Menurut CEO SobatBangun, Taufiq Hidayat, hal itu sangat tergantung dari ketinggian air banjir. Maka dari itu, hal pertama yang perlu dilakukan adalah melihat ketinggian air banjir, baru menentukan desain elevasi lantai rumah.
Namun, ketika meninggikan rumah, tak melulu harus dibongkar semua. Apabila jarak ketinggian antara plafon dengan lantai cukup tinggi, maka tidak perlu dibongkar semua bagian rumah.
"Misalnya tinggi plafon rumah 4 meter, kalau naiknya (lantai) cuma 80 cm, itu atap nggak perlu dibongkar juga, itu lebih cepat (selesai meninggikan rumah)," tuturnya kepada detikcom, Sabtu (11/8/2023).
Akan tetapi, jika jarak tinggi plafon dengan lantai cukup dekat, maka rumah perlu dibongkar.
"Misalnya (lantai rumah) ditinggiin 1 meter, berartikan mesti diurug 1 meter, lantainya berubah naik 1 meter, itu harus diurug, dipasang keramik lagi. Selama dipasang keramik kan ada plafon, tinggi plafon yang misalnya 3 meter jadi sisa 2 meter, mentok nanti kepalanya. Ya mesti ditinggiin juga plafonnya," tuturnya.
"Kalau plafon ditinggikan, itu cukup nggak keadaan atap, kuda-kuda rumahnya? Kalau misalnya nggak cukup, ya mesti dibongkar atasnya, dimodifikasi," tambahnya.
Selain itu, perlu diperhatikan juga garasi rumah. Menurutnya, jika meninggikan rumah, garasi juga perlu ditinggikan agar mobil tidak terkena banjir. Namun, perlu dilihat juga apakah carport tersebut bisa ditinggikan atau tidak.
"Memungkinkan nggak carport-nya ditinggiin? Kalau kondisi jalannya tetap kan malah susah masuk mobilnya, karena curam (jalan dari garasi ke jalan depan rumah)," ujar Taufiq.
Maka dari itu, sebelum meninggikan rumah ada baiknya mencatat ketinggian air banjir yang masuk ke dalam rumah. Setelahnya, baru merencanakan desain elevasi rumahnya seperti apa.
(zlf/zlf)