Belakangan ini, hujan yang turun membasahi Jakarta bukan hanya menjadi tanda perubahan cuaca, tetapi juga menciptakan fakta yang mencemaskan. Air hujan yang selama ini dianggap menyegarkan, ternyata menurut penelitian terbaru justru menunjukkan sebaliknya.
Hasil riset oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan fakta bahwa air hujan di wilayah Jakarta telah tercemar partikel mikroplastik. Temuan ini membuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga turut memberi himbauan agar masyarakat lebih waspada terhadap potensi paparan partikel kecil yang kini ikut turun bersama hujan.
Cara pencegahan sederhana seperti menggunakan masker atau dengan menghindari aktivitas di luar ruangan saat hujan, memang bisa membantu mengurangi paparan mikroplastik. Namun, acamannya tidak hanya sampai di situ. Mikroplastik yang berasal dari limbah plastik di udara dapat terbawa turun bersama air hujan.
Mikroplastik tersebut kemudian mengendap di tanah, saluran air, hingga di kolam rumah. Akibatnya, kolam ikan yang sebenarnya tampak jernih juga dapat menjadi tempat berkumpulnya partikel mikroplastik. Kondisi ini dapat perlahan mengganggu keseimbangan alami, membuat ikan tidak sehat, dan merusak ekosistem kecil di kolam rumah.
Lantas, apa dampak berkelanjutannya dan bagaimana cara mencegahnya? Simak penjelasan berikut.
Air Hujan Menjadi Jalur Masuk Mikroplastik Ke Kolam Ikan
Situasi ini menjadi bahaya yang tidak terlihat bagi pemilik rumah yang memiliki kolam ikan. Air hujan yang turun atau juga mengalir dari atap, pipa saluran air, dan halaman, dapat membawa partikel mikroplastik. Partikel ini berasal dari cat, serpihan plastik, hingga debu kendaraan.
Saat air tersebut masuk ke kolam tanpa penyaringan, mikroplastik akan mengendap di dasar kolam atau juga bisa melayang di permukaan, tempat biasa ikan berenang dan mencari makan. Secara perlahan, partikel berbahaya ini dapat tertelan oleh ikan secara tidak sengaja.
Berdasarkan jurnal penelitian berjudul "The Occurrence and Removal of Microplastics from Stormwater Using Green Infrastructure" yang ditulis oleh Anna Kwarciak dan Magdalena Madela di jurnal MDPI Water, membuktikan bahwa konsentrasi mikroplastik dalam air hujan dapat mencapai 200 partikel per-liter. Para peneliti juga menemukan bahwa jenis yang paling sering ditemukan adalah serat dan fragmen plastik, yang ukurannya sangat kecil dan mudah tersuspensi dalam air.
Hal itu menunjukkan bahwa setiap kali hujan deras turun di Jakarta, kolam ikan di rumah berisiko menjadi tempat penumpukan partikel plastik. Partikel-partikel ini sangat kecil, bahkan mustahil terlihat oleh mata manusia.
Dampak Mikroplastik bagi Ikan dan Kualitas Air
Mikroplastik bukan hanya benda asing yang mencemari air. Partikel ini juga dapat menyerap bahan-bahan kimia yang berbahaya, seperti logam berat dan pestisida.
Saat mikroplastik masuk ke dalam kolam ikan dan ikan menelan mikroplastik itu, partikelnya akan terjebak di dalam sistem pencernaan ikan dan menyebabkan gangguan metabolisme. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menghambat pertumbuhan ikan, menurunkan daya tahan tubuh, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan reproduksinya.
Penelitian dari MDPI Water tersebut juga menegaskan bahwa air hujan memang dapat berperan utama sebagai pembawa mikroplastik dan polutan ke ekosistem perairan. Termasuk kolam ikan di rumah yang seringkali tidak memiliki sistem filtrasi modern.
Lebih parahnya lagi, mikroplastik yang mengendap di dasar kolam, dapat menjadi sumber pencemar dalam waktu yang panjang. Partikel ini sulit terurai dan bisa terus bersirkulasi di dalam air, bahkan ketika kolam dikuras dan digantikan dengan air yang baru. Bagi kolam dengan ikan hias, kondisi ini dapat menurunkan kejernihan air dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat.
Langkah Pencegahan dan Solusi Ramah Lingkungan
Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, dr Nadia, menyebut melalui momentum ini publik harus semakin memperkuat kesadarannya terhadap bahaya sampah plastik dan pentingnya mengurangi penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan itu, memastikan sampah plastik tidak menumpuk di area terbuka menjadi satu hal yang penting, karena plastik bisa terurai menjadi partikel mikro dan terbawa hujan ke sumber air.
Berdasar hasil riset dari MDPI Water, menunjukkan bahwa penggunaan sistem bioretensi, taman resapan air, dan lapisan penyaring alami seperti kerikil, pasir, dan biochar mampu menyaring hingga 90-97% mikroplastik dari aliran air hujan. Prinsip ini dapat diterapkan di rumah dengan cara sederhana.
Cara tersebut seperti menambahkan lapisan penyaring di saluran masuk air kolam atau membuat area resapan kecil agar air hujan disaring sebelum masuk ke kolam ikan. Dengan cara ini, partikel berbahaya bisa tertahan di tanah atau lapisan penyaring dan tidak langsung masuk ke air kolam.
Menjaga Kolam dan Ikan dari Ancaman Tak Terlihat
Air hujan yang terlihat jernih, ternyata juga menyimpan partikel mikroplastik yang dapat mencemari lingkungan sekitar rumah, termasuk kolam ikan hias. Jika terus dibiarkan, partikel kecil ini dapat membuat kualitas air menurun dan ekosistem ikan menjadi terganggu.
Hasil riset MDPI Water, menunjukkan air hujan kini menjadi salah satu jalur utama penyebaran mikroplastik di perairan. Hal serupa juga dapat terjadi di Jakarta, mengingat air hujan di Jakarta juga sudah membawa mikroplastik yang cukup berbahaya.
Penting bagi kita untuk lebih waspada dengan menjaga kebersihan lingkungan rumah, memasang penyaring air hujan, terlebih di rumah yang memiliki kolam ikan hias, serta mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Semoga bermanfaat.
(das/das)