Gerakan peduli lingkungan bisa dilakukan oleh siapapun mulai dari rumah. Mulai dari dari memelihara tanaman hingga mengelola sampah rumah tangga menjadi cara akan membuat lingkungan rumah asri dan terawat.
Seperti yang dilakukan oleh Penggiat Lingkungan dan Pendiri Rumah SOPAN, Sony Teguh Trilaksono. Ia menyulap tempat tinggalnya menjadi hunian berkonsep ramah lingkungan yang dinamakan Rumah SOPAN.
Selain sebagai kediaman pribadi, rumah yang berada di Jatimakmur, Pondok Gede, Bekasi ini menjadi rumah contoh untuk kegiatan pembinaan yayasan Rumah SOPAN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Rumah SOPAN itu sebetulnya bukan rumah yang sopan, tapi rumah (dengan) singkatan dari rumah seni, olahraga, pendidikan, akhlak, dan niaga. Rumah SOPAN ini sebetulnya tempat berkegiatannya fans-nya Iwan Fals tadinya," ujar Sony ke detikcom belum lama ini.
Berawal dari tempat berkumpul fans Iwan Fals, Orang Indonesia (OI), Sony mengajak para anggota menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dari rumah. Ia juga mengajak para alumni dari sekolahnya dulu semasa SMA untuk menerapkan Rumah SOPAN.
"Tadinya yaitu tempat fans-nya Iwan Fals yang namanya OI, Orang Indonesia. Yang jumlahnya cukup banyak di Indonesia ini. Nah, mereka banyak kegiatan yang sifatnya fans, tapi juga kita ajak untuk menjadi penggiat lingkungan," ungkapnya.
detikcom berkesempatan merasakan langsung keasrian Rumah SOPAN. Dibangun di atas lahan sekitar 1400 meter persegi, rumah ini memiliki pekarangan luas di area depan, samping dan belakang.
![]() |
Pekarangan rumah terlihat sangat rindang dan segar karena dipenuhi beraneka macam tanaman. Tak tanggung-tanggung, Sony mempunyai lebih dari 400 tanaman yang terdiri dari jenis tanaman buah, sayur, obat, hingga pencegah polusi.
"Kita di sini ada jumlah tanamannya banyak ya. Itu di atas 400-an tanaman pot tapi jenisnya macam-macam," ujarnya.
Ada tanaman mangga, kesemek, jambu air, delima, tin, srikaya, sereh, hingga lidah mertua di Rumah SOPAN.
Sebagian besar pekarangan Rumah SOPAN ditutupi dengan paving block berbentuk segi enam untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah. Hal ini juga menjadi alasan banyak tanaman yang dipelihara Sony tumbuh di dalam pot.
"Kita ini semuanya banyak menggunakan pot. Menggunakan teknologi tabulampot. Karena memang lahan kita terbatas," imbuhnya.
Menurutnya, setiap rumah harus memelihara tanaman, meskipun lahan terbatas, bahkan tidak ada pekarangan. Sony pun memaksimalkan area rumahnya dengan memanfaatkan tembok pekarangan untuk menaruh pot.
![]() |
Selain memiliki banyak tanaman, Rumah SOPAN menerapkan sistem mengolah sampah rumah tangga. Sony menyediakan tiga jenis tempat sampah di sekitar rumah, yakni sampah organik, anorganik, dan sampah B3 (bahan beracun dan berbahaya).
"Saya sangat prihatin dengan kondisi lingkungan yang makin parah. Yang terutama sampah yang menggunung, bagaimana mengolahnya juga tidak tahu. Masyarakat (dan) pemerintah tidak tahu bagaimana (mengolah sampah)," tuturnya.
"Maka saya coba untuk mencari solusi, paling tidak tingkat level rumah saya untuk mengolah lingkungan dan mengolah sampah sendiri," sambuh Sony.
Terdapat 80 lubang resapan biopori yang tersebar di lingkungan rumah untuk membuang sampah dapur agar terurai secara alami. Uniknya, banyak lubang biopori di Rumah SOPAN dibuat di area paving blok dan ditutup besi, sehingga lantai pekarangan tampak lebih estetik.
![]() |
Sementara itu, sampah dedaunan diolah menjadi kompos menggunakan bak komposter. Lalu, sampah anorganik dari bahan plastik, gelas, dan kaleng dijual ke bank sampah untuk didaur ulang.
Sampah B3 juga diserahkan ke bank sampah, namun untuk dimusnahkan. Adapun sampah anorganik kecil yang sudah tidak bisa dijual, seperti kemasan obat dan sobekan kemasan plastik didaur ulang oleh Sony menjadi ecobrick.
Sony sudah lebih dari 20 tahun mengolah sampah dan sudah belasan tahun tidak membuang sampah ke luar rumah.
"Sejak 2005 saya sudah tidak membuang sampah keluar, terutama sampah yang dikirim ke tukang pemulung atau tukang sampah. Kita sekarang kelola sendiri Dan itu sudah lebih dari 15 tahun. Alhamdulillah, nggak ada masalah karena sebetulnya mudah," ungkapnya.
![]() |
Kemudian, Sony memanfaatkan bahan-bahan daur ulang untuk menghias pekarangan rumah. Mulai dari penggunaan kayu bekas untuk membuat gerbang, furniture, dan lukisan. Bahkan, ia memanfaatkan ecobrick, sampah plastik yang dipadatkan untuk membuat bangku.
"Banyak lukisan kayu saya buatkan, saya cat gitu untuk kita. Jadi itu semuanya barang bekas. Kayak bangku-bangku ini semuanya barang-barang bekas kita pakai, jadi bukan barang yang baru," jelasnya.
![]() |
Selain memajang tanaman hias warna warni, Sony menghias dan melengkapi pekarangan rumahnya dengan gerbang, lukisan, area duduk, pendopo, gazebo, hingga kolam ikan.
"Jadi unsur kayu, unsur warna, unsur lingkungan, dan unsur estetika, itu kita kombinasikan. Jadi kalau Anda masuk ke sini, pasti ada unsur kayunya, ada unsur airnya," pungkasnya.
Mau tahu berapa cicilan rumah impian kamu? Cek simulasi hitungannya di kalkulator KPR.
Nah kalau mau pindah KPR, cek simulasi hitungannya di kalkulator Take Over KPR.
(dhw/dhw)