Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok) menjadi saksi bisu sejarah penting sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia. Bangunan tersebut dulunya merupakan rumah dinas Laksamana Muda Tadashi Maeda yang digunakan sebagai tempat perumusan naskah proklamasi.

Bangunan yang terletak di Jalan Imam Bonjol nomor 1 ini ternyata sudah berdiri sejak tahun 1931 alias sejak era kolonial Belanda. Siapa sangka, bangunan yang sudah hampir 100 tahun ini masih berdiri tegak dan belum pernah dilakukan pemugaran.

"Dari awal selesai dibangun sejak 1931 sampai sekarang itu kita belum pernah ada pemugaran. Jadi bangunannya itu masih tetap sama dari dulu sampai sekarang, konstruksinya ya maksudnya, konstruksinya masih tetap sama," ungkap Edukator Museum Perumusan Naskah Proklamasi Paskasius Fajar kepada detikcom belum lama ini.

Lantas, apa rahasia bangunan tersebut masih bisa berdiri kokoh walau sudah nyaris 100 tahun?

Fajar mengungkapkan hal itu bisa saja terjadi karena pemilihan material yang digunakan. Sebab bangunan itu dibangun di kawasan Menteng, yang notabenenya merupakan kawasan elit untuk tempat tinggal petinggi Belanda di Indonesia maupun bangsawan Eropa. Sudah lumrah kualitas bahan bangunan yang digunakan tidak main-main.

Arsiteknya sendiri juga merupakan seorang berkebangsaan Belanda bernama Johan Frederik Lodewijk (JFL) Blankenberg yang juga merancang bangunan yang saat ini digunakan sebagai rumah dinas Gubernur DKI Jakarta.

"Material yang digunakan kan pasti kualitasnya juga kualitas terbaik, termasuk dari kayu kemudian juga bahan-bahan dasarnya seperti batu bata dan lain sebagainya," tutur Fajar.

Walau demikian, Fajar mengakui barang-barang di Munasprok adalah hasil replika. Replika tersebut dibuat berdasarkan ingatan saksi mata yang pernah tinggal di sana, salah satunya Satzuki Mishima yang sempat menjadi sekretaris pribadi Laksamana Muda Tadashi Maeda.

Sebelum dijadikan museum, pada bagian interior rumah juga terjadi beberapa perubahan setelah dipakai oleh duta besar Inggris. Misalnya pada bagian pintu yang awalnya ada di bagian pojok berubah jadi ada di bagian tengah dan terdapat kanopi. Menurut Fajar hal itu dilakukan sebagai kepentingan protokoler.

Selanjutnya pada bagian langit-langit juga ada perubahan. Pada area masuk, langit-langitnya tampak seperti bentuk grid, sementara pada bagian area tempat perumusan naskah proklamasi bentuknya datar.

Ruang Perumusan Naskah Proklamasi, langit-langitnya datar. Foto: (Syanti Mustika/detikcom)

Lalu di area dapur kotor dulunya ada kamar mandi tetapi setelah dihuni duta besar Inggris kamar mandi tersebut dipindahkan ke area transisi.

"Betul, jadi banyak perubahan sebetulnya di rumah ini, terutama di area dalamnya. Itu dari Dubes Inggris, karena memang saat itu kan disewa kontrak lumayan lama, 20 tahun dan statusnya belum cagar budaya rumahnya, jadi masih boleh diganti-ganti," ungkapnya.

Arsitektur Munasprok

Arsitektur bangunan Museum Perumusan Naskah Proklamasi merupakan gaya art deco yang memang kala itu sedang menjadi tren di Eropa. Bagian dalamnya banyak menggunakan material kayu jati yang terkenal kokoh dan tahan lama, kaca, hingga besi.

Di dalamnya juga banyak terdapat ventilasi untuk sirkulasi udara. Sementara itu, bagian lantainya menggunakan lantai teraso. Lantai teraso terbuat dari beberapa bahan baku seperti marmer, granit, dan batu alam. Dalam catatan detikcom, jenis lantai ini dikenal menyejukkan ruangan dan memiliki corak yang menarik.

Ilustrasi lantai teraso. Foto: Pradita Utama

Bangunan tersebut terdiri dari dua lantai. Dulunya, pada lantai satu digunakan untuk menerima tamu, area makan, kamar mandi, dapur bersih serta dapur kotor. Di bagian lantai dua, terdiri dari kamar pribadi serta kamar mandi yang dilengkapi oleh bathtub, wastafel, toilet, dan water heater.

Rumah ini memiliki halaman depan dan belakang yang cukup luas. Dulunya, pada halaman depan tidak ada pagar, khas layaknya rumah-rumah di Eropa. Lalu di bagian halaman belakang terdapat bunker yang berfungsi sebagai tempat persembunyian penghuni rumah apabila terjadi peristiwa yang berbahaya.

Perawatan Rutin

Fajar mengakui meski Munasprok belum pernah melakukan pemugaran, pengelola sering melakukan perawatan rutin dan perbaikan. Sebagai contoh, apabila atap bocor, lantai rusak, maupun kaca pecah, pihaknya akan langsung memperbaikinya dengan melapor ke pemerintah daerah terlebih dahulu. Barang yang rusak akan diganti dengan yang barang yang sama atau mirip karena bangunan tersebut termasuk ke dalam cagar budaya.

"Biasanya ketika konservasi gedung itu memang ada unsur yang mengalami kerusakan saja, itu baru kita akan lakukan konservasi. Tapi untuk perawatannya itu kita lakukan rutin kayak misalkan pembersihan gedung itu rutin dilakukan," ujarnya.

Untuk biaya konservasi gedung, kata Fajar, hal itu tergantung dari kerusakan yang terjadi dan material yang dibutuhkan.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini