3 Tahun Tidur di Kolong Jembatan, Wendi Harus Kucing-kucingan dengan Satpol PP

3 Tahun Tidur di Kolong Jembatan, Wendi Harus Kucing-kucingan dengan Satpol PP

ilham fikriansyah - detikProperti
Senin, 07 Jul 2025 13:15 WIB
Wendi, memulung botol plastik bekas dari kolong jembatan Banjir Kanal Barat di seberang Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan, Kamis (3/6/2025).
Wendi, memulung botol plastik bekas dari kolong jembatan Banjir Kanal Barat di seberang Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan, Kamis (3/7/2025). Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Kolong jembatan Pasar Rumput kerap dijadikan sebagai tempat tinggal bagi sejumlah tunawisma, salah satunya adalah Wendi. Ia telah menetap di bawah jembatan tersebut selama tiga tahun terakhir.

Jembatan yang dimaksud adalah jembatan sungai yang di bawahnya mengalir Kali Ciliwung. Jembatan ini tepat berada di seberang Rusun dan Halte TransJakarta Pasar Rumput, Jakarta Selatan.

Wendi tidak tinggal sendirian, ia bersama sahabat lamanya, Amor yang telah lebih dulu menetap di bawah jembatan. Bahkan, mertua Amor lah yang mengajak Wendi untuk tinggal di situ karena sebelumnya ia tidur di pinggir jalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nggak mau saya (pindah). Semua yang udah saya jelajahi hanya di mari doang yang aman," kata Wendi saat diwawancara detikcom, Kamis (3/7/2025).

Selama tinggal di kolong jembatan, Wendi mengaku harus kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP. Meski begitu, ia tidak begitu khawatir karena Amor punya informan dari salah satu warga sekitar.

ADVERTISEMENT

Wendi menuturkan, setiap kali akan diadakan razia besar-besaran oleh Satpol PP, Amor telah diberi tahu sejak beberapa hari sebelumnya. Dengan begitu, Amor dan Wendi bisa mengemas seluruh barang-barangnya untuk dipindahkan dari kolong jembatan.

Meski begitu, hanya Wendi dan Amor saja yang diberitahu jika akan kedatangan Satpol PP untuk melakukan razia. Sedangkan tunawisma lain yang juga hidup di kolong jembatan dekat Pasar Rumput, hanya bisa pasrah tertangkap basah karena tidak mengetahui informasi tersebut.

Sebab, tunawisma yang tinggal di jembatan sungai lainnya cukup jauh dari permukiman warga, sehingga tidak ada yang menjadi informan. Contohnya pada jembatan sungai yang menyambungkan Jalan Teuku Cik Ditiro dan Sultan Agung, di sekitarnya hanya terdiri dari rumah-rumah elit yang tampaknya tidak peduli dengan para tunawisma.

"Kalau di jembatan sono (sana) iya dibubarin mulu sama Satpol PP. Langsung turun mereka ke bawah terus dibubarin. Kalau di sini mah nggak jadinya aman karena udah dikasih tahu 'Besok ada razia, nggak ada lagi barang!' gitu jadi aman," jelasnya.

Wendi mengungkapkan jika pemulung yang tinggal di kolong jembatan Pasar Rumput telah didata oleh pihak RT setempat. Bahkan, tidak boleh ada lagi tunawisma lain yang tidur di kolong jembatan karena dikhawatirkan dapat menciptakan kawasan kumuh. Kalaupun ada orang yang datang dan menetap, maka Wendi lah yang harus keluar dari kolong jembatan tersebut.

Selain itu, kehadiran orang baru yang tinggal di kolong jembatan membuat polisi menaruh curiga. Dikhawatirkan orang tersebut adalah salah satu bagian dari bandar narkoba yang dapat menyebarkan obat-obatan terlarang ke warga.

"Kata orang sini kan daerah sini memang tempatnya pemakai, nah makanya kalau ada (orang) yang baru sudah diawasi. Kalau ada yang baru turun jadi dipantau dari polisi," papar Wendi.

Diwawancara secara terpisah, Salim selaku Ketua RW 10 Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, mengatakan jika tidak tahu soal keberadaan pemulung yang tinggal di bawah jembatan Pasar Rumput.

Menurutnya, tunawisma tersebut diyakini adalah pendatang dari luar kota. Mereka bisa memiliki KTP Jakarta sejak lama karena dahulu mungkin ada kepentingan tertentu, ditambah proses pembuatan KTP yang 'mudah' dan aturannya tidak seketat sekarang.

"Ya mungkin saat kepemimpinan yang dulu dibuatkan lah sebagian warga pendatang tersebut KTP, mungkin karena ada kepentingan apa. Jadi mereka kebanyakan orang luar, bukan warga Menteng Tenggulun asli," ujar Salim saat dihubungi detikcom.

Salim juga mengatakan selama dirinya menjabat sebagai Ketua RW belum ada pihak dari Dinas Sosial DKI Jakarta yang mengamankan tunawisma di kolong jembatan Pasar Rumput. Namun, selama ia tinggal di Menteng Tenggulun sudah sering melihat Satpol PP yang melakukan razia terhadap pengemis hingga gelandangan.

"Kalau Satpol PP sih dulunya pernah, dulu sering sekali mereka melakukan pembersihan di sekitar sini. Tapi ya namanya kayak gini, nanti kalau udah kosong gitu eh mereka (tunawisma) datang lagi," pungkasnya.

Salim berharap ke depannya para tunawisma bisa dijaring oleh Satpol PP maupun dinas sosial. Langkah ini bertujuan baik agar para tunawisma dapat ditampung ke tempat lebih layak sekaligus menciptakan lingkungan warga yang bersih dan nyaman.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini

(ilf/das)

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads