Makassar Kini Zona Merah usai 132 Ternak Positif PMK

Tim detikSulsel - detikSulsel
Jumat, 29 Jul 2022 07:30 WIB
Foto: Pemeriksaan sapi. (Andreas Fitri Atmoko/Andreas Fitri Atmoko)
Makassar -

Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) meningkat tembus hingga 132 kasus. Situasi ini menjadikan Makassar masuk zona merah wabah PMK.

"Iya, zona merah. Nanti dilihat di laporan ada berapa ternak yang sakit terinfeksi positif. Memang kita sudah masuk (zona merah wabah PMK)," ungkap Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) Kota Makassar Andi Herliyani kepada detikSulsel, Kamis malam (28/7/2022).

Dari data yang dihimpun dari DP2 Kota Makassar sejak 28 Juli 2022 dilaporkan ada 132 ternak positif PMK, baik sapi dan kerbau. Total laporan tersebut terhitung sejak kasus PMK pertama di Makassar dilaporkan pada 9 Juli lalu.


Dari total kasus tersebut, ada 7 di antaranya yang dinyatakan mati, dan 25 ternak dipotong. Dengan demikian, tersisa 100 ternak yang masih positif PMK di Makassar.

"Kan memang trennya sama COVID kemarin, pasti ada puncaknya naik terus kemudian nanti akan turun. Sekarang ini kan trennya (kasus PMK di Makassar) naik," ucap Herliyani.

Menurutnya, kenaikan kasus PMK ini dipicu karena peternak tidak patuh akan upaya penangan dan pengendalian penularan PMK. Dia mencontohkan, ketika ada 1 ternak yang terinfeksi PMK, harusnya langsung dipisah dengan sapi sehat atau diisolasi di kandang khusus.

"Ini yang menjadi kenapa setiap hari ditemukan penambahan karena peternak sendiri tidak mau mengikuti apa yang kita sampaikan ke mereka," keluhnya.

Aturan lockdown ternak pun dikatakan masih dilanggar. Pasalnya masih ada pedagang yang diduga tetap melakukan suplai keluar masuk ternak di Makassar dengan mencari jalan alternatif untuk menghindari petugas yang berjaga di perbatasan.

"Tidak tahu ya namanya juga pedagang kalau misalnya subuh hari dia lewat masuk, kita tidak bisa sejauh itu diikuti," imbuh Herliyani.

"Inilah yang membawa dari luar itu yang masuk dari legal kan. Ini semua kalau mereka mau patuh, tidak akan bertambah (kasus PMK). Tapi ini kan tidak patuh, akhirnya kasihan bertambah terus korban yang positif," tambahnya.

Padahal Herliyani mengklaim pihaknya sudah bekerja maksimal. Tim surveilans melakukan tracking atau pelacakan terhadap ternak yang suspek atau tertular virus PMK.

"Setelah surveilans itu kita men-tracking yang mana sakit dan sehat. Kalau sehat, kita persiapkan untuk divaksin, tapi kalau sakit, tidak ada indikasi ada gejala klinis positif PMK, kita lakukan pengobatan dengan pemberian antibiotik dan pengobatan vitamin," ujarnya.

Simak soal vaksin PMK di halaman selanjutnya.




(sar/asm)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork