejadian itu. Semoga keluarga yang ditinggal tentunya mendapat kekuatan bahwa ini adalah cobaan," katanya.
"Tapi tidak bisa kita tidak katakan ini faktor kelalaian manusia, karena kenapa, pertama ambisi untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan yang lain itu sah-sah saja. Tapi tentunya ambisi itu tidak boleh membuat kita abai, lalai, untuk menghitung faktor keselamatan manusia," sambung Ali.
Lebih lanjut Ali menjelaskan kegiatan tarik tambang melibatkan 5.000 orang untuk memecahkan rekor MURI itu sah-sah saja untuk dilakukan. Namun yang menjadi persoalan menurutnya acara itu digelar di tengah jalan raya.
"Jadi kalau kemudian saya bayangkan, 5.000 orang berarti 2.500 sebelah, 2.500 sebelah. Itu melakukan kegiatan dan kemudian terjadi insiden orang terjatuh bisa saja, di mana risiko orang saling beririsan. Nah (yang menjadi masalah) bagaimana itu terjadi di jalan raya," jelasnya.
Ali menilai tarik tambang sejak awal sudah memiliki risiko untuk terjadinya benturan fisik. Sehingga tidak seharusnya dilakukan di tengah jalan raya. Dia menyebut acara yang digelar IKA Unhas Sulsel pada Minggu (18/12) di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Makassar itu membahayakan.
"Dari pengalaman saya, pemahaman saya, namanya tarik tambang itu tidak pernah dilaksanakan di jalan raya. Kenapa tidak boleh dilaksanakan di jalan raya, karena ada konsekuensi benturan fisik dari kegiatan tarik tambang tersebut," tuturnya.
Menurut Ali, olahraga seperti tarik tambang mestinya dilakukan di tempat yang lebih aman untuk menurunkan risiko peserta mengalami luka fatal ketika terjadi hal-hal tak terduga. Dia menuturkan seharusnya acara itu digelar di lapangan terbuka dengan kontur tanah atau pasir.
"Harusnya itu kan dilakukan di lapangan atau di pasir. Jadi ini lebih pada olahraga rakyat yang tidak lepas dari acara riang gembira. Sehingga kemudian peristiwa terjadi ini pastilah ini adalah kelalaian manusia," sebutnya.
Ali juga menyoroti kesiapan panitia dalam pelaksanaan acara. Dia kembali menyinggung faktor kelalaian atas terjadinya peristiwa tersebut mengingat tidak ada tim medis yang bersiaga di sekitar lokasi pada saat kejadian.
"Kegiatan itu tidak ada ambulans, tidak ada standar-standar kesehatan lain di tempat itu. Nah artinya ini jelas sekali bahwa ini faktor kelalaian manusia," pungkasnya.
Baca: Tarik Tambang IKA Unhas Telan Korban Jiwa, di halaman selanjutnya...
Tarik Tambang IKA Unhas Telan Korban Jiwa
IKA Unhas Sulsel sebelumnya menggelar acara tarik tambang dengan melibatkan 5.000 orang peserta untuk memecahkan rekor MURI. Namun acara itu seketika berubah menjadi duka ketika seorang peserta meninggal dunia.
Pihak kepolisian mengatakan selain korban meninggal, acara itu juga mengakibatkan delapan orang lainnya terluka. Bahkan salah satu dari korban luka menurut polisi menderita robek pada bagian telapak kaki.
"Data yang diperoleh, 1 orang MD (meninggal dunia) dan 8 orang luka," ungkap Kasubag Humas Polrestabes Makassar AKP Lando kepada detikSulsel, Minggu (18/12).
"(Dari total 8 luka) 7 luka lecet dan 1 luka robek pada telapak kaki," sambungnya.
Panitia Bantah Ada Kelalaian
Panitia acara tarik tambang IKA Unhas Sulsel sebelumnya membantah kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia disebabkan oleh kelalaian. Salah satu panitia bernama Nursalim mengatakan kejadian itu tidak diinginkan.
"Peristiwa ini tidak diinginkan, bukan kelalain kita panitia," ujar Nursalim kepada detikSulsel di lokasi kejadian, Minggu (18/12).
Nursalim mengatakan bahwa pihaknya sudah mengingatkan para peserta untuk berdiri di bagian sebelah kanan tali. Namun menurut Nursalim saat kejadian korban bersama beberapa peserta lainnya melakukan foto selfie sambil memegang tali.
"Saya kan pegang toa, menyampaikan bahwa bapak ibu harus di sebelah kanan tali. Saya perintahkan begitu. Amanlah dia," kata Nursalim.
"Setelah itu dia main selfie-selfie ibu-ibu ini, pegang-pegang tali main selfie. Seakan-akan dia baku tarik tambang begitu. Jadi tidak ada unsur kesengajaan," sambungnya.
Sementara itu Ketua IKA Unhas Sulsel Danny Pomanto menuturkan kecelakaan yang melibatkan korban terjadi setelah acara tarik tambang selesai.
"Kejadian pas mulai hujan. Saya kan di tengah, itu sudah selesai (acara tarik tambangnya). Rupanya (tali) tambang itu kan menyimpan energi (masih tertarik setelah acara)," tutur Danny saat dihubungi detikSulsel, Minggu (18/12).
Danny menjelaskan ketika tali tambang tertarik dengan kencang, korban sedang berdiri di sekitar tali. Sehingga tali itu tersangkut di kaki korban dan kemudian korban terpental hingga kepalanya terbentur beton.
"Yang menang kan yang 3.000 orang itu (pakai baju merah), dia (korban di ujung di putih yang kalah. Dia berdiri di atas tali, talinya kan terlecut (tertarik) kena kakinya kemudian (korban) terpental ke beton," jelasnya.
Usai kejadian, Danny turut melayat ke rumah duka di Kelurahan Bapallarang, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Danny mengaku merasa kehilangan karena menurutnya korban merupakan salah satu anggota PKK yang aktif.
"Itu (korban) kan tim saya kasihan, orang baik, orang berdedikasi. Dia masuk PKK, dia aktif. Saya juga merasa kehilangan," ujar Danny.
"Kita urus semua, sampai takziah, terus juga 2 anaknya kita kasih beasiswa sampai dia selesai," imbuhnya.
Baca: Polisi Tegaskan Panitia Kantongi Izin, di halaman selanjutnya...
Polisi Tegaskan Panitia Kantongi Izin
Kapolrestabes Makassar Kombes Budi Haryanto menegaskan bahwa panitia telah mengantongi izin dari kepolisian untuk menggelar kegiatan tarik tambang tersebut.
"(Izin pelaksanaan kegiatan) Ada," ungkap Kombes Budi saat dimintai konfirmasi detikSulsel, Senin (19/12).
Kombes Budi juga membantah Kapolsek Ujung Pandang yang sebelumnya menyatakan panitia belum mengantongi izin kepolisian. Menurutnya izin acara dikeluarkan oleh Polrestabes bukan Polsek.
"Izin itu yang keluarkan Polres," jelasnya.
Kombes Budi mengaku saat ini pihaknya masih terus melakukan pengusutan terhadap kejadian tersebut. Namun dia tidak menjelaskan lebih detail sejauh mana proses pengusutan itu dilakukan.
"Sudah tunggu saja hasilnya (pengusutan tewasnya peserta)," singkatnya.
Rekaman CCTV Perlihatkan Detik-detik Kejadian
Belakangan diketahui korban meninggal dunia setelah kepalanya terbentur barier beton di tengah jalan setelah tali tambang tiba-tiba tertarik dengan kencang dan tersangkut di kaki korban. Hal itu terungkap dari rekaman CCTV di lokasi kejadian.
Di dalam rekaman CCTV pada Minggu (18/12) awalnya tampak sejumlah peserta tarik tambang berbaju putih sedang bersantai di tengah Jalan Jenderal Sudirman. Namun tak lama berselang tali tambang yang sebelumnya digunakan oleh para peserta tiba-tiba tertarik dengan kencang ke arah Karebosi.
Sejumlah peserta kemudian terlihat kaget dan mengalihkan pandangan pada hentakan tali yang begitu kencang. Nahas bagi korban yang saat itu berdiri di dekat tali tidak sempat menghindar dan kemudian terpental setelah kakinya terkena tarikan tali tersebut.
Hingga saat ini penyebab tali tambang yang tiba-tiba tertarik dengan kencang masih menjadi misteri. Ketua Panitia acara Rahmansyah mengatakan ada beberapa penjelasan berbeda soal penyebab tali tiba-tiba tali tertarik kencang.
"Banyak beredar cerita soal itu (tali tertarik kencang), ada yang mengatakan bahwa itu kekuatan balik tali yang sebelumnya tergulung dan tertarik dan setelah diletakkan akan tertarik ke pusat tali yang tergulung," ujar Rahmansyah kepada detikSulsel saat dihubungi, Senin (19/12).
Rahmansyah mengaku, seusai acara tali itu tidak digulung menggunakan alat. Dia menegaskan tali digulung secara manual menggunakan tangan.
"Manual pakai tangan. Saya tegaskan tidak pakai alat apalagi mesin penggulung untuk menarik dan mengumpulkan tali," tegasnya.
Namun Rahmansyah tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah panitia yang menggulung tali tersebut. Dia hanya menuturkan jumlahnya tidak banyak
"Tidak banyak. Bahkan itu saja yang berpindah-pindah," pungkasnya.