Cerita Pedagang Daging Ular di Tomohon Warisi Usaha Turun Temurun Keluarga

Sulawesi Utara

Cerita Pedagang Daging Ular di Tomohon Warisi Usaha Turun Temurun Keluarga

Trisno Mais - detikSulsel
Selasa, 04 Okt 2022 02:14 WIB
Aktivitas jual beli daging hewan liar di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara.
Foto: Aktivitas jual beli daging hewan liar di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara. (Trisno Mais/detikcom)
Minahasa -

Masyarakat di Kota Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut) mempunyai kebiasaan mengonsumsi daging dari hewan liar yang dijual bebas di pasar seperti ular. Salah satu pasar di Sulut yang menjajakan daging hewan liar tersebut adalah Pasar Tradisional Beriman yang terletak di Kelurahan Paslaten Satu.

Salah seorang pedagang di Pasar Tradisional Beriman bernama Rendy Korompis (37) menceritakan pengalamannya selama berjualan daging hewan liar, khususnya daging ular. Dia mengungkap sudah berjualan di pasar tersebut selama selama kurang lebih 6 tahun terakhir untuk melanjutkan usaha keluarganya yang sudah berlangsung secara turun temurun.

"Ini sudah 5 sampai 6 tahun. Hanya meneruskan dagangan orang tua. Kan Opa kami sudah berjualan di pasar, jadi turun-temurun," kata Korompis ketika ditemui detikcom, di Pasar Tomohon, Selasa (27/9).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbagai jenis daging hewan liar dijual bebas di Pasar Tradisional Beriman, harganya bervariasi mulai dari harga Rp 50.000 hingga Rp 70.000. Untuk daging ular sendiri, dibanderol dengan harga Rp 50.000/kg, begitu juga dengan daging tikus serta kelelawar.

Sementara, untuk daging babi, harganya sedikit lebih mahal. Rata-rata pedagang yang berjualan di Pasar Tradisional Beriman menjual daging babi dengan harga Rp 70.000/kg.

ADVERTISEMENT

Saat ditanya mengenai hasil penjualannya, Korompis mengaku memperoleh keuntungan yang cukup menjanjikan dari hasil berjualan daging ular. Meskipun penghasilannya tidak pasti, sebulannya dia bisa mendapatkan omzet hingga jutaan rupiah.

"Kalau sunyi hanya sedikit. Kalau sebulan itu tidak pasti, sekitar Rp 3 hingga 4 juta," ujarnya.

Korompis mengatakan, dagangannya pada hari -hari biasa sepi pelanggan. Pelanggan akan banyak berdatangan saat momen perayaan tertentu, seperti perayaan ucapan syukur warga pribumi Minahasa, perayaan Natal, tahun baru, serta Paskah.

"Pengucapan, Natal, tahun baru serta Paskah. Setelah itu, sepi semua. Jadi ada kelebihan kalau pengucapan, natal tahun baru paskah," katanya.

Dalam momen perayaan hari-hari besar tersebut, Korompis mengaku bisa memperoleh keuntungan hingga berkali-kali lipat dari hari biasanya.

"Kalau lagi ramai sehari itu Rp 2 sampai 3 juta. Tapi hari ini sepi, karena baru selesai perayaan pengucapan. Jadi semua warga pasti ada daging," jelasnya.

Menurut penuturan dari Korompis, suplai daging ular yang dia jajakan diperoleh dari sejumlah daerah di Sulawesi. Ada yang berasal dari Gorontalo, Sulawesi Selatan (Makassar), Sulawesi Tenggara, hingga Sulawesi Tengah (Palu).

"Dapat dari Gorontalo, Makassar, Sulteng, Sultra. Satu kilo dijual 50 ribu," ujarnya.

Dalam waktu dua pekan, total daging ular yang dijual Korompis berkisar antara 400 hingga 800 kilogram.

"Sekitarnya 400 kg paling banyak itu 800 kg. Kalau habis sebanyak 800 kg itu sekitar dua mingguan,"pungkasnya.




(urw/sar)

Hide Ads