JK menyampaikan itu saat hadir dalam Pertemuan Saudagar Bugis-Makassar (PSBM) ke-22 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), di Hotel Claro, Sabtu (14/5/2022). JK menyebutkan pada era tersebut muncul nama Aksa Mahmud yang sukses dengan Bosowa, kemudian Alwi Hamu yang sukses merintis Fajar.
Beberapa tokoh lain yang ikut menguasai perekonomian pada masa itu juga disebutkan JK dalam kesempatan itu adalah Litha dan Amran Sulaiman.
"Tahun 80-an ada Litha dulu pengusaha kopi orang Toraja tapi menurun, juga kemudian ada Amran tapi beliau tahun 90-an. Inilah tokoh-tokoh pengusaha yang luar biasa menguasai ekonomi Sulawesi Selatan dan Indonesia Timur," ujar JK saat memberi sambutan dalam pembukaan PSBM.
JK mengaku keberhasilan pengusaha Bugis-Makassar menjadi kebanggaan tersendiri bagi dirinya saat mengunjungi daerah-daerah lain. Karena pengusaha Bugis-Makassar juga banyak yang sukses di luar Sulawesi Selatan. Bahkan, JK mengatakan semangat pengusaha Bugis Makassar lebih terpacu di luar Sulsel.
"Kalau saya pergi ke daerah-daerah seperti Papua, Maluku, NTT, Kalimantan saya sangat bangga, itu karena pengusaha-pengusaha kita. Memang kadang-kadang orang mengatakan bahwa kita itu kuat bekerja kalau di luar. Semangat bekerja kalau di luar," ujarnya.
Tidak hanya di era 80 hingga 90-an, JK menarik jauh ke belakang bagaimana saudagar Bugis-Makassar "senior" berhasil menguasai perekonomian di tahun 50 hingga 60-an. Menurutnya era ini merupakan masa emas pengusaha Bugis-Makassar.
"Pengusaha-pengusaha Bugis Makassar paling maju tahun50-60 an.Ada fasilitas negara waktu itu di situ, tapi spirit kemajuan luar biasa. Waktu itu tidak banyak pengusaha Tionghoa yang maju, justru pengusaha-pengusaha kita yang maju," ujar JK.
JK menyebutkan era 60-70 an pengusaha pribumi di Sulawesi Selatan mengendalikan roda ekonomi. Ia menyebut beberapa tokoh pengusaha Bugis-Makassar pada masa itu seperti Adapadi Pattiwiri Ajatapparang yang menguasai perdagangan impor ekspor di nusantara, kemudian La Tanrang yang menguasai barang-barang Unilever, hingga La Tunrung yang menguasai hotel dan memiliki bank swasta terbesar pada waktu itu.
"Jadi waktu itu di sini dikuasai oleh orang pribumi, orang Makassar," kata JK.
JK Kritik Peran Saudagar Bugis-Makassar Menurun
Jusuf Kalla (JK) mengkritik peran saudagar Bugis-Makassar yang dinilai tak lagi menguasai ekonomi Indonesia timur. Menurutnya pengusaha Bugis-Makassar saat ini kalah bersaing secara nasional.
Bahkan pengusaha-pengusaha Bugis-Makassar yang dulu berjaya hanya segelintir yang bisa bertahan sampai sekarang. Banyak yang mengalami penurunan.
"Zaman dulu luar bisa kita kuasai ekonomi Indonesia Timur. Kenapa kita menurun, hotel tidak kita kuasai lagi, secara nasional juga begitu," ucapnya.
Menurutnya, saat ini pengusaha-pengusaha Bugis-Makassar tergeser oleh pengusaha Tionghoa. Untuk itu, JK berharap pengusaha-pengusaha Bugis-Makassar dapat kembali berpacu dengan semakin berkembang dan meningkatkan perannya.
Ia menilai, pengusaha Tionghoa memiliki daya saing yang tinggi, karena semakin krisis maka mereka akan semakin maju. Hal ini menjadi tantangan.
"Penguasaan ekonomi sudah di tangan teman-teman kita keturunan Tionghoa, makin krisis mereka bisa semakin maju," sambung dia.
JK Harap PSBM Jadi Kesempatan Konsolidasi Pengusaha Bugis-Makassar
JK meminta agar PSBM menjadi kesempatan konsolidasi para pengusaha Bugis-Makassar. Kontribusi saudagar sangat dibutuhkan dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga, menurut JK PSBM adalah ajang bertukaran semangat bukan hanya seputar bisnis.
"Makanya pertemuan ini kita sebut pertemuan ini pertemuan semangat bukan pertemuan bisnis melulu," kata dia.
JK mengatakan ada tiga semangat yang mesti dimiliki para saudagar keturunan Bugis-Makassar, yakni semangat pengetahuan, pengalaman dan teknologi. Tanpa itu, keinginan untuk maju hanya berhenti di angan saja.
"Tanpa pikiran semangat persaingan itu maka kita tidak bisa bersaing," ucap Wakil Presiden RI Periode 2004-2009 dan 2014-2019.
Kendati begitu, JK tidak menampik kemajuan pengusaha diiringi dengan kebijakan pemerintah yang sejalan. Kerjasama keduanya berdampak pada kemajuan negara.
"Negara maju apabila pengusaha banyak, pengusaha maju apabila kebijakan pemerintah itu sejalan," tegasnya.
Untuk itu, JK menilai PSBM kali ini sebuah momentum bagi saudagar Bugis-Makassar untuk memanfaatkan potensi alam yang dimiliki Sulsel untuk memajukan ekonomi. Dunia bisnis pun harus mendapat dukungan pemerintah daerah .
"Tidak ada kemajuan tanpa kebangkitan dunia usaha. Tapi dunia usaha dengan pemerintahan yang baik," tegas JK.
(asm/nvl)