Konsep rumah ramah lingkungan sudah menjadi perhatian sebagian masyarakat dan arsitek. Sebuah rumah di kawasan Kelapa Gading menerapkan konsep ini dengan menerapkan efisiensi energi dan memanfaatkan bahan daur ulang.
Rumah tersebut dibangun di atas lahan sekitar 260 meter persegi pada tahun 2013 hingga 2014 oleh Yensen Aliamin. Rumah dua lantai ini berisikan 4 kamar tidur dan 4 kamar mandi di dalam rumah ini. Adapun pembangunan rumah tersebut memakan biaya sekitar Rp 1 miliar.
![]() |
Efisiensi Energi
Ia memang memiliki perhatian terhadap lingkungan dan gaya hidup keberlanjutan, sehingga menerapkannya dalam bangunan rumahnya. Salah satunya dengan meminimalkan penggunaan AC di dalam rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebetulan lahan saya itu menghadap ke barat, jadi kalau menghadap barat di Indonesia di bawah garis khatulistiwa, berarti sangat panas," ungkap Yensen kepada detikcom, Minggu (2/6/2024).
Ia pun melakukan berbagai pendekatan untuk menghadapi kondisi tersebut. Dari segi desain, Yensen menghindari masuknya cahaya matahari dari depan rumah. Namun, ia membuat lubang-lubang yang memungkinkan angin masuk ke dalam rumah.
"Kalau depan itu jangan terlalu banyak masuk cahaya matahari. Kemudian, udara juga harus lancar, supaya kalau ada panas terkumpul, panasnya itu akan meminimalisir (atau) meredam panas tersebut," katanya.
![]() |
Yensen memastikan ada sirkulasi udara di dalam rumah dengan membuat ventilasi silang. Selain membuat celah untuk angin masuk dari depan rumah, ia membiarkan area belakang rumah terbuka dengan pintu dari kawat berlubang.
Lalu, tampak juga beberapa jendela berukuran cukup besar serta dipadukan dengan jalusi di bagian bawah.
Sementara dari segi material, ia menggunakan styrofoam yang dapat menahan hawa panas masuk ke dalam rumah. Sebagian besar area tembok memiliki lapisan styrofoam di antara dua lapisan semen. Bahkan, area lantai pun juga memanfaatkan bahan styrofoam.
"Kalau kena matahari, semen itu kan jadi panas, tapi dia nggak bisa melewati styrofoam," ungkapnya.
![]() |
Lalu, ia sebisa mungkin menggunakan ubin tegel yang sederhana dibandingkan marmer, tetapi tetap terasa adem. Menurutnya, upaya-upaya ini membantu membuat rumah terasa adem.
Ia mengaku hanya menggunakan satu AC di kamar tidur dan kipas angin di ruangan lainnya. Menariknya, tagihan listrik rumahnya tidak sampai Rp 400 ribu per bulannya.
Menggunakan Bahan Daur Ulang
Tak hanya hemat energi, Yensen menggunakan bahan-bahan bekas yang didaur ulang. Hal ini dilakukan untuk menerapkan prinsip ekonomi sirkular.
Salah satunya ia menggunakan bahan kayu jati bekas untuk membuat furniture dan interior rumah. Ia mengatakan pemakaian bahan bekas bisa menghemat produksi karbon.
![]() |
"Dari bahan bekas itu jadi lemari, kemudian juga jadi tempat tidur saya, jadi meja makan, meja makan itu pintunya rumah tua sebenarnya itu, ada juga dijadikan bingkai, segala macam banyak. Sisa-sisanya itu dipakai tatakan rak buku," jelasnya.
Selain itu, ia juga memanfaatkan pohon tua untuk membuat railing tangga. Menurutnya, menggunakan bahan-bahan bekas cukup ekonomis.
![]() |
Dekorasi Unik
Rumah ini mengusung nuansa warna yang netral seperti coklat dan abu-abu. Ia bahkan menggunakan cat tembok dari tanah untuk mendapat warna coklat pada eksterior rumah. Kemudian, sebagai aksen menonjol di antara nuansa netral, ia mewarnai pintu rumah dengan merah cerah yang terinspirasi dari pintu klenteng.
![]() |
Lalu, terdapat banyak elemen kayu dan batu-batuan di rumah ini. Sebagian lantai juga tampak unik dengan bentuk seperti susunan-susunan batu. Yensen berkreasi dengan membuat bentuk seperti susunan batu di depan rumahnya pada lantai. Ia juga mengaplikasikan ide tersebut pada bentuk rak bukunya.
Terpisah, Arsitek Denny Setiawan yang merancang rumah ini menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Salah satunya dengan membuat denah yang memungkinkan ventilasi silang.
![]() |
"Setiap kamar daripada rumah ini punya view atau pencahayaan yang baik terhadap taman. Lalu di wilayah barat meminimalkan bukaan tapi memastikan cross ventilation tetap terjadi, jadi kita menggunakan bilah-bilah besi yang kita atur supaya angin tetap masuk, tapi cahaya matahari yang panas tidak masuk," kata Denny kepada detikcom belum lama ini.
Lalu, banyak bahan bangunan menggunakan bahan bekas, termasuk kayu, ubin, hingga styrofoam. Ia menyebut menggunakan bahan daur ulang membuat proyek pembangunan rumah ini bisa hemat cukup signifikan sebesar 15-20 persen daripada bangunan konvensional.
(dhw/dna)