Tiga rumah di Perumahan Dian Anyar, Kelurahan Cisereuh, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat rusak parah akibat pergerakan tanah. Dua di antaranya ambruk hingga rata dengan tanah dan satu lainnya rusak sedang pada bagian belakang.
Anak pemilik salah satu rumah yang ambruk Vielsa Mughny R Rofa mengungkapkan keluarganya sudah melihat tanda-tanda sebelum rumah mereka ambruk. Terdapat retakan-retakan di rumahnya. Namun, retakan tersebut sebenarnya sudah ada sejak 2014 saat pergerakan tanah pertama kali. Retakan tersebut kemudian bertambah besar dalam hitungan hari.
"Longsor tahun 2014 masih ada retakan sedikit gitu. Itu tuh belum dibenerin. Cuma fondasi belakang doang (yang ditambah) karena takut longsor (belakang rumah mereka lereng). Takut longsor ke belakang kan," kata perempuan yang kerap disapa Nuna, saat dihubungi detikProperti, Kamis (20/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan pada Kamis (13/3/2025) hujan turun deras di daerahnya dari siang hingga malam. Sebelum sahur sekitar pukul 01.30 WIB dini hari, ia terbangun karena mendengar suara retakan. Ia khawatir dan mengecek bersama ayahnya. Pada saat itu, ayahnya mengatakan jika retakan tersebut tidak berbahaya dan Nuna diminta untuk tidur kembali.
Namun, beberapa jam kemudian Nuna kembali terbangun karena merasakan pasir jatuh dari atas. Nuna tambah khawatir karena ia dan kakaknya berada di lantai atas.
![]() |
"Yaudahlah nggak apa-apa ada ayah ini gitu. Nah, terus nggak lama kemudian Nuna paksain tidur. Kebangun lagi ada kayak pasir gitu dari atas, dua kali tuh (pasir jatuh). Nuna turun dari atas karena kamar Nuna tuh di atas barengan sama kamar kakak," ungkapnya.
Kali ini ia menyadari jika retakan pada dinding yang menempel ke rumah tetangganya semakin besar. Ia pun membangunkan orang tuanya. Kali ini, Nuna lagi-lagi diminta tenang, ibunya meyakinkan jika rumahnya akan tetap aman.
"Aku kayaknya 3 atau 4 kali gitu turun naik tangga, nggak tenang. Ke atas, ke bawah, ke atas lagi ke bawah lagi gitu. Nah aku udah ngerasa aneh di tangga tuh. Ini tangganya udah mau putus, soalnya tangga udah renggang. Anak tangga paling atas sama lantai atas kayak nggak nyatu. Terus aku takutnya putus soalnya di atas tuh nggak ada retak sama sekali," jelasnya.
Nuna pun memutuskan untuk tidak kembali tidur. Ia menyalakan semua lampu di rumahnya dan mengecek keadaan di luar. Ia berharap ada beberapa orang yang lewat di depan untuk meminta pertolongan jika tiba-tiba ada yang terjadi pada rumahnya.
Tidak lama dari itu, ia kembali mendengar suara keras dari tangga. Besi untuk pegangan tangga mengeluarkan suara berdecit.
"Besinya tuh nyangkut ke betonnya (tangga). Nah ini tuh kayaknya kegeser atau gimana gitu kan, nggak tahu ya. Bunyilah pegangan tangga. Keras banget. Terus, ayah langsung ngomong, 'semuanya bangun, Teteh turun'. Sekarang kita ngumpulnya di ruang tamu gitu. 'Kayaknya ini udah nggak beres, ini udah nggak aman'," tuturnya.
Setelah itu, Nuna dan keluarga mulai mengeluarkan barang-barang berharga. Perabotan besar dari kayu jati mereka tinggalkan karena sulit untuk dikeluarkan. Ibu dan kakaknya datang ke rumah tetangga mereka yang berprofesi sebagai mentor ngaji. Mereka sempat ditawari untuk mengungsi di sana.
"Kebetulan juga ada yang nawarin, murobbiyah (guru atau mentor ngaji) nawarin gitu (tempat ngungsi). 'Udah ngungsinnya ke rumah saya aja'. Terus nyamperinlah kita ke rumahnya, mamah sama teteh nyamperin ke rumah itu," ucapnya.
Nuna sudah sempat menghubungi BPBD Purwakarta sejak mereka proses mengungsi. Petugas BPBD sudah datang dan menyatakan rumah harus dikosongkan.
Kemudian, pada Selasa (18/3/2025), rumah samping mereka ambruk sekitar pukul 16.14 WIB. Kemudian, keesokan paginya, rumah keluarga Nuna yang roboh sekitar pukul 08.50 WIB. Pada saat kejadian, ibu dan ayahnya menyaksikan langsung. Sementara Nuna dan kakaknya sedang berada di rumah tetangganya.
"Dan situ pun kan kebetulan juga Mama Nuna, lagi di depannya. Lagi nge-video gitu. Mungkin juga video-nya udah setengah nggak sadar. Waktu rumahnya ambruk semua, Mama Nuna pingsan," ungkapnya.
Sementara itu, satu rumah lainnya menurut Danru (Komandan Regu) BPBD Purwakarta Muhamad Firmansyah mengalami kerusakan ringan.
Firmansyah mengatakan saat ini, puing-puing rumah yang ambruk sudah dirapihkan dengan menggunakan alat berat. Kendaraan sudah boleh melewati jalan di depan rumah tersebut, tetapi warga tidak boleh terlalu dekat dengan lokasi longsor.
(aqi/das)