Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah berkunjung ke lokasi tanah retak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel). Hasilnya, 19 rumah, 1 SD, termasuk Puskesmas Pembantu (Pustu) disarankan direlokasi.
"Kami sampaikan, ada 19 rumah di sana yang masuk kategori rawan, juga satu sekolah dan satu Puskesmas pembantu," ujar Kepala Sub Koordinator Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Gerakan Tanah (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumaryono kepada media, Jumat (10/5/2022).
Sumaryono menjelaskan, berdasarkan hasil kunjungan ke lokasi tanah retak di Desa Suppirang, Kecamatan Lembang tersebut, 19 rumah, 1 desa dan 1 Pustu sudah sebaiknya direlokasi. Meskipun, ia mengakui proses relokasi pada dasarnya tidak mudah.
"Relokasi sebenarnya pilihan terakhir, tetapi kalau melihat perkembangan nantinya retakan terus bertambah besar, maka tentu opsi relokasi harus dilakukan," bebernya.
Terutama yang menurutnya mendesak untuk relokasi yakni bangunan SD dan Pustu tersebut. Dua bangunan ini merupakan bangunan vital dan akan sangat berbahaya jika sewaktu-waktu terdampak retakan kembali.
"Tidak mudah merelokasi, tetapi yang perlu prioritas SD yang perlu segera dipindahkan sebab anak-anak yang belajar di situ. Sebaiknya mereka tidak lagi menggunakan sekolah itu," sarannya.
Selain itu, PVMBG juga meminta Pemda maupun warga segera menutup lubang retakan yang sudah ada. Hal ini untuk mengantisipasi retakan kian meluas.
"Sebagai bentuk antisipasi retakan tidak membesar, kami sudah sampaikan kepada Pak Desa bersama warga untuk menutup retakan dengan material berupa tanah," kata Sumaryono.
Sumaryono juga menyarankan pemerintah dan warga setempat di membuat aliran air dari retakan yang terjadi. Pembuatan aliran air ini agar bekas retakan tidak tergenang ketika hujan.
"Segera buat aliran air supaya kalau hujan air tidak tergenang di retakan tadi sehingga bisa menyebabkan longsor," jelasnya.
Adapun penyebab retakan tanah tersebut menurutnya dipicu curah hujan tinggi dan kondisi lokasi yang berupa lereng-lereng. Ketika hujan turun, maka air tinggal di dalam retakan tersebut.
"Kondisi alam memang lereng terjal di sana. Rawan terjadi bencana saat curah hujan tinggi," paparnya.
Sumaryono menegaskan, secara resmi rekomendasi dari hasil kunjungan tersebut akan segera disampaikan ke Pemda Pinrang. Rekomendasi ini yang akan menjadi dasar bagi Pemda Pinrang untuk melakukan langkah selanjutnya.
"Kami akan komunikasi dengan BPBD, kami akan akan sampaikan rekomendasi yang segera perlu dilakukan," tegasnya.
(asm/nvl)