Antrean kendaraan yang hendak mengisi BBM di SPBU di Parepare masih terus terjadi dalam tiga terakhir. Antrean ini dipicu kelangkaan solar.
"Saya dari tadi pagi mengantre, terpaksa dari pada tidak dapat BBM, biasanya kalau begini juga dijatah Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu permobil, " jelas salah satu supir truk Amir saat ditemui detikSulsel di SPBU 7491160 di Kota Parepare, Minggu (13/3/2022).
Antrean di Kota Parepare sudah jadi pemandangan biasa dalam 3 hari terakhir. Imbasnya, mengganggu pengguna jalan lainnya karena memicu kemacetan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ini sudah dua kali bolak-balik Makassar-Polopo. Sebenarnya sudah dua minggu ini saya antre terus di sejumlah SPBU," keluhnya.
![]() |
Senior Supervisor Communication dan Relations Pertamina MOR VII Taufiq Kurniawan menyebut tidak semua SPBU di Sulawesi Selatan mengalami kekosongan stok solar. Dia berdalih adanya antrean di beberapa SPBU lantaran tingginya konsumsi BBM jenis solar akibat mobilitas tinggi.
"Saat ini beberapa pelonggaran aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah karena kita dalam tahap transisi keluar dari pandemi dengan pelonggaran tersebut aktivitas industri, masyarakat, manufaktur, pengolahan bahan baku meningkat, ini bermakna baik bahwa geliat industri kota merangkak naik dan kembali ke arah normal," terangnya.
Terkait adanya SPBU yang tidak memiliki stok solar kata Taufiq lantaran over kuota atau mendekati kuota triwulan pertama. Sehingga mereka mengerem permintaan ke Pertamina karena berdasarkan pengaturan kuota selama dua tahun terakhir ini, mereka harus mengganti selisih dari subsidi yang dikeluarkan negara.
"Ketersediaan kuota jenis solar aman hingga akhir tahun. Untuk 3 terminal BBM kita di Makassar, Parepare dan Palopo terbilang aman," tukasnya.
Antrean BBM Juga Masih Terjadi di Makassar
Kelangkaan BBM solar juga masih di Kota Makassar hingga Minggu (13/3). Pantauan detikSulsel di sejumlah SPBU di Jalan Perintis Kemerdekaan, tampak antrean truk hingga bus mengular hingga ke jalanan.
Kondisi ini sudah terjadi di Makassar sejak sepakan terakhir. Antrean truk hingga bus tersebut berimbas ke kemacetan parah di Jalan Perintis Kemerdekaan.
![]() |
Pengusaha logistik juga sebelumnya mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di Sulsel karena dinilai menghambat distribusi logistik. Kelangkaan ini bisa berdampak ke ekonomi daerah yang mulai pulih.
"Ini sebenarnya masalah klasik yang terus berulang di Makassar dan menjalar ke daerah-daerah. Alasannya adalah kuota yang terbatas segala macam, padahal penyalur (Pertamina) tidak pernah bisa menemukan formulasi efektif agar kelangkaan bisa diminimalisir," ungkap Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Sulselbar Syaifuddin Saharudi dalam keterangannya, Jumat (11/3).
Padahal kelangkaan solar ini disebutnya bisa mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang mulai pulih terganggu. Aktivitas logistik dan transportasi tersendat karena kendaraan angkutan kesulitan mendapatkan pasokan BBM.
"Kondisi kelangkaan solar yang terjadi seminggu terakhir menjadi bukti sistem pendistribusian yang karut-marut oleh PT Pertamina Patra Niaga," tuturnya.
Ipho sapaan karibnya menuturkan saat ini memang terjadi peningkatan konsumsi solar yang cukup besar karena ekonomi mulai bergeliat. Namun ini sesuatu yang wajar di setiap momentum menjelang Ramadan. Disparitas harga yang besar antara solar yang dijual Rp 5.150 per liter dengan Dexlite Rp 13.250 per liter perlu jadi perhatian.
"Pengusaha tentu memilih yang lebih murah. Jika kemudian pengusaha angkutan terpaksa menggunakan Dexlite karena solar tidak tersedia, maka dikhawatirkan memicu pula penyesuaian harga angkutan serta harga pokok barang," tuturnya.
Selain itu, kelangkaan solar ini membuat angkutan logistik harus mengantri puluhan jam di SPBU. Menurutnya pengiriman jadi tersendat sehingga menimbulkan beban logistik.
"Solar langka, barang-barang kebutuhan masyarakat jadi langka juga karena distribusi tersendat. Kalau begini, ekonomi kita secara luas jadi korban, masyarakat luas terutama," tuturnya.
(tau/nvl)