Air merupakan kebutuhan penting yang harus tersedia di rumah. Air yang tersedia harus jernih dan aman digunakan untuk mencuci, memasak, hingga mandi.
Sayangnya, masih banyak kejadian rumah-rumah zaman sekarang kondisi airnya tidak bagus. Ada yang kekuningan, berbau, hingga mengandung zat-zat yang dapat membuat kulit iritasi.
Cara mengatasi hal ini sebenarnya mudah. Ketika melakukan survei rumah, kita mengecek kondisi airnya langsung atau bertanya dengan tetangga yang sudah menempati rumah di sana.
Namun, bagaimana caranya jika rumah yang hendak kita beli itu belum dibangun atau baru setengah dibangun?
Menurut pengamat properti yang juga Direktur Global Asset Management Steve Sudijanto konsumen harus bertanya kepada pengembang mengenai air yang akan digunakan. Jenisnya ada yang air sumur dan air PAM. Apabila memakai air PAM berarti setiap bulan pembeli harus membayar tagihan air tersebut.
"Air itu kan sumbernya dari air tanah atau air PAM kan? Ya sekarang kita diwajibkan semua real estate itu pakai air PAM. Tapi kalau dia tidak punya air PAM, dia mempunyai reservoir atau sumber air sendiri, itu kita harus tanya kapasitasnya berapa," kata Steve saat ditanya detikcom, pada Senin (1/12/2025).
Selain sumbernya, Steve mengatakan konsumen perlu mencari tahu apakah jumlah air bersih yang nantinya tersedia bisa memenuhi kebutuhan setiap KK. Sebab, sekarang ditemukan sebuah perumahan kesulitan air karena pasokannya tidak cukup.
Sementara, untuk masalah air jernih atau tidak, Steve mengatakan saat ini sudah ada filter yang dapat membantu membersihkan air.
"Jadi pertama volumenya dulu, kalau kualitas bisa diakalin dengan pakai filter. Tapi kalau sudah sumbernya nggak ada, kan kita bisa repot," ujar Steve.
Terpisah, kontraktor dari Rebwild Construction Wildan menyatakan untuk mendapatkan rumah dengan kondisi air yang baik, setiap daerah memiliki karakteristik masing-masing. Ia menyarankan, jika ingin mengecek hal tersebut bisa melalui situs Pemantauan Air Tanah dan Subsidence Terintegrasi (SIPASTI) yang dikelola oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Ia mengatakan ada beberapa lahan yang berpotensi mengalami kesulitan air bersih, seperti di daerah gunung kapur, lahan bekas rawa, hingga lahan bekas timbunan. Namun, ia menegaskan perlu ada pengecekan lagi karena setiap daerah berbeda-beda.
"Kalau solusi air itu biasanya pakai filter air. Nah isi filternya beda-beda tergantung jenis airnya. Untuk tau jenis airnya perlu ngecek ke lab air, kalau di Jakarta ada lab airnya PAM JAYA," ujarnya.
Terakhir, Wildan juga menyampaikan penting untuk konsumen mengetahui dari mana sumber air di rumahnya. Pengembang juga harus jujur mengenai hal tersebut.
"Rencana si developer akan menggunakan apa air untuk MCk-nya. Karena kalau tidak dijelaskan bisa disebut penipuan," ujarnya.
(aqi/das)