Cegah Mudik Bikin Klaster COVID di Sulsel, Epidemiolog Minta Booster Dikebut

Cegah Mudik Bikin Klaster COVID di Sulsel, Epidemiolog Minta Booster Dikebut

Taufik Hasyim - detikSulsel
Sabtu, 26 Mar 2022 09:31 WIB
Jarak vaksin kedua dan booster penting diketahui. Tujuannya agar vaksinasi berjalan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Ilustrasi vaksin booster (Foto: Getty Images/iStockphoto/Ratana21)
Makassar -

Epidemiolog Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Ridwan Amiruddin menilai vaksinasi booster yang menjadi syarat mudik perlu dikebut karena cakupan vaksinasinya masih di bawah 5%. Ini untuk mewaspadai timbulnya klaster mudik di Sulawesi Selatan (Sulsel)

"Kalau bisa vaksin booster ini lebih awal lagi (dikebut) sebelum ada pergerakan mudik. Efektivitas vaksin itu sekitar seminggu setelah pemberian," ungkap Prof Ridwan kepada detikSulsel, Sabtu (26/3/2022).

Kebijakan wajib booster ini dinilainya sebagai salah satu upaya untuk menekan laju penularan kasus. Apalagi di Sulsel dengan positivity rate masih di kisaran 10-15% mengindikasikan peredaran COVID-19 masih tinggi di komunitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehingga mudik ini berpotensi menyebarkan COVID dari kota ke desa atau ke tempat tujuan. Terutama pemudik yang berasal dari episentrum COVID-19. Sehingga klaster mudik mesti diwaspadai," tuturnya.

Persyaratan wajib booster ini disebutnya di sisi lain akan meningkatkan cakupan vaksin ketiga yang masih rendah. Cakupannya masih sekitar 5%. Sehingga vaksinasi booster ini menantang.

ADVERTISEMENT

"Mobilisasi program harus sangat masif dan terstruktur. Apalagi waktunya singkat dan mudik yang cenderung lebih awal berpotensi membuat kebijakan ini tidak maksimal di lapangan apalagi bila akses ke booster terbatas," jelasnya.

Meskipun kasus aktif COVID-19 di Sulsel dalam tren melandai namun menurutnya masih harus kerja keras untuk bisa masuk ke fase endemi. Apalagi laju penularan dan bed occupancy ratio (BOR) masih di atas 5%.

"Ada syarat untuk bisa masuk fase endemi. Sulsel masih perlu upaya ekstra untuk menuju ke sana. Positivity rate dan BOR masih tinggi," tuturnya.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulawesi Selatan (Sulsel) mengungkap animo warga untuk disuntik vaksin booster masih rendah. Padahal vaksin booster menjadi syarat mudik sesuai yang ditetapkan pemerintah.

"Ketersediaan vaksin cukup termasuk booster. Itu ada (stoknya). Namun antusiasme warga untuk booster masih rendah," ungkap Plt Kepala Dinkes Sulsel dr Arman Bausat kepada detikSulsel, Jumat (25/3/2022)

Sesuai update data Satgas COVID-19 Sulsel yang diterima Jumat (25/3), total suntikan dosis ketiga atau booster cakupannya baru 252.512 orang atau 3,58% dari sasaran.

Ini mencakup masyarakat umum/rentan sebanyak 154.771 orang atau 3,39% dari target, lanjut usia (lansia) sebanyak 16.568 atau 2,20% dari target, petugas publik 36.620 atau 5,27% dan petugas kesehatan 42.827 atau 72,76%.

"Stoknya masih jutaan dosis ini termasuk booster. Yang sekarang jadi masalah itu orang yang mau vaksin. Susah sekali ada yang mau vaksin (booster)," bebernya.

Padahal menurutnya, layanan vaksin booster bahkan sudah bisa dilakukan sampai di tingkat puskesmas. Namun kondisinya animo warga masih sangat rendah untuk melakukan suntikan booster. Sehingga untuk membuka gerai-gerai khusus booster pemudik belum memungkinkan.

"Kalau hanya 3 atau 5 orang saja yang datang, kan lebih banyak ruginya kita buka gerai khusus booster untuk pemudik. Kasihan SDM kita di lapangan," jelasnya.

Sesuai data yang diterima Jumat (25/3), stok vaksin di Sulsel sebanyak 1.916.672 dosis. Terbanyak stok di Dinkes Sulsel tersedia 983.564 dosis. Kemudian di Bone ada 140.159 dosis. Daerah lain di Sulsel juga tersedia stok vaksin.




(tau/nvl)

Hide Ads