×
Ad

Matera: Kota Gua yang Dulu Dianggap Aib, Pernah Jadi Ikon Smart City

Almadinah Putri Brilian - detikProperti
Rabu, 26 Nov 2025 18:30 WIB
Matera, Italia. Foto: Corbis via Getty Images/Alessandra Benedetti - Corbis
Jakarta -

Matera, sebuah kota di Basilicata, Italia, pernah dianggap jadi aib negara walaupun kini sudah masuk dalam situs warisan dunia UNESCO. Sebelum dapat predikat aib negara itu, Matera sempat disebut jadi kota pintar alias Smart City yang berkelanjutan pada masanya.

Matera pernah menjadi komunitas yang sukses dan maju dengan sistem pengumpulan dan penyaluran air hujan bawah tanah.

Pada 1991, sebuah hamparan bunga di Piazza Vittorio Veneto, dekat dengan Sassi, jatuh ke bawah. Banyak pekerja yang menyelam untuk melihat ada apa di bawah hamparan bunga tersebut. Ternyata, hamparan bunga itu dibangun di atas waduk besar.

Penemuan di bawah hamparan bunga di Piazza Vittorio Veneto, yang ternyata adalah Palombaro Lungo bawah tanah, hanyalah contoh lain dari kecanggihan tersebut. Diibaratkan seperti "katedral air", waduk abad ke-16 ini, yang memiliki kedalaman 16 meter dan panjang 50 meter, mampu menampung hingga lima juta liter air minum segar dari perbukitan tanah liat di sebelah barat kota.

Salah satu distrik di Matera yaitu Sassi, merupakan distrik kuno yang masih banyak ditemukan rumah-rumah gua yang sudah ada sejak zaman paleolitikum. Wilayah itu terus berkembang hingga disebut ahli tata kota jadi 'Smart City' pada kalanya.

Dilansir dari BBC, sejak abad ke-9, Sassi menjadi rumah bagi komunitas pemilik tanah, pengrajin, hingga petani yang erat dan sudah beradaptasi dengan kehidupan di lingkungan yang sebagian besar tandus dan berbatu. Rumah-rumah batu mereka cocok untuk musim dingin dan panas. Sementara gua-gua yang dibangun di belakang rumah mereka dipakai untuk menyimpan makanan karena suhunya yang konstan.

Penduduk setempat juga menciptakan sistem reservoir sederhana yaitu batu yang dipahat untuk menampung dan menyaring air hujan.

"Bagi sebuah kota, akses ke aliran air sangat penting. Saat aliran air tidak ada, Matera memanfaatkan mata air dan air hujan, menampungnya dalam berbagai jenis tangki yang disesuaikan untuk berbagai keperluan," ujar arsitek Sabrina Centonze, dikutip dari BBC.

Tak hanya membuat penampungan air, penduduk setempat juga mendaur ulang limbah, air limbah, serta pupuk kandang.

Masyarakat di sana juga menanam hasil buminya di kebun sendiri yang berada di atap rumah atau di pedesaan sekitar. Sebagian besar penduduk di sana merupakan vegetarian karena harga daging mahal.

Penduduk sana juga menerapkan prinsip menggunakan benda atau material secara berulang: diperbaiki, digunakan kembali, dan dialihfungsikan. Mereka juga memiliki rasa kebersamaan yang kuat, misalnya mengadakan ritual setiap bulan Agustus yaitu membuat makanan crapiata yang terbuat dari campuran kacang-kacangan.

"Itu adalah cara untuk tidak membuang kacang-kacangan yang tidak terpakai yang tidak cukup untuk satu keluarga, tetapi dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit, mereka semua dapat berbagi manfaatnya," kata arsitek yang juga bekerja sebagai cultural manager untuk Matera Basilicata 2019 Foundation, Rita Orlando.

Karena alasan-alasan ini, permukiman batu tua ini sering dikutip oleh para ahli perencanaan kota kontemporer sebagai contoh utama "kota pintar" yang berkelanjutan. Dan itulah sebabnya, pada tahun 1993, UNESCO memasukkan Sassi di Matera sebagai Situs Warisan Dunia, menyebutnya sebagai "contoh permukiman troglodyte yang paling luar biasa dan utuh di wilayah Mediterania, yang beradaptasi sempurna dengan medan dan ekosistemnya".

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini




(abr/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork