"Cuma kalau menurut saya, RPH kita sendiri kalau saya lihat sih memang apa ya, karena pemotongannya dikerja secara manual, kemudian lantai juga kemiringannya tidak pas, sehingga akan menimbulkan deposit darah sapi yang kemudian tergenang," ujar Penanggung Jawab RPH Tamangapa drh. Muhammad Ridwan Gaffar saat ditemui detikSulsel, Minggu (10/7/2022).
Menurutnya, perlu dilakukan pembenahan untuk sejumlah fasilitas. Terutama posisi kemiringan lantai yang saat ini seringkali menimbulkan sejumlah genangan dan membuat lantai licin.
"Apalagi kan, ketika tergenang juga licin. Jadi memang menurut saya RPH kita ini ke depannya perlu pembenahan lagi," keluhnya.
Meskipun begitu, Ridwan mengaku akan terus berupaya maksimal melayani permintaan hewan kurban dengan memanfaatkan fasilitas yang ada saat ini. Apalagi dengan adanya alat perebahan sapi atau restraining box yang sangat memudahkan proses penyembelihan hewan.
"Kita bersyukur ada alat restraining box untuk merebahkan sapi itu, sangat terbantu sekali, karena kita lebih mudah untuk melakukan penyembelihan," bebernya.
Ridwan menjelaskan RPH Tamangapa menyediakan sejumlah 300 sapi bagi masyarakat yang akan melakukan kurban. Jumlah ini berdasarkan hasil pendataan terhadap permintaan hewan kurban tahun ini di Makassar.
"Yang disiapkan RPH di dalam kandang sekitar 600 ekor, tapi yang kemungkinan terpotong di hari kurban dan hari 3 tasyrik mungkin lebih kurang sekitar 275-300," ungkapnya.
Ridwan mengaku pihaknya sudah mulai melakukan penyembelihan sebanyak 2 ekor sapi sejak, Sabtu (9/7). Kemudian sehari setelahnya ada 77 ekor sapi kurban berdasarkan permintaan masyarakat.
"Tadi itu sekitar 77 ekor," tutur Ridwan.
Ridwan mengaku, permintaan penyembelihan di RPH Tamangapa tidak hanya dari warga, namun juga dari instansi. Salah satunya ada instansi yang mendatangkan sapi dari Kabupaten Sidrap.
"Iya, ada. Ada dari luar seperti dari SKPD kan, ada yang 11 ekor itu dari Sidrap. Cuman ya memang maunya mungkin pengurusnya panitianya membeli di sana," ucapnya.
Sementara sejumlah masyarakat yang membawa sapinya untuk disembelih di RPH Tamangapa menilai hal tersebut lebih praktis dan efisien. Warga Kecamatan Manggala bernama mengaku mendatangkan hewan kurbannya dari Maros untuk disembelih di RPH Tamangapa.
"Diberitahu kan kalau ternyata bisa kurban di sini, maksudnya bisa dipotongkan toh, jadi kita terima bersih, tinggal dibawa pulang saja begitu, tidak setengah mati lagi," ujar Ana.
Warga lainnya yang berasal dari Kecamatan Bontoala bernama Teguh juga berpendapat demikian. Menurutnya pemotongan di RPH lebih praktis, terutama jika lahan untuk menyembelih hewan kurban tidak memadai.
"Kebetulan lahan kalau di rumah tidak memadai untuk memotong. Makanya kebetulan ada kenalan, jadi mending di sini saja, terima beres. Kan ini memang pusatnya pemotongan sapi di Makassar," jelasnya.
(sar/asm)