PVMBG Temukan Endapan Diduga Jejak Tsunami Purba Tahun 1846 di Ternate

PVMBG Temukan Endapan Diduga Jejak Tsunami Purba Tahun 1846 di Ternate

Urwatul Wutsqaa - detikSulsel
Rabu, 16 Nov 2022 16:15 WIB
Endapan paleotsunami di Pulau Ternate
Endapan paleotsunami di Pulau Ternate (Foto: Dok. KSDM)
Makassar -

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menemukan dugaan endapan paleotsunami di Pulau Ternate. Lapisan tertua dari paleotsunami di Ternate ini diperkirakan merupakan jejak tsunami tahun 1846.

Paleotsunami merupakan tsunami purba atau tsunami yang terjadi pada zaman dahulu. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral pada Selasa (15/11/2022), disebutkan bahwa temuan endapan paleotsunami di Ternate ini merupakan hasil penyelidikan PVMBG yang telah dilakukan pada tanggal 31 Desember hingga 13 November 2022.

Penelitian paleotsunami dilakukan untuk mengungkap fenomena tsunami yang pernah terjadi berdasarkan bukti-bukti geologi yang ditemukan. Penelitian ini dilakukan di sepanjang pesisir Pulau Ternate yang berada di daerah Loto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daerah pesisir di lokasi ini memiliki morfologi landai dengan pantai yang luas dan lebar, tersusun oleh pasir kasar berwarna kehitaman bercampur kerikil, kerakal, hingga bongkah yang merupakan batuan produk Gunung Api Gamalama. Lokasi yang juga dikenal dengan nama Barangka Loto (Barangka artinya sungai) merupakan tempat aliran lahar saat gunung api Gamalama memuntahkan hasil letusannya.

Di lokasi inilah, tim PVMBG menemukan sebuah singkapan diduga endapan paleotsunami yang berada di bawah Gunung Api Gamalama. Produk gunung api tempat ditemukannya singkapan paleotsunami memiliki tinggi 7,3 meter dengan jarak dari garis pantai sejauh 35 meter.

ADVERTISEMENT

Area yang diduga menyimpan singkapan endapan paleotsunami diperkirakan mencapai 200 meter yang memanjang searah pantai. Sementara itu, singkapan terbuka sepanjang 50 meter, kemudian dilakukan penggalian secara vertikal.

Penelitian ini mengungkap adanya 5 lapisan endapan paleotsunami yang ditemukan di lokasi tersebut. Endapan paleotsunami yang ditemukan pada lapisan paling bawah adalah lapisan tertua, diperkirakan merupakan jejak tsunami tahun 1846.

Karakteristik Lapisan Endapan Paleotsunami

Lapisan pertama endapan paleotsunami yang ditemukan memiliki tiga lapisan dan dibatasi oleh paleosoil (lapisan tanah purba) pada bagian atas dan bawahnya. Tiga lapisan endapan paleotsunami paling atas ini meliputi:

  • Lapisan bawah: Pasir kasar yang berwarna kuning kecoklatan, memiliki ketebalan 1 cm
  • Lapisan tengah: Pasir sangat halus berwarna abu-abu dengan ketebalan 2 cm
  • Lapisan atas: Lempung berwarna abu-abu kehijauan dengan ketebalan 2-3 mm

Lapisan pertama endapan paleotsunami ini ditutupi oleh paleosoil berupa pasir kasar berwarna kehitaman dengan ketebalan 5 cm. Sementara itu, bagian bawahnya dibatasi oleh paleosoil berupa pasir pantai purba berwarna abu-abu kehitaman dengan fragmen batuan, ketebalannya sekitar 15 cm.

Setelah penggalian dilanjutkan secara vertikal ke arah bawah, peneliti kembali menemukan lapisan kedua endapan paleotsunami yang diduga berumur lebih tua dibandingkan endapan sebelumnya. Endapan paleotsunami kedua ini memiliki ketebalan 1,8 cm.

Endapan kedua ini juga memiliki tiga lapisan yang meliputi:

  • Lapisan atas: Berwarna abu-abu terang kehijauan setebal 0,3 cm
  • Lapisan tengah: Pasir sangat halus berwarna abu-abu terang setebal 1 cm
  • Lapisan bawah: Pasir halus berwarna abu-abu kecoklatan setebal 0,5 cm

Dalam penggalian 50 cm di bawah lapisan paleotsunami kedua, tim peneliti kembali menemukan endapan paleotsunami. Endapan pada lapisan ketiga ini berumur lebih tua dan memiliki lapisan yang lebih tebal.

Namun, di antara lapisan kedua dan ketiga, peneliti juga menemukan dua lapisan yang tegas, sehingga total ada 5 lapisan endapan paleotsunami yang ditemukan. Kedua lapisan tersebut juga diduga kuat sebagai endapan paleotsunami.

Endapan paleotsunami di Pulau TernateEndapan paleotsunami di Pulau Ternate (Foto: Dok. KSDM)

Endapan lapisan diduga paleotsunami tersebut ditemukan di bawah endapan produk gunung api Gamalama hasil letusan tahun 1907. Sehingga, peneliti menyimpulkan bahwa lapisan paleotsunami termuda terjadi sebelum tahun 1907 dan lapisan paleotsunami di bawahnya terjadi lebih dulu atau lebih tua.

Namun, peneliti tidak menemukan produk letusan gunung api di antara endapan produk gunung api Gamalama hasil letusan tahun 1907 dan lapisan paleotsunami paling atas. Oleh karena itu, diduga kejadian tsunami tersebut terjadi setelah letusan sebelum tahun 1907.

Dengan demikian, peneliti menduga bahwa lapisan pertama endapan paleotsunami yang ditemukan berasal dari kejadian tsunami tahun 1889. Sementara itu, lapisan-lapisan endapan paleotsunami yang berawa di bawahnya kemungkinan terjadi pada tahun 1859, 1858, 1857, dan 1846.

Jumlah Gelombang Tsunami pada Masing-Masing Endapan Paleotsunami

Kelima lapisan endapan paleotsunami memiliki batas erosional yang tegas. Berdasarkan karakteristik pada masing-masing endapan, dapat diidentifikasi bahwa lapisan pertama terdiri dari satu sekuen pengendapan, ini menunjukkan gelombang yang datang hanya satu kali.

Pada endapan paleotsunami yang kedua, ketiga, dan keempat, juga hanya ditemukan satu sekuen pengendapan. Dengan demikian, gelombang yang datang juga hanya satu kali.

Sementara itu, endapan paleotsunami yang kelima atau yang paling tua memperlihatkan lima sekuen pengendapan. Hal ini menunjukkan bahwa gelombang tsunami yang datang sebanyak lima kali.

Penyebaran endapan paleotsunami yang ditemukan di daerah Loto cukup luas. Untuk mengetahui apakah endapan tersebut mengandung produk gunung api atau tidak, maka diperlukan pengujian lebih lanjut.

Melalui pengujian lanjutan, dapat diketahui penyebab tsunami, apakah murni akibat gempa bumi yang bersumber dari zona subduksi Punggungan Mayu, atau ada penyebab lain seperti letusan Gunung Api Gamalama ataupun gunung api dari daerah lainnya, seperti Gunung Api Ruang dan Gunung Api Awu di Sangihe.

Temuan jejak tsunami di Pulau Ternate menjadi bukti bahwa kawasan tersebut pernah mengalami beberapa kali tsunami pada masa silam. Temuan tersebut sekaligus menjadi pembelajaran bagi masyarakat setempat serta pihak-pihak terkait agar lebih mewaspadai potensi tsunami yang mungkin saja terjadi pada masa akan datang.




(urw/alk)

Hide Ads