Mikroplastik di Air Hujan Jakarta, Pakar UGM Ungkap Fakta Ini

ADVERTISEMENT

Mikroplastik di Air Hujan Jakarta, Pakar UGM Ungkap Fakta Ini

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 26 Okt 2025 13:00 WIB
Warga menggunakan payung menerobos gerimis di pelican crossing Jl Thamrin, Jakarta, Senin (14/7/2025). Curah hujan terpantau masih tinggi meskipun sudah memasuki musim kemarau. Berdasarkan prediksi curah hujan bulanan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), anomali curah hujan di atas normal berlangsung sejak Mei hingga Oktober 2025.Β  BMKG memprediksi bahwa kemarau 2025 akan mengalami keterlambatan di sekitar 29 persen Zona Musim (ZOM), terutama di wilayah Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Foto: Ari Saputra/detikcom/Hujan di Jakarta
Jakarta -

Hasil studi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik. Sumbernya dari debu kendaraan, sisa pembakaran sampah plastik, hingga serat sintetis pakaian di udara yang jatuh bersama air hujan.

Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Annisa Utami Rauf, SPd, mengatakan fenomena tersebut menjadi pertanda fase baru pencemaran lingkungan.

Sebab, keberadaan mikroplastik di atmosfer, air hujan, dan awan, menunjukkan bahwa siklus plastik sudah menjangkau seluruh lapisan lingkungan dan bersifat global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisa Mengancam Kesehatan Manusia

Sebelumnya, riset Yize Wang dan rekan-rekan dalam jurnal Environmental Chemitry Letters (2023) menunjukkan awan di atas Gunung Fuji dan Gunung Oyama mengandung mikroplastik. Hujan plastik yang turun dari awan ini menurut peneliti dapat mengkontaminasi lahan pertanian dan air.

Hasil studi tersebut dipublikasi dengan judul Airborne hydrophilic microplastics in cloud water at high altitudes and their role in cloud formation, 14 Agustus 2023 lalu.

ADVERTISEMENT

"Mikroplastik sudah menyebar di berbagai media lingkungan, termasuk udara dan awan. Kalau kita tidak menghentikan sumbernya, dampaknya bisa semakin luas," kata Annisa.

Ia menambahkan, dampak mikroplastik tersebut mengancam makhluk hidup.

"Ancaman mikroplastik terhadap kesehatan manusia sangat besar. Pada studi hewan, partikel ini sudah ditemukan di beberapa organ dan berpotensi menyebabkan gangguan reproduksi," kata Annisa, dikutip dari laman UGM, Minggu (26/10/2025).

Diketahui, mikroplastik bisa masuk lewat saluran pernapasan, pencernaan, maupun kulit. Sumber utama paparan terhadap manusia dari kemasan plastik makanan dan minuman.

Ia menjelaskan, setiap orang punya tingkat kemampuan berbeda dalam melepaskan atau menahan partikel mikroplastik yang masuk ke tubuh. Kendati demikian, pencegahan masuknya mikroplastik menjadi penting.

"Kita belum tahu pasti seperti apa efeknya, tapi yang jelas upaya preventif harus dijalankan sedini mungkin," ucapnya.

Usul Cara Kurangi Mikroplastik di RI

Annisa mengatakan, ada sejumlah cara untuk mengurangi mikroplastik di Indonesia. Cara ini perlu melibatkan warga, industri, dan pemerintah.

Reduce dan Reuse

Ia menilai konsep mengurangi penggunaan plastik dan memakai kembali benda berbahan plastik masih paling efektif mengurangi potensi penumpukan mikroplastik di alam. Dalam hal ini, pemerintah perlu memperkuat kebijakan pengurangan sampah dari hulu ke hilir.

Contohnya yakni produsen penghasil plastik dikenakan kebijakan mengambil kembali sampah plastik yang dihasilkan (taking back trash program).

"Pemerintah dan industri harus bekerja sama agar sampah tidak berakhir di tempat pembuangan akhir," ucapnya.

Diketahui, penumpukan sampah di TPA turut berkontribusi pada akumulasi mikroplastik di alam dan masuk ke tubuh manusia.

Sementara itu, warga menurutnya penting untuk membiasakan pengurangan pemakaian kemasan plastik sekali pakai. Hal ini kemudian juga dibiasakan pada anak-anak.

Contohnya, gunakan wadah nonplastik, membawa botol minum sendiri, dan mengurangi konsumsi makanan dalam kemasan plastik.

"Kita bisa mulai dari hal kecil seperti membawa botol minum sendiri atau menghindari kantong plastik saat berbelanja. Upaya kecil ini berkontribusi besar dalam menekan akumulasi mikroplastik di lingkungan," ucap Annisa.

Insentif buat Warga

Ia mengatakan, program insentif juga bisa mendorong warga untuk aktif mengurangi sampah plastik. Ia mencontohkan, sejumlah negara lain menerapkan pemberian insentif bagi warga yang mengembalikan produk lama. Warga juga mendapat insentif jika mendaur ulang limbah plastik.

Dikutip dari Plastic Technology, di Jerman, terdapat sistem Pfand untuk penggunaan botol plastik sekali pakai. Warga membayar deposit kecil untuk botol plastik tersebut. Jika sudah dipakai, lalu dikembalikan ke mesin otomatis, warga akan mendapat pengembalian depositnya.

Sedangkan di Jepang, ada insentif pemerintah bagi perusahaan yang dapat mengadopsi praktik manufaktur berkelanjutan/

Praktik insentif menurut Annisa bisa diterapkan di Indonesia. Konteks sosial dan budayanya bisa disesuaikan.

"Program pengurangan sampah bisa dilakukan lewat kolaborasi industri dan masyarakat. Intinya, sampah harus dikurangi dari sumbernya," ucapnya.




(twu/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads