Mengulik Arsitektur Rumah Raden Saleh yang Dibangun Tanpa Arsitek

Mengulik Arsitektur Rumah Raden Saleh yang Dibangun Tanpa Arsitek

Sekar Aqillah Indraswari - detikProperti
Jumat, 22 Agu 2025 11:00 WIB
Bagian hall di Rumah Raden Saleh di Cikini, Jakarta
Hall di Rumah Raden Saleh di Cikini, Jakarta. Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Raden Saleh merupakan sosok maestro seni lukis terkemuka yang karyanya telah diakui dunia. Tidak hanya lukisan, ia juga memiliki karya lain yang tak kalah mahal di daerah Cikini, yakni tempat tinggalnya yang dibangun tanpa bantuan arsitek.

Rumah tersebut berada di Jalan Raden Saleh Nomor 73, Jakarta Pusat dan dibangun mengikuti selera pribadi Raden Saleh. Menurut Arsitek Konservasi Rumah Raden Saleh, Arya Abieta, pada saat itu Raden Saleh membangun rumah tersebut dibantu oleh tukang-tukang dari Jawa dan China.

Perlu diketahui, Raden Saleh sebelumnya tidak menekuni pendidikan arsitektur. Ia tinggal di Eropa selama 20 tahun untuk belajar melukis. Pembangunan rumah di Cikini dimulai pada 1852, ia terinspirasi dari salah satu vila di Jerman bernama Istana Callenberg. Vila tersebut menonjolkan fasad yang megah dan simetris, khas bangunan di Eropa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanah yang dipakai untuk membangun rumah di Cikini bukan milik Raden Saleh, melainkan milik Mr. Constantine, mantan suami dari istrinya pada saat itu.

Pria kelahiran 1807 tersebut berhasil menyelesaikan pembangunan rumah impiannya pada 1862. Jika dibuat denah, rumah tersebut membentuk gabungan geometri persegi dan lingkaran. Di mana pada bagian paling depan teras membentuk setengah lingkaran. Lalu, pada bagian depan pintu masuk, bangunan dibuat memanjang ke samping layaknya sayap karena terdapat area pemberhentian kendaraan di kanan dan kiri.

ADVERTISEMENT

Rumah tersebut kemudian memanjang dari pintu masuk utama ke belakang. Bangunan tersebut terdiri dari 2 lantai di mana tangganya berada di belakang setelah hall.

Arsitek sekaligus Adaptive Reuse Rumah Raden Saleh PGI Cikini Febe Liana mengungkapkan di dalam rumah tersebut terdapat belasan ruangan. Pada lantai pertama terdapat 8 kamar tidur yang ukurannya sama dan hall besar di tengah dengan bagian atas yang terbuka.

Pada lantai dua, terdapat 9 kamar dengan 1 kamar di bagian depan dekat balkon yang ukurannya lebih luas setara dua kali ruangan lain serta terdapat void. Semua kamar di lantai 2 pintunya mengarah ke void dan memiliki pintu ke arah balkon di luar.

Untuk gaya arsitektur rumah Raden Saleh, Arya menyebutnya sebagai paradoks. Maksudnya, desain rumah tersebut bertentangan dengan desain bangunan khas Eropa yang banyak dibangun pada abad ke-19. Rumah tersebut dapat menunjukkan arsitektur Eropa yang sangat kental, tetapi ketika masuk ke dalam, pada area samping justru tampilannya seperti arsitektur rumah di Jawa.

Unsur Jawa yang terasa pada rumah tersebut adalah pemakaian kanopi sirep, teras, jendela krepyak, hingga pagar pembatas dari kayu atau disebut dengan baluster yang berwarna coklat. Warna yang dipakai berbeda dengan kayu baluster bagian depan yang dicat putih khas Eropa.

"Jadi buat saya itu paradoks banget. Raden Saleh ternyata lebih cerdas daripada yang orang bayangkan," ujar Arya saat ditemui di Rumah Raden Saleh, Jakarta pada Rabu (20/8/2025).

Salah satu bagian dari rumah tersebut yang ia sebut didesain dengan cerdas adalah lorong pemberhentian kendaraan. Arya menjelaskan rumah-rumah megah seperti palace di Eropa biasanya memberhentikan kendaraan di depan pintu masuk karena jaraknya paling dekat. Namun, bagian ini tidak dipakai pada rumah Raden Saleh karena Indonesia merupakan negara tropis. Menurunkan penumpang tepat di depan justru akan merepotkan saat turun hujan.

Oleh karena itu, di sayap kanan dan kiri rumah terdapat semacam kanopi yang dibuat seperti lorong pendek. Lorong ini berfungsi sebagai tempat pemberhentian kendaraan. Nanti tamu akan berjalan dari samping menuju pintu masuk utama di tengah.

"Tapi yang saya tangkap inspirasinya adalah dia menginginkan rumah yang palace gitu ya. Tapi begitu dia memulainya, dia punya tantangan berbeda. Kalau di palace itu, pintu masuknya di depan. Jadi kereta kuda itu berdiri depan, saya tinggal masuk ke situ. Di sini, kalau saya melakukan seperti itu, ini tropis lho. Ada hujan. Makanya dibikin sayap kiri-kanan. Itu sebenarnya drop-off. Kalau kita lihat sekarang untuk kereta kudanya Raden Saleh gitu jadi tempat drop off juga pick-up gitu," jelas Arya.

Baca selengkapnya ke halaman selanjutnya...

Arsitektur Rumah Raden Saleh

1. Atap

Tim detikcom berkesempatan mendatangi langsung rumah Raden Saleh. Menurut penuturan Arya bentuk rumah Raden Saleh saat ini sudah banyak berubah. Khususnya bagian atap. Desain asli atap Rumah Raden Saleh mengikuti gaya Eropa.

"Jadi atap tropis itu berbeda dengan atap 4 musim. Makanya pada zaman Alatas (pemilik rumah selanjutnya) itu ditambahin banyak kanopi-kanopi," ungkap Arya.

Dari penelusuran detikcom, menurut jurnal akademik berjudul "Pelestarian Bangunan Rumah Sakit PGI Cikini (Eks Rumah Raden Saleh)" yang ditulis oleh Maulanissa Rachmani dan Antariksa, banyak ornamen atap yang dihilangkan, seperti finial, nok, parapet, dan crocket. Hal ini dikarenakan pada pemilik setelahnya ditambahkan kanopi di lantai 2 dan sekitar jendela agar air hujan bisa jatuh ke tanah dan tidak mengenai area dalam rumah.

2. Pencahayaan dan Jendela

Rumah Raden Saleh di Cikini, JakartaRumah Raden Saleh di Cikini, Jakarta Foto: Ari Saputra

Saat rumah tersebut berdiri pada abad ke-19 listrik belum tersedia. Listrik baru masuk ke area Batavia pada abad ke-20. Meski begitu, Raden Saleh menyiasati pencahayaan di rumahnya menggunakan skylight di plafon paling atas. Bagian ini membuat rumah terang pada siang hari. Pada malam hari, rumahnya diterangi dengan lampu gas atau minyak.

"Perusahaan swasta Nederlands Indische Gas Maatschappij (NIGM) mendirikan pembangkit listrik pertama di Batavia pada tahun 1897 dan itu pun listrik baru digunakan untuk lampu jalan, fasilitas publik, dan gedung pemerintah," tambah Arya.

Di rumah ini juga terdapat banyak jendela dengan berbagai bentuk. Pada bagian fasad, jendela yang digunakan berbentuk pointed arch dengan kaca khas arsitektur bangunan. Ditemukan pula jenis jendela berbeda pada kamar-kamar di lantai dua. Rata-rata jendela yang menghadap ke samping memakai jendela krepyak yang banyak digunakan di rumah-rumah Belanda.

3. Fasad Bangunan

Pada bagian fasad rumah banyak sekali kolom di lantai bawah dan atas. Pada desain asli, kolom tersebut berdiri tegak di area pintu masuk. Tersusun rapi berselang-seling dengan jendela pointed arch. Dalam jurnal tersebut disebutkan beberapa jenis kolom, yakni corinthian, kolom tuscan, kolom lekukan besi tempa, dan kolom kayu jepit.

Kolom klaster dan kolom tuscan merupakan kolom asli pada bangunan yang dipengaruhi gaya arsitektur klasik. Kolom penopang atap tambahan dibuat dengan menggunakan newel post sebagai pedestal kolom.

Gaya Eropa pada bagian fasad juga ditonjolkan pada hiasan ukiran pada dinding. Mulai dari pembuatan gevel pada bagian teratas fasad. Pembuatan pintu berbentuk niche, penegasan area dinding dengan moulding serta dibuatnya buttress dan porte-cochère yang merupakan ciri khas gaya arsitektur gotik. Namun, arsitektur tersebut juga memperlihatkan beberapa detail arsitektur gaya klasik.

4. Pintu

Rumah Raden Saleh di Cikini, JakartaRumah Raden Saleh di Cikini, Jakarta Foto: Ari Saputra

Pada bagian pintu utama, bingkainya dibuat tanpa siku atau disebut dengan niche. Pintunya pun terbuat dari kayu yang kokoh dengan dua daun pintu. Uniknya, pintu tersebut memiliki dekorasi yang berbeda antara sisi luar dan dalam. Sisi luar diukir dengan hiasan dan ornamen yang detail berbentuk trefoil, quatrefoil, flame, hingga mouchette. Sementara itu, pada sisi dalam hanya permukaan polos tanpa detail apa pun. Model pintu seperti ini ditemukan di dua sisi hall dengan posisi saling berhadapan. Bentuk pintu di lantai dua juga tidak kalah unik, tetapi tidak sebesar di lantai bawah.

5. Material Bangunan

Arya mengatakan material utama yang digunakan oleh Raden Saleh adalah kayu dan batu bata. Batu bata dipakai sebagai fondasi utama, terutama pada bagian dinding. Sementara, untuk bagian lantai di lantai dua, seluruh lantai memakai kayu jati.

Saat detikcom berkunjung, kondisi rumah Raden Saleh masih kokoh, tetapi sudah banyak terlihat retakan, cat mengelupas, bekas kebocoran di plafon, kotoran kelelawar, rayap, dan dan lantai kayu yang lapuk di lantai dua. Area atas masih aman untuk dikunjungi, meskipun harus berjalan dengan hati-hati.

Rumah tersebut sudah tidak lagi digunakan untuk kegiatan aktif rumah sakit sejak 2023 lalu. Rumah tersebut terakhir kali dipakai pada masa Covid-19 sebagai tempat penyimpanan logistik bagi perawat, dokter, dan pasien. Meskipun sebagian besar waktu, rumah ini dalam keadaan terkunci, kunjungan masih diperbolehkan asal didampingin oleh perwakilan Yayasan. Rencananya Rumah Raden Saleh akan segera dipugar.

Halaman 2 dari 2
(aqi/zlf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads