8 Tahun Bersengketa, Ini Kronologi Cek Cok Anak Lee Kuan Yew soal Rumah Warisan

8 Tahun Bersengketa, Ini Kronologi Cek Cok Anak Lee Kuan Yew soal Rumah Warisan

Sekar Aqillah Indraswari - detikProperti
Senin, 15 Des 2025 14:01 WIB
8 Tahun Bersengketa, Ini Kronologi Cek Cok Anak Lee Kuan Yew soal Rumah Warisan
Rumah Lee Kuan Yew. Foto: Edgar Su/REUTERS
Jakarta -

Membahas rumah mendiang Lee Kuan Yew, Perdana Menteri Pertama Singapura, tidak bisa terlepas dari cerita konflik yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Properti ini telah memecah belah hubungan anak-anak Lee Kuan Yew, terutama antara Lee Hsien Loong dan Lee Hsien Yang.

Pemicunya adalah Lee Hsien Loong dan Lee Hsien Yang memiliki keputusan berbeda mengenai rumah peninggalan orang tua mereka.

Lee Hsien Yang ingin rumah tersebut dirobohkan sesuai dengan isi wasiat Lee Kuan Yew. Sementara itu, Lee Hsien Loong menyatakan nasib rumah tersebut harus diputuskan oleh pemerintah Singapura. Rumah tersebut bisa menjadi bangunan bersejarah nantinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Foto-foto Kenangan Almarhum Lee Kuan Yew. File/detikFoto.Foto: istimewa

Dilansir dari Business Times, Lee Kuan Yew memang sudah beberapa kali mengatakan setelah peninggalannya, rumah tersebut sebaiknya dirobohkan. Ia pernah mengatakan ini dalam sebuah catatan kepada Kabinet pada Oktober 2010. Dalam pernyataannya itu ia juga menyebutkan bahwa keluarganya setuju bahwa rumah itu tidak boleh ditelantarkan sebagai peninggalan.

Pernyataan yang sama juga diucapkan dalam bukunya yang berjudul Hard Truths to Keep Singapore Going pada 2011. Terakhir, keinginan yang sama dituliskan di dalam klausul surat wasiat terakhir Lee Kuan Yew tertanggal 17 Desember 2013.

ADVERTISEMENT

Di dalamnya, ia menyatakan keinginan dirinya dan istrinya, Kwa, agar rumah itu dihancurkan segera setelah kematiannya. Namun, apabila putrinya ingin terus tinggal di sana, rumah tersebut bisa dipertahankan.

"Jika anak-anak kami tidak dapat merobohkan rumah ini karena adanya perubahan dalam hukum, peraturan, atau ketentuan yang mengikat mereka, saya berharap rumah ini tidak pernah dibuka untuk orang lain kecuali anak-anak saya, keluarga mereka, dan keturunan mereka."

Klausul ini terdapat dalam empat dari tujuh surat wasiatnya yang dibuat sejak 20 Agustus 2011, tetapi dihapus dalam surat wasiat kelima dan keenam.
Setelah Lee Kuan Yew meninggal, rumah tersebut yang berada di 38 Oxley Road diwariskan kepada putra sulungnya, Lee Hsien Loong.

Awal Mula Konflik Mencuat ke Publik

Dua tahun setelah kematian sosok pendiri Singapura, tepatnya pada Juni 2017, putri dan putra bungsu Lee Kuan Yew, yakni Lee Wei Ling dan Lee Hsien Yang menuduh kakak sulung mereka, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri, Lee Hsien Loong, telah menentang keinginan ayah mereka untuk merobohkan rumah tersebut.

Mereka juga menuduh Lee Hsien Loong dan istrinya, Ho Ching, ingin memanfaatkan warisan Lee Kuan Yew untuk kepentingan politik mereka sendiri. Mereka juga mengungkapkan bahwa pada Juli 2016 diberitahu bahwa sebuah komite menteri telah dibentuk untuk mempertimbangkan berbagai opsi terkait nasib rumah orang tua mereka. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Lee Hsien Loong di Parlemen pada April 2015.

Semua tuduhan ini ditulis oleh dua bersaudara tersebut dalam media sosial Facebook.

Lee Hsien Loong membantah tuduhan mereka dan mengatakan bahwa ia telah menarik diri dari semua keputusan pemerintah yang berkaitan dengan properti tersebut. Ia juga sudah melepaskan kepemilikan rumah tersebut karena mengetahui bahwa saudara-saudaranya tidak senang dia mendapatkan rumah itu pada 2015.

Selain melepas kepemilikan, Lee Hsien Loong menolak tawaran adiknya, Lee Wei Ling, yang ingin menebus rumah tersebut seharga 1 dolar Singapura atau saat ini setara dengan Rp 12.902. Lee Hsien Loong akhirnya bekerjasama dengan Lee Hsien Yang untuk menjual rumah tersebut dengan harga pasar yang wajar ditambah sumbangan untuk amal. Ia juga meminta maaf kepada warga Singapura karena perselisihan yang terjadi pada keluarganya.

Di tahun yang sama, Wakil Perdana Menteri saat itu, Teo Chee Hean, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa ia telah membentuk komite menteri termasuk menteri yang bertanggung jawab atas warisan budaya, masalah tanah, dan perencanaan kota.

Baca selengkapnya di halaman berikutnya...

Pemerintah Singapura Tertarik Melestarikan Rumah Lee Kuan Yew

Setahun kemudian, yakni pada 2018 komite menteri menjabarkan beberapa kemungkinan status untuk rumah Lee Kuan Yew, seperti dilakukan pelestarian, pembongkaran, dan pembangunan kembali.

Komite mencatat bahwa Lee Kuan Yew lebih memilih agar properti tersebut dihancurkan. Komite menambahkan: "Namun, beliau juga bersedia menerima opsi selain penghancuran, asalkan dibuat pengaturan yang sesuai untuk memastikan bahwa: (i) properti tersebut direnovasi dan dijaga agar tetap layak huni; dan (ii) privasi keluarga dilindungi."

Lee Wei Ling Meninggal Dunia

Lee Wei Ling meninggal pada Oktober 2024, tetapi konflik antar saudara itu belum berakhir. Lee Hsien Yang tidak dapat menghadiri pemakaman kakaknya karena tidak berani kembali ke Singapura karena merasa terancam imbas konflik ini. Pada akhir 2024, Lee Hsien Yang mengungkapkan telah mendapat suaka dari Inggris dan akan menetap di sana.

Selain itu, sebagai pemilik properti tersebut, ia mengajukan permohonan kepada pihak berwenang agar rumah tersebut dihancurkan. Saat itu, Dewan Warisan Nasional mengatakan mereka hendak mempelajari properti tersebut apakah layak untuk dilestarikan.

Pemerintah Singapura Menetapkan Rumah Lee Kuan Yew Monumen Nasional

Mulai 13 Desember 2025, rumah Lee Kuan Yew telah berstatus sebagai monumen nasional Singapura ke-77. Kementerian Kebudayaan, Komunitas dan Pemuda (MCCY) dan Dewan Warisan Nasional (NHB) mengatakan pemerintah bermaksud untuk mengakuisisi lokasi tersebut guna melindungi dan melestarikannya sesuai dengan nilai sejarah dan kepentingan nasional.

Dalam pernyataan resmi itu juga pemerintah Singapura menjelaskan alasan mereka bersikeras mengubah properti pribadi tersebut menjadi aset milik negara. Salah satu faktornya adalah nilai sejarah bangunan tersebut.

Rumah ini telah menjadi saksi peristiwa-peristiwa penting pada1950-an yang menandai perjalanan Singapura menuju kemerdekaan. Oleh karena itu, pemerintah Singapura melihat rumah tersebut lebih dari sekadar rumah sosok penting pendiri Singapura modern, Lee Kuan Yew.

"Tempat ini juga menjadi lokasi percakapan, kegiatan, dan pengambilan keputusan oleh para pemimpin pendiri kita dan tokoh-tokoh kunci lainnya yang secara mendalam membentuk arah gerakan kemerdekaan Singapura dan sejarah nasional kita selanjutnya," ujar mereka.

"Situs ini menjadi saksi diskusi di mana tokoh-tokoh kunci ini merumuskan visi dan rencana mereka untuk Singapura yang mengarah pada pemerintahan pertama Singapura yang sepenuhnya merdeka setelah pemilihan Majelis Legislatif tahun 1959. Hal ini menjadikan situs ini bagian yang unik dan mendasar dari kisah kemerdekaan Singapura," tambahnya.

Halaman 2 dari 2
(aqi/aqi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads